“Mas Akta, Ardi.” Yasmin memberi isyarat lewat kedipan matanya. Seketika dua pria itu—Byakta dan Ardi—maju ke depan, berdiri di hadapan warga yang menatap penuh tanda tanya. Dengan gerakan tenang namun menusuk, Byakta meletakkan laptop di atas meja kayu panjang yang menjadi pusat perhatian. Ujung jarinya menekan tombol play. Dalam hitungan detik, layar menampilkan sebuah video berdurasi lima menit. Dan di sanalah, terpampang jelas: Hanny, tanpa rasa malu, tengah b.e.rsetubuh dengan ketua pemuda. Gerakan mereka vulgar, wajah keduanya begitu terang—tak ada ruang untuk menyangkal. Suasana sontak berubah riuh. Warga saling pandang, bergumam lirih, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Beberapa perempuan menutup mulutnya dengan syal, sebagian pemuda melotot tak berk

