"Saya belum kepikiran sampai situ, Yas. Untuk saat ini, saya hanya ingin menjalani apa yang ada di depan mata. Intinya, fokus ke anak-anak dan kehamilan kamu juga." Yasmin sadar, tidak semua hal bisa dipaksakan, termasuk keputusan besar yang menyangkut masa depan mereka. Ia memilih memberi ruang bagi Hans—membiarkan suaminya itu menimbang segala kemungkinan dengan kepala dingin. Toh, waktu akan membantu mereka menemukan arah yang tepat, tanpa perlu desakan ataupun tergesa. "Iya, deh. Aku nggak akan tanya itu lagi. Tapi, aku mau minta satu hal, Mas. Kalau misal suatu saat kamu minta pulang ke Jakarta, mintanya jangan mendadak, ya." "Pasti. Apa pun yang saya lakukan nanti, pasti akan berunding sama kamu dulu." Yasmin mengangguk pelan, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Hans. Dalam di

