Hans merebut dua benda tersebut dari tangan Hanny. Ia membuka suratnya dengan tak sabar. Memang benar, dalam surat itu tertera bukti jika perempuan tersebut mengandung sudah hampir enam bulan. “Aku nggak mau tahu, Kak Hans harus tanggung jawab sebelum perutku besar. Aku nggak mau anak ini lahir tanpa ayah!” Hanny menuntut. Ia ingin pria di depannya menikahinya sesegera mungkin. Tidak peduli bagaimana caranya, perempuan tersebut harus bisa menjadi istri Hans. “Aku nggak mau bayi ini jadi aib, Kak Hans. Apa kata Ayah nanti kalau aku ....” Perempuan itu menangis. Kedua tangannya menutupi wajah untuk menyembunyikan kesedihan. Hanny tergugu. Tapi, siapa sangka jika Hans masih tetap berpangku tangan. Ia tidak peduli dengan tangisan Hanny. Pria tersebut membiarkan tangisan itu terus-menerus

