Yasmin tidak menghiraukan panggilan itu. Ia tetap melanjutkan langkah ke kamar dan menutup pintu itu cepat. Tas jinjingnya ia lempar ke arah ranjang dan turut merebahkan tubuhnya ke sana. Teringat bagaimana rumitnya hubungan rumah tangganya, membuat ia hanya bisa memejamkan matanya yang panas. Kapan rumah tangganya berjalan sesuai harapan? Apa benar semua itu hanya mimpi yang tidak akan pernah terwujud? Naluri seorang wanita yang telah bersuami pun ingin memiliki dan dimiliki. Tapi, nyatanya ia bahkan tidak mendapat hal itu. Ia hanya merasa memiliki, bukan dimiliki. Segala bentuk tanggungjawab ia berikan pada Hans. Namun, pria itu yang selalu menolak hanya untuk sekadar menuruti ego. Di tengah lamunan panjangnya, Yasmin seketika teringat sesuatu di dalam tas yang sudah didiamkan se