Mas Pram menatapku lama, membuatku jadi tak nyaman. Apanya yang salah? Apa karena aku memberinya ayam bakar? Sejak kecil, aku memang senang berbagi. Ibu selalu mengajari agar tak pelit pada teman-teman. Sungguh tatapan Mas Pram yang terus terpahat ke wajahku membuatku risih. "Kenapa, Mas?" Aku mengerutkan kening. "Tidak papa." Ia tergagap. Dengan cepat kembali menyuap dan sesekali memperhatikanku. Langsung saja ia berpaling saat secara tak sengaja kami bersitatap. Tingkahnya sungguh aneh kali ini. Selesai makan, segera kucuci piring-piring kotor daripada harus mengerjakannya pagi-pagi. Minggu besok, enaknya berleha-leha tanpa melakukan apa pun. Untuk sarapan gampang, tinggal goreng telur. Toh ternyata, tadi Mas Pram mason dengan telur goreng pun mau. Batu kutahu. Biasanya di rumah, se
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari


