Sambil memasak, aku terus menyentak napas kesal. Siapa yang mengira aku akan melakukan pekerjaan memasak seperti ini? Di rumah, aku dan adikku selalu dilayani pembantu. Tak pernah harus bersusah payah mengolahnya sendiri. Paling banter, aku hanya membantu simbok karena keingintahuan yang besar. Sekaligus karena ingin belajar. Mas Pram langsung meraih piring di sudut meja yang telah terisi nasi saat kuletakkan sayur dan ikan lele goreng di depannya. "Kamu tidak makan?" tanyanya, dengan tatapannya menyuruhku duduk. Aku mengenyakkan diri di kursi tak jauh darinya. Menyuap cepat agar tak berlama-lama duduk di hadapan Mas Pram. "Kenapa kok jutek begitu wajahnya?" Aku tak menyahut. Kami makan tanpa bicara. Segera kuselesaikan makan lalu membawa piring kotor ke dapur. "Dicuci sekalian Nay

