17

1209 Kata

Saat Mas Pram kembali mendekat lalu menempelkan bibirnya ke bibirku, aku langsung memejamkan mata. Terpaksa. Kubayangkan Mas Pram adalah Arifin tercinta. Terasa lama, aku menanti ciuman kami berakhir. Dan saat akhirnya terlepas, Mas Pram menatapku tajam. Tampak begitu mengerikan, seperti hewan kelaparan. Aku beringsut menjauh. Mas Pram kembali mengikis jarak di antara kami. Tatapannya tertuju pada tubuhku, membuat takut. "Mas Pram mau apa?" Aku menelan ludah yang terasa tercekat di tenggorokan. d**a terasa bergemuruh saat ia kembali menciumku dengan tangannya mengembara ke mana-mana. Aku memberontak sekuat tenaga, merasai jantung yang berdentam-dentam seakan hendak meledak saking tegang dan takutnya. Saat di rumah Ibu, Mas Pram tak pernah bertindak begini. Aku akan langsung menjauh saa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN