“Kenapa ngajak Kakak bertemu, Nay?” Kak Dira langsung ke topik pembicaraan. Katanya, ia hanya cuma punya waktu di jam makan siang. Pagi tadi, setelah melewati pertimbangan yang cukup panjang, akhirnya aku menghubungi Kak Dira. Aku merasa sesak dan bingung sendiri dengan berbagai pertanyaan di kepalaku. Pertanyaan yang tersisa setelah aku bermimpi tentang sosok anak kecil itu. Aku merasa perlu orang lain untuk kuajak diskusi. Maka, Kak Dira kujadikan pilihan sebagai orang yang sejak awal telah membantuku mengatasi masalahku terkait masa laluku. “Kak…” Aku menimbang-nimbang. Memilih kalimat paling tepat untuk memulai ceritaku. “Aku sudah pernah cerita tentang mimpiku nggak?” “Mimpi?” Kak Dira menautkan alisnya. Aku mengangguk. Kak Dira tampak berpikir. Kami sedang duduk berhadapan di kan