Saka berlari hingga sampai di taman rumah sakit. Ia marah, ia kesal kenapa omanya begitu mudahnya minta maaf, kenapa mamanya begitu mudah memaafkan. Tidak ingatkah mamanya ketika orang yang berstatus omanya itu menolaknya? Tidak menganggapnya? Ia juga kesal pada papanya. Laki-laki dewasa yang tidak memiliki pendirian. Dalam diamnya Saka menitikkan air mata. Biar bagaimanapun juga, Saka tetap anak-anak. Anak-anak yang mau tidak mau harus mengetahui masalah orang tuanya. Dan sebagai anak laki-laki ia ingin menjadi pelindung ibunya. Ia tidak mau ibunya tersakiti. "DASAR NGGAK PUNYA PERASAAN!! NGGAK PUNYA HATI!!" Mendengar itu Saka langsung memalingkan wajahnya ke arah suara itu. "Kenapa?!" "Kamu tahu oma lagi sakit! Oma udah mengakui kesalahannya. Oma juga udah minta maaf. Tapi