3. Hurt

806 Kata
Alysa tengah menangis terisak. Ia menyesalinya. Bagaimana bisa mereka melakukannya, bagaimana bisa Alysa tak menolaknya. Isakan Alysa membuat pria yang sedang tidur di sampingnya merasa terusik. Mencoba mengingat apa yang terjadi, pria itu menyipitkan matanya. Terlebih saat menyadari bagaimana keadaan tubuhnya di bawah selimut. Setelah kesadarannya terkumpul, pria itu segera meraih tubuh Alysa dan dibawanya ke dalam pelukannya. "Kenapa kita melakukannya Ka ... kenapa? Gue kotor ... gue udah kehilangan semuanya." Ya, pria yang tertidur di samping Alysa adalah Raka. "Sssstttttt, tenang ya ... semua akan baik-baik saja," ucap Raka sambil mengusap kepala Alysa menenangkannya. "Gue takut, bagaimana kalau gue hamil?" Air mata di pipi Alysa masih mengalir deras. "Nggak mungkin, Sa, kita cuma sekali melakukannya. Dan kalo sampe lo hamil, gue pasti tanggung jawab. Lo tenang, ya...." Alysa makin terisak, ia memeluk Raka semakin erat. Tubuh telanjangnya makin menempel pada tubuh Raka. Raka lelaki normal, dia juga terbiasa melakukannya dengan Ara dulu. Dengan sekuat tenaga, Raka mencoba menahan hasratnya yang bangkit kembali. Ia tidak mau dianggap pria berengsek oleh Alysa. *** Malam tadi, Raka, Alysa juga Farel menghadiri acara ulang tahun teman kuliahnya. Di dalam acara itu tersedia minuman beralkohol. Alysa yang tidak tahu, meminumnya. Sedikit memang, tetapi karena Alysa tidak terbiasa dengan alkohol, akhirnya membuatnya mabuk. Kemudian Raka membawanya ke apartemennya. Karena Raka tidak ingin menimbulkan pertanyaan jika Raka membawa Alysa ke asrama Alysa. Saat Raka akan menidurkan Alysa di kamarnya, kaki Raka tersandung kaki ranjang, sehingga tubuhnya jatuh menimpa tubuh Alysa di atas ranjang. Raka yang sudah lama tidak melakukan hubungan s*x, akhirnya tergoda dan tidak dapat menahan hasratnya lagi. Terlebih dalam keadaan mabuk, Alysa tidak mampu menolak semua perlakuan Raka yang membuatnya terbuai. Hingga akhirnya, malam itu menjadi malam yang tak pernah terbayangkan oleh Alysa. Malam di mana kesuciannya terenggut oleh orang yang sangat dikaguminya. Atau mungkin malah dicintainya. *** Sejak kejadian malam itu, Alysa makin posesif pada Raka. Ya, Alysa takut terjadi sesuatu pada dirinya. Alysa takut jika apa yang dilakukannya bersama Raka akan membuatnya hamil, dan dia tidak mau jika Raka meninggalkannya. Bahkan sekarang Alysa sudah berani bergelayut di lengan Raka. Raka dengan senang hati menerima perubahan sikap Alysa. Namun, semua itu tetap tidak bisa mengubah status hubungan mereka. Tiga bulan berlalu. Liburan kali ini, Raka tidak pulang ke Indonesia. Tentu karena dia tidak ingin melihat kenyataan saat mantan kekasihnya bermesraan dengan kakaknya yang kini telah resmi menjadi suami-istri. Bohong jika Raka membenci Ara. Ya, kebencian Raka tidak mampu menghilangkan ataupun hanya sekadar mengurangi rasa cintanya pada Ara. Malam ini Raka berdiam diri di apartemennya. Memandangi foto-foto kebersamaan dirinya dengan Ara yang tersimpan rapi di galery ponselnya yang telah lama dia simpan dan tidak dipakainya lagi semenjak dirinya patah hati. Tiba-tiba pikirannya melayang pada Alysa. Gadis oh bukan, melainkan wanita yang sudah menemaninya beberapa bulan terakhir ini. Dia merasa bersalah karena telah memanfaatkannya. Harusnya cukup sekali Raka melakukannya dengan Alysa. Namun, sebulan setelah kejadian malam itu, mereka melakukannya lagi. Bahkan Alysa yang terlalu polos membuat sisi keberengsekan Raka muncul tiap kali hanya berdua dengan Alysa. *** Sudah beberapa hari ini Alysa merasakan pusing dan mual di pagi hari. Hal itu membuat dirinya curiga akan sesuatu. Terlebih Alysa mengalami keterlambatan datang bulan. Pagi-pagi sekali Alysa pergi ke apotek yang buka 24 jam untuk membeli tespack. Setelah mendapatkan benda pipih itu, Alysa segera kembali ke asramanya dan segera masuk ke kamar mandi yang berada di kamarnya. Badannya luruh ke lantai saat melihat dua garis merah pada tespack yang telah ia celupkan ke dalam air seni yang ia taruh di sebuah wadah. Alysa benar-benar merasa bersalah pada om dan tantenya. Karena ia telah m*****i kepercayaan om dan tantenya. Selama di Indonesia Alysa tinggal bersama  mereka di Bandung. Karena orang tua Alysa telah meninggal saat ia masih bersekolah di sekolah dasar akibat kecelakaan. Dengan tubuh yang seolah mati rasa, Alysa berdiri dan segera membersihkan dirinya. Ia harus menemui Raka dan mengatakan tentang kehamilannya secepatnya. Setelah menggunakan pakaiannya, Alysa segera memakai flatshoes-nya kemudian mencangklongkan tas ke pundaknya. Sesampainya di kampus, Alysa segera mencari keberadaan Raka. *** Di kantin kampus, Raka sedang berdua bersama Farel. "Gue bener-bener bingung, Rel," ucap Raka dengan wajah frustrasinya. "Kenapa lagi?" "Gue udah kebablasan sama Alysa." "Ya, Lo berdua kan sama-sama single. Lo tembak aja dia buat jadi pacar lo. Lagi pula gue liat, dia juga ada rasa sama lo. Abis kita lulus, lo nikahin dia. Beres, kan?" "Nggak se-simple itu, Rel. Gue masih belum bisa move on." "Ya lo-nya juga sih, nggak mau buka hati lo." "Udah gue coba, tapi nggak bisa!" "Bukannya nggak bisa. Tapi lo nggak mau." "Entahlah, Rel, kali ini gue mau jaga jarak sama Alysa. Gue nggak mau nyakitin dia lebih jauh lagi." Tanpa Raka dan Farel sadari, Alysa mendengar pembicaraan mereka. Hancur hati Alysa mendapati kenyataan yang sebenarnya. Dengan air mata bercucuran, Alysa segera berlari menjauhi kantin kampus sebelum Raka dan Farel menyadari kehadirannya. Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN