Braga ingin beranjak menjauh, tapi belum sempat pria itu beranjak, tangannya sudah dicekal. Braga menolehkan kepalanya, ia melihat tangannya yang dipegang erat oleh Febia. Darah Braga terasa berdesir saat merasakan untuk pertama kalinya dia dipegang ibunya. Perasaan ini sangat membahagiakan, tapi juga tidak bisa dijabarkan. "Braga, jangan tinggalin ibu, Nak!" ucap Febia yang sayup-sayup membuka matanya. "Ibu menyayangimu, Braga. Siang dan malam ibu mencari kamu, ibu memikirkan kamu, semunya rela ibu tukar asal ibu sama kamu, Nak!" racau Febia lagi. Braga tak kuasa menampik cekalan tangan ibunya, apalagi suara isakan dari kedua orangtuanya yang turut terdengar. Sejak kecil hati Braga selalu lembut. Siapapun orang yang pernah jahat padanya akan dia maafkan. Tidak peduli seberapa besar