Brakk
Brakk
Brakk
Erlin dengan wajah kesalnya seketika melempar tas dan sepatu serta membanting pintu kamarnya
"Non.."
"Sudah bik, biarkan saja" sergah Edgar yang baru saja memasuki apartemen
"Ada apa dengan nona, tuan ??" Tanya bik Heni
"Biasa, kekanakannya lagi kambuh bik" jawab Edgar yang masuk kamar mengikuti Erlin
"Kamu marah boleh, tapi jangan merusak barang-barang di apartemen ku" ucap Edgar yang melihat Erlin akan mengobrak abrik ranjang mereka
"Ouh, jadi sekarang perhitungan.. oke gw bakal pergi" balas kesalnya
Erlin yang akan beranjak dari kamar dicegah oleh Edgar dan dipeluk oleh lelaki tersebut dengan sangat erat
"Masih ada aku, kamu tidak sendiri.. limpahkan kekesalan mu padaku Lin" seketika membuat Erlin menangis kencang dipelukan Edgar
"Kenapa mama sekejam ini kapten" gumam Erlin yang masih berada dipelukan Edgar
"Tidak.. mama mungkin memiliki maksud baik.. hanya saja kamu belum mengetahui niatan mama.. sudahlah.. nanti akan aku beri kamu mobil baru" tenang Edgar
"Aku tidak menginginkan mobil baru" ucap Erlin mulai memberi jeda dirinya dan Edgar seraya mengusap air matanya
"Lalu" singkat Edgar
"Entahlah" balas Erlin
"Ayo" ajak Edgar
"Kemana ??" Tanya Erlin yang tengah digandeng Edgar keluar kamar
"Refreshing" jawab Edgar membuat Erlin hanya tersenyum tipis dan mengikuti Edgar dengan tenang
----
"Kenapa ke Dufan ??" Tanya Erlin seketika sampai di parkiran Dufan
"Sudah ku bilang kan.. refreshing" balas Edgar dibalik kemudi
"Aku tidak mau" tolak Erlin
"Kenapa ??" Bingung Edgar
"Aku tidak suka kemari.. karena permainan disini banyak yang ekstrim.. aku pasti akan mabuk saat menaikinya" terang Erlin
"Tapi kan ada yang tidak ekstrim" sergah Edgar
"Captain, jika jauh-jauh kemari dan masuk dengan harga cukup lumayan tetapi tidak menaiki semua wahananya, itu sama saja menyia-nyiakan uang" jelas Erlin menatap serius Edgar
"Yasudah, kamu mau kemana ?? Aku akan mengabulkan semua permintaan mu hari ini" jawab Edgar
"Benarkah ??" Tanya Erlin dianggukan Edgar
"Oke, kita keluar dari sini" Edgar hanya menghela nafas berat dan memutar kemudi meninggalkan area Dufan
"Untuk apa ke mall ??" Tanya Edgar kini tengah berjalan disamping Erlin yang berjalan menyusuri mall
"Refreshing" jawab Erlin dengan berseri
"Apa yang menyenangkan disini ??" Bingung Edgar
"Nanti kau akan tau captain" balas Erlin
"Ouh ya ingat janjimu kan, kau akan mengabulkan semua yang aku inginkan ??" Tanya Erlin dianggukan Edgar dan membuat Erlin tersenyum menyeringai
"Ayo" seraya menarik lengan Edgar memasuki Herm** store
Hampir satu jam Erlin memilih beberapa barang yang ia sukai. Sesekali ia bertanya pada Edgar mengenai pilihannya hanya dibalas Edgar dengan dehuman hingga membuat Erlin mengacuhkan pendapat Edgar
Edgar yang hanya duduk dan menunggu Erlin seraya berkutat dengan ponselnya membuat Erlin kesal hingga membuat Erlin memiliki ide jahil
"Aku sudah dengan belanjaan ku" ucap Erlin dihadapan Edgar yang membuat lelaki tersebut mengalihkan perhatiannya
"Kau yang bayar captain" dengan senyum jahilnya
"Oke, aku akan ke kasir" beranjak dari kursinya
"Rasakan itu captain" seraya tersenyum dan tertawa tipis
"Total semuanya lima milyar dua ratus sembilan puluh delapan juta enam ratus tujuh puluh delapan ribu, tuan" jelas kasir
"Hem, ya" singkat Edgar yang memperhatikan ponselnya dan seketika ia tersadar nominal yang disebutkan oleh kasir
"Apa" kaget Edgar membuat Erlin tersenyum menahan tawa
"Apa kau tidak salah mbak ?? Coba berapa ??" Tanya yakin Edgar
"Tidak tuan saya sudah menghitungnya dengan benar.. totalnya lima milyar dua ratus sembilan puluh delapan juta enam ratus tujuh puluh delapan ribu, tuan" terang kembali kasir tersebut
"Sepertinya kau menyebutkannya dengan sedikit belibet" protes Edgar
"Maaf tuan saya sudah menyebutkannya dengan benar total semua lima milyar dua ratus sembilan puluh delapan juta enam ratus tujuh puluh delapan ribu" jelas kembali kasir membuat Edgar memutar badan menatap tajam Erlin
"Apa" singkat Erlin sedikit menaikan alisnya
"Apa yang kamu beli Lin, sampai seharga mobil ku ??" Tanya Edgar
"Itu" menunjuk barang-barang yang tengah di packing oleh karyawan toko
Edgar menghampiri barang-barang tersebut dan mengambil satu tas melihat harga yang tertera
"Gila, pantes sampai lima milyar kalau satu tas saja seharga satu milyar setengah" gumam Edgar
"Apa kau tidak ingin membayarnya captain ??" Tanya Erlin
"Baiklah biar aku saja yang membayarnya" lanjutnya
"Tidak, biar aku bayar" sergah Edgar
"Ini mbak" seraya menyerahkan black card unlimited sontak membuat Erlin membulatkan mata terkejut
"Mbak jangan digesek" sergah Erlin
"Hei captain aku hanya bercanda. Biar aku saja yang membayar semuanya.. aku tidak serius dengan meminta mu membayar semuanya.. itu belanjaan ku.. kau tidak perlu membayarnya captain" jelas Erlin
"Dan aku serius untuk mengajakmu refreshing.. jika caramu refreshing seperti ini akan aku tanggung.. karena aku yang sudah menjanjikannya" terang Edgar
"Tap.."
"Sudah mbak gak apa lanjutin" ucap Edgar membuat Erlin dengan berat menelan salivanya
"Captain" yang kini mereka tengah menuruni eskalator dengan beberapa paperbag yang sedang dibawa
"Iya" jawab lesu Edgar
"Apa kamu serius dengan ucapan mu tadi untuk membelikan ku mobil ??" Tanya Erlin
"Kenapa ??"
"Tuh" jawab Erlin menunjuk pada pameran mobil
"Tadi katanya gak butuh beli mobil baru" sindir Edgar
"Yasudah aku beli sendiri juga bisa" balas cemberut Erlin yang berjalan menghampiri pameran mobil tersebut dan diikuti oleh Edgar
Perhatian Erlin tertuju pada satu mobil yang menarik perhatiannya yaitu Honda Jazz RS CVT seharga tiga ratus juta
"Saya ambil yang ini yah, langsung saya bayar" ucap Erlin pada sales dihadapannya
"Baik bu, mari bisa ikut saya" ajak sales
"Berapa mas ??" Tanya Edgar
"Dua ratus sembilan puluh juta tujuh ratus lima puluh rupiah pak" terang lelaki tersebut
"Pakai ini bisa mas ?" Tanya Edgar menyerahkan black card miliknya
"Bisa pak"
"Hei kau ini apa-apa sih biar aku sendiri yang bayar" sergah Erlin
"Tidak apa, itu hanya tiga ratus juta.. tidak seberapa dengan tas mu ini" balas Edgar membuat Erlin tersenyum menyeringai
----
"Terimakasih" ucap Erlin yang tengah duduk dikursi penumpang
"Untuk" singkat Edgar
"Belanjaan nya, aku akan menggantinya" balas Erlin
"Kau pikir aku tidak mampu membelikan nya untukmu ??" Sindir Edgar
"Bukan, tapi.. aku tadi belanja sebanyak itu hanya untuk mengerjaimu.. sebenarnya aku kesal saat aku meminta pendapatmu malah kau cuek padaku captain.. tapi benar aku tadi berniat membayarnya sendiri" jelas Erlin
"Maaf" singkat Edgar
"Hah.. kenapa kau minta maaf captain ??" Bingung Erlin
"Karena sudah cuek padamu.. aku yang mengajak mu refreshing.. malah aku fokus dengan ponsel ku dan membiarkan mu begitu saja" terang Edgar yang dibalas Erlin tersenyum bahagia
"Ouh iya, kenapa kamu membeli mobil yang harganya dibawah tas mu ?? Apa kamu tidak yakin aku akan membelikannya untukmu" Tanya Edgar
"Bu-bukan seperti itu.. karena aku orang yang ceroboh saat mrnyetir.. aku takut mobil itu akan sering masuk ke bengkel.. sayang aja jika mobil bagus yang masuk bengkel.. jadi yahh aku membeli mobil biasa saja nah kalau tas mahal itu karena harganya akan semakin naik jika dijual kembali saat series nya sudah tidak keluar" terang Erlin
"Ouh, aku kira karena kamu meragukan anak sultan ini" canda Edgar
"Aku tidak pernah meragukan mu captain.. bahkan kau diam di dalam kamar saja bisa menghasilkan uang milrayan.. apalagi hanya untuk barang seharga kain pel rumah mu" balas Erlin dengan canda
"Lagian kamu bukan anak sultan captain.. kamu sultannya" lanjutnya
"Dan kamu permaisuri nya" sahut Edgar membuat Erlin tersipu malu
"Sore nona, tuan. Saya sudah menyiapkan makanan di meja dan masih hangat karena baru selesai masak" sambut terang bik Heni
"Kok bibik tau kita mau pulang dan belum makan" tanya bingung Erlin
"Tuan tadi menghubungi saya, meminta saya segera menyiapkan makanan" terang kembali bik Heni
"Ouh, terim kasih sayang" ucap Erlin seraya mencium pipi Edgar
Sontak Edgar pun terkejut namun tersenyum menyeringai sedangkan Erlin yang langsung sadar tersipu malu dan segera berjalan menuju ruang makan diikuti bik Heni
"Aduh bego.. nyosor aja.. bibir.. bibir" gumamnya seraya menepuk pelan bibirnya
"Bik, maafin Erlin yah tadi sudah marah-marah didepan bibi" ucap Erlin didepan meja makan melihat bik Heni menyiapkan piring untuknya
"Tidak apa non, kan non tidak menyakiti saya.. hanya non sedang kesal didepan saya" terang bik Heni
"Tapi kan saya udah gak sopan marah-marah didepan orang tua bik" dengan wajah bersalahnya
"Bibi boleh kok hukum saya kalau saya salah" lanjutnya
"Non.."
"Udah bik, hukum aja.. suruh dia cuci piring sendiri setelah makan" sahut Edgar
"Kok jadi captain yang kasih hukuman ??" Protes Erlin
"Kenapa ?? Kan tadi kamu juga marah-marah didepan ku.. ingat aku lebih tua darimu loh" jelas Edgar membuat Erlin tersenyum terpaksa dan menghela nafas keras
"Iya, aku yang cuci piring" balas Erlin dan di sahuti senyuman jahil oleh Edgar
Kini hanya dentuman piring yang terdengar hingga makan selesai. Erlin yang sudah berjanji untuk mencuci piring pun melakukan tugasnya dengan ditemani Edgar sesekali menjahili Erlin
"Captain kalau tidak membantu pergi saja lah.. aku tidak akan selesai jika kamu mengganggu terus-menerus " dengan wajah cemberutnya
"Memang aku ingin kamu lebih lama lagi selesainya" dibalas Erlin dengan memutar mata kesal
Edgar terus mengganggu Erlin dengan mengambil busa sabun mengoleskan di wajah Erlin hingga membuat wanita tersebut membalasnya tak hanya itu Edgar juga menggelitikinya membuat Erlin terbentur kitchen set diatasnya
"Maaf.. maaf" seraya mengusap kening Erlin dan membuat Erlin menatap kedua mata Edgar yang khawatir
Edgar yang menyadarinya mulai membalas tatapan Erlin dan semakin mendekatkan bibir mereka membuat keduanya perlahan terpejam hingga kedua bibir mereka menempel
Edgar mengulum bibir Erlin perlahan memberikan sensasi romantis membuat Erlin mengimbangi permainan bibir Edgar
Edgar merangkul Erat tubuh Erlin dengan satu tangannya dan tangan lainnya terulur di rahang Erlin. Mereka semakin memperdalam ciumannya
Edgar melepaskan ciuaman mereka membuat Erlin mengeluarkan ekspresi wajah sedikit terkejut. Lelaki tersebut menggendong Erlin secara bridal dengan Erlin merangkul leher Edgar
Edgar membawa Erlin memasuki kamar meletakkan tubuh Erlin diatas ranjang. Edgar mengunci tubuh Erlin dibawahnya melanjutkan ciuman mereka yang semakin panas dengan Edgar mulai meremas kedua buah d**a Erlin membuat wanita dibawahnya sesekali mengerang
Perlahan ciuman Edgar turun ke leher dengan tangannya mulai menaikkan baju yang dikenakan Erlin melepaskan pengait bra milik Erlin hingga dua gundukan kini tengah menantangnya
Edgar mengulum buah d**a Erlin secara bergantian dengan panas membuat Erlin terus menggeliat mengerang menyebut nama Edgar dengan panas membuat lelaki diatasnya memperluas aktivitasnya
Edgar menurunkan celana Erlin dan menyapukan jarinya pada area sensitif Erlin yang masih terbalut kain tipis terakhirnya
"Ahh"
"Edg.."
"Uhm"
Membuat Edgar semakin tersenyum menyeringai
Seketika Erlin menahan tangan Edgar yang akan memasukinya
"Stop" henti Erlin sontak membuat Edgar terkejut dan bingung
"Kenapa Lin ??" Tanya Edgar
"A-aku tidak siap untuk itu Ed.. jika dilanjutkan akan semakin bahaya.. aku masih kuliah.. aku belum memikirkan soal anak Ed" terang Erlin
"Tapi ini hanya hubungan suami-istri Lin.. jika kamu ingin menunda untuk anak aku tidak apa" balas Edgar
"Tidak captain.. aku tidak menginginkan hal ini saat ini.. aku tidak yakin dengan hubungan kita" jawab Erlin
"Tapi Lin.."
"Kumohon" pinta Erlin
"Oke" singkat Edgar yang membenahi apa yang telah ia acak-acak dan segera berbaring disamping Erlin seraya memeluk erat Erlin
Edgar mulai bangkit dari kasurnya seketika ia yakin Erlin telah tertidur pulas
"Ndrew.. sediakan aku satu.. aku segera kesana" pinta Edgar pada lelaki diseberang panggilannya
"Ada apa dengan istrimu Ed.. kau dicampakan ??" Tanya seseorang diseberang
"Kau.. sediakan saja.. aku pusing" yang langsung memutuskan panggilannya
"Maaf.. aku juga membutuhkan hal ini" ucap Edgar kemudian mengecup kening Erlin sebelum meninggalkan kamarnya
"Maaf aku tau kau seberengsek itu sehingga aku tidak bisa menyerahkan diriku padamu Ed.. pergilah.. cari kebahagiaan mu diluar sana.. itu akan memudahkan kita untuk berpisah" gumam Erlin yang mulai berkaca-kaca setelah Edgar meninggalkan kamar
----
Dentuman musik yang sangat keras mengguncang malam. Edgar yang tengah frustasi terus saja meneguk minuman dengan kesal ditemani seorang wanita disampingnya yang memeluk dengan erat
"Hei Ed.. ada apa dengan istrimu ??" Tanya Andrew yang berada disamping Edgar dengan dua wanita di sisi kanan-kiri nya
"Sudah jangan bahas istri disini.. gw single kalau disini" sergah Edgar yang mulai sedikit mabuk
"Lalu buat apa kamu menikah jika masih seperti ini.. Gio yang sudah mendapatkan Cia saja berhenti menjadi b******k sepertimu" bakas Andrew
"Hei.. aku beri tahu padamu.. kalau gw gak b******k itu artinya gw homo.. loe tau kan cowo cuman ada dua kalau gak b******k ya homo.. sayangnya gw gak mau jadi homo.. gw jadi b******k aja.. berani taruhan kalau Gio lihat cewek lain telanjang pasti dia masih menoleh.. karena kita sama b******k" terang canda Edgar
"Gila loe.. mana ada cowok nolak cewek telanjang didepannya" sahut Andrew yang membuat mereka tertawa terbahak-bahak
Kling
Erlin meraih ponselnya di meja membuka pesan dari seseorang yang ia kenal tak lain adalah Renata
"Gw kayak kenal nih orang.. dia suami loe bukan??" Pesan singkat Renata yang mengirimkan foto Edgar tengah berpelukan dengan seorang wanita dan sedikit mabuk
Erlin tidak membalas pesan dari Renata. Ia meletakkan begitu saja ponselnya diatas meja
Kling
"Sialan suami loe bercinta sama tuh cewek dihotel sini.. gw bakal dateng ngehajar mereka" pesan Renata kembali setelah 15 menit dari pesan sebelumnya
Dengan segera Erlin menghubungi Renata dan melakukan panggilan
"Kak, jangan datengin dia" pinta Erlin pada seseorang diseberang
"Tapi kenapa Lin ?? Dia suami loe.. gw gak bisa terima" balas Renata
"Dia cuman suami diatas kertas.. biarkan dia berbuat semaunya.. atau aku bakal tetap terpenjara di kondisi seperti ini" tearng Erlin kembali
"Oke gw ngerti" yang kemudian Erlin memutuskan panggilan dari Renata