“Gue masih kesel sama si Layla itu! Bisa-bisanya dia merebut perhatian Zaverick. Padahal, sama kita masih cantikkan kita kemana-mana, betul nggak?” kata Jenita pada saudari kembarnya.
“Iya bener, dia pake ilmu apa ya? Kok, si Zaverick bisa nempel gitu sama dia,” balas Janet.
“Apalagi kalau bukan tubuhnya. Laki-laki jaman sekarang kalau udah dikasih ‘itu’ pasti nempel kan?” timpal Jenita.
Tiba-tiba, senyum di bibir keduanya mengembang. Jika gagal dengan cara halus, maka pakailah cara ekstrem, begitu pikir mereka.
"Kita tidak bisa terus menunggu dan berharap Zaverick meninggalkan Layla begitu saja," kata Janet dengan nada frustasi, melirik Jenita yang sibuk memikirkan langkah berikutnya. "Kalau dia tidak bisa digoda, kita buat Layla menghilang."
Jenita menatap Janet, bibirnya melengkung
