Lucy sudah berada di kantor Juan. Meski malu mendatangi kantor suaminya. Namun dia tidak tahu lagi kemana harus meminta tolong. Biarlah dia menebalkan mukanya demi bisa menyelamatkan perusahaan kakeknya. Jantung Lucy berdegup kencang saat akan memasuki ruangan suaminya. Wanita itu mengetuk pintu terlebih dahulu. Setelah terdengar suara bariton yang dia rindukan, wanita itu pun masuk ke dalam. “Juan, apa aku mengganggumu?” tanya Lucy saat dia membuka pintu itu. Juan mengalihkan pandangannya. Jujur, dia senang bisa melihat Lucy. Harus dia akui, dia merindukan istrinya. Namun, bayangan pengkhianatan kembali menari-nari di kepalanya hingga membuat dia kembali marah dan kesal pada Lucy. “Ada perlu apa?” tanya Juan to the point. Lucy terdiam. Semua yang telah dia siapkan hilang entah kemana