Keesokan harinya, Layla hampir tidak bisa berpikir jernih. Dia terus terbayang rencana nekat yang akan mereka jalankan malam itu. Kak Leon tidak menunjukkan tanda-tanda kecurigaan, tetapi setiap kali dia melihat kakaknya, rasa bersalah kembali menghantamnya. Dia tahu kakaknya mencintainya dan hanya ingin melindunginya, tetapi cinta kepada Zaverick lebih kuat dari segalanya.Leon sempat memperhatikan perubahan sikap Layla. “Kamu kenapa, Lay? Kamu kelihatan gelisah.”Layla terkejut dan berusaha tersenyum. “Aku tidak apa-apa, Kak. Hanya… masih kepikiran soal Zaverick.” Leon mendesah. “Aku sudah bilang, Lay. Dia tidak cocok untukmu. Lebih baik kamu mulai melupakannya.” Layla hanya mengangguk pelan, meskipun hatinya berteriak sebaliknya. Dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan perasaanny