Malam itu, Layla duduk di tepi jendela kamarnya. Pikirannya berkecamuk, antara perasaan cinta yang begitu besar pada Zaverick dan kekecewaannya terhadap Leon yang memutuskan segalanya tanpa memberinya pilihan. Air matanya terus mengalir, seiring dengan rasa sesak di dadanya. Meskipun Layla paham apa yang Leon lakukan karena dia ingin melindunginya. Namun, dia tidak bisa hidup tanpa Zaverick. Cinta pertamanya, yang selalu menjadi sandaran baginya tempat dia curhat tentang segalanya. Sementara itu, Zaverick tidak bisa tidur malam itu. Kata-kata Leon terus terngiang di kepalanya, membuatnya gelisah. Otaknya hanya dipenuhi oleh Layla yang saat ini dikurung oleh sang kakak. Sehari tak bertemu dengannya bagaikan sewindu. Dia tidak bisa hanya berdiam diri. Dia harus bertindak. Dia yakin, Layla