Kaia berdiri di depan pintu besar mansion Zeff, sebuah bangunan megah yang berdiri angkuh di tengah malam. Angin dingin menyapu lembut wajahnya, seolah memperingatkan bahwa apa yang ada di dalam akan membawa lebih banyak badai dalam hidupnya. Kedua tangannya gemetar, bukan karena suhu udara, tetapi karena jantungnya yang berdegup tak beraturan. Ia mencoba mengontrol napasnya, namun setiap langkahnya mendekatkan dia pada kenangan yang berputar-putar di pikirannya seperti gulungan film tua. Malam itu kembali menguasai benaknya. Malam di mana dia merasa terperangkap, sekaligus terhanyut. Malam pertama ketika dia dihadapkan pada sisi kelam Zeff yang mengambil kesuciannya, namun ironisnya--dia mengizinkannya dan bahkan tenggelam dalam gairah. Kaia memejamkan mata, mengingat saat Zeff