“Kenapa Om? Kok pucat? Om sekarat ya?” Melani mengintip wajah Reyhan yang masih menyandarkan keningnya pada daun pintu lemari pakaian. Pria itu menoleh ke arah Melani tanpa mengangkat keningnya. Tatapannya penuh emosi bercampur kesal menjadi satu. “Aku lama-lama bisa meledak jika gadis ini tidak segera pergi dari sini.” Gumamnya dalam hati. Melihat wajah kesal Reyhan, Melani berpikir kalau pria itu sebentar lagi akan menyerah dengan perjodohan di antara mereka berdua. “Om lelah kan dengan semua ini? Sama, Mela juga lelah.” Bergaya sok dewasa seraya menyandarkan punggungnya pada daun pintu lemari baju tepat di sebelah Reyhan. “Harusnya sejak awal, kita itu nggak begini, batalkan saja!” Menyentuh bahu Reyhan berpura-pura prihatin dengan keadaan pria tersebut. Reyhan geram sekali menden