Reyhan memutar tubuhnya, pria itu membalas pelukan Melani Anisa. “Kamu tidak akan meninggalkanku walau aku jarang pulang ke rumah kan?” Reyhan ingin memastikannya kembali, dia cemas kalau Melani mengingkari ucapannya beberapa menit lalu. Reyhan tetap saja merasa cemas, sungguh tidak bisa dibayangkan bagaimana dia bisa tunduk dan takluk pada sosok gadis seperti Melani Anisa yang awalnya sangat jahil dan selalu membuatnya naik darah. “Mas, jangan seperti anak kecil. Kenapa malah merajuk begini?” Melani mendongak menatap kedua bola mata Reyhan tengah menatapnya dengan tatapan sayu, memelas meminta kepastian padanya. “Berkasnya menumpuk nanti. Mas nanti kerepotan sendiri, jangan mikirin Mela. Mela sama Rokie atau a, b, c, d, atlet lain tidak akan pernah dekat seperti yang Mas Reyhan cemaska