Ucapan Arga dicafe bambu tadi membuat Windu menjadi kepikiran. Secercah kebimbangan pun melingkupi pikirannya. Terkadang nafsu itu bisa mengalahkan logika pemikiran kita sendiri. Tubuh Windu sudah lelah setelah seharian bekerja di cafe bambu. Kini Windu harusmemulihkan kembali tenaganya dengan ber -istirahat. Tapi hingga dini hari kedua mata ini tak mau juga terpejam. Beberapa bulan ini, Wibisono juga tidak menghubunginya sama sekali. Untuk menanyakan kabar pun tidak, apalagi mengetahui keberadaan Windu saat ini. Rumah besar itu sudah di jual oleh Yasinta. Yasinta pun menghilang bagai di telan bumi setelah mencairkan semua asset Wibisono. Windu tak pernah tahu kemana rimbanya. "Apa iya, Mas Wibisono sama sekali tak memiliki rasa padaku? Apakah waktu satu bulan kebersamaan kita, itu tak