Part-7

599 Kata
Makin hari perkembangan Dea makin membaik. Setiap sore Raka selalu membantu Dea belajar berjalan di taman kecil belakang rumah mereka. Keputusan mereka untuk membuka hati masing-masing membuat hubungan mereka makin dekat tanpa rasa canggung. Malam ini, Raka, Dea dan Saka makan malam bersama. Raka dan Dea duduk bersebelahan. Sedangkan Saka duduk di seberang mereka. Seperti biasa, Raka mengambilkan nasi dan lauk untuk Dea. "Sudah cukup?" tanya Raka. "Udah, Om," jawab Dea. "Mama ... Mama ... Masih aja manggil om. Manggil mas, abang, sayang juga nggak apa-apa kok, Ma" ucap Saka yang bermaksud menggoda papanya. "Nggak usah didengerin. Terserah kamu mau manggil apa," kata Raka. Dea hanya mengangguk sambil tersenyum. Saka juga ikut tersenyum. Lebih tepatnya menahan tawanya agar tidak meledak. Melihat Dea kesusahan memakan ikan sebagai lauknya, karena Dea memang tidak begitu suka ikan. Raka membantunya. Dengan tangannya, Raka menyuapi Dea. "Aduh, Papa ... tolong, Pa, sekali-sekali anggap keberadaanku. Jangan sampai aku maksa Papa buat ngelamarin anak orang lho, Pa...." Saka memperlihatkan mimik memelasnya. Mendengar ucapan Saka, Dea menahan tangan Raka yang akan memasukkan ikan ke mulut Dea. Dea memang masih malu jika berhadapan dengan Saka. Apalagi setelah Saka memergokinya sedang berciuman dengan Raka. "Kamu kenapa, sih, sirik banget sama Papa?!" jawab Raka. Raka dan Saka memang lebih tampak seperti sepasang sahabat. Apalagi sebelum Raka menikah, mereka hanya berdua. Selain bersama Bik Asti dan suaminya. "Bukannya sirik, Pa, Papa ngalahin anak ABG yang lagi kasmaran...." "Biarin ... biar kamu mencontoh papa. Biar nanti kalo kamu punya istri bisa memperlakukan istrimu seperti Papa memperlakukan Mama Dea," ucap Raka yang diakhiri dengan mencium pipi Dea. "Om...!" Dea menggeram sambil memelototkan matanya. Namun, Raka hanya nyengir memperlihatkan giginya. "Iya deh iya ... yang udah banyak makan asam garam. Udah, Ma, nggak usah malu. Papa emang gitu orangnya." Mereka menyelesaikan makan malam mereka dengan sesekali diselingi candaan. *** Raka dan Dea sudah berada di kamar mereka. Saat ini Raka sudah berani memeluk istrinya itu. Apalagi Dea juga tidak menolaknya.  Hanya saja ia belum berani menyentuh Dea lebih, selain mencium Dea. Pikirnya, ia masih punya banyak waktu. "Mau aku pijitin?" tawar Raka. "Nggak usah, Om. Om pasti capek seharian kerja." "Nggak ada istilah capek buat kamu," jawab Raka sambil mengelus pipi Dea. Dea hanya bisa memejamkan matanya menikmati elusan suaminya itu. "Om masih sabar menunggu?" "Tentu. Aku akan menunggu kamu siap. Aku akan menunggu kamu benar-benar sembuh. Meskipun dokter mengatakan sudah boleh, tapi kalo kamu belum siap aku tidak akan memaksa." Dea tersenyum. "Terima kasih," bisik Dea. "Iya," jawab Raka dengan berbisik juga. Mereka berciuman. Kali ini ada perasaan lain dalam diri Dea hingga ia lebih agresif dari biasanya. Mendapatkan sinyal itu, Raka bertanya "Kenapa? Apa kamu sudah siap?" Ia juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia juga menginginkan Dea. Dea mengangguk malu-malu. Malam itu menjadi malam pertama untuk Dea. Juga untuk Raka yang sudah berpuasa selama delapan tahun lebih. Di bawah selimut, Raka masih memeluk Dea dengan tubuh yang masih sama-sama t*******g. "Terima kasih sudah mau menjadi istriku sepenuhnya," ucap Raka sambil mencium kening Dea. "Terima kasih juga Om sudah mau menjadi suamiku. Melaksanakan tanggung jawab Om. Bahkan lebih dari sekedar tanggung jawab karena kecelakaan itu." Dea beranikan diri mencium pipi Raka. "Aku suka kamu yang kaya gini. Kamu yang aktif," puji Raka. "Tapi Om jangan suka asal cium di depan Saka," pinta Dea dengan nada sedikit manja. "Kenapa?" "Aku malu," jawab Dea sambil memanyunkan bibirnya. "Ih ... ini jangan gini dong, nanti on lagi akunya." Raka mencubit bibir Dea. "Om m***m!" "Wajar, dong, delapan tahun aku menduda. Coba aja kamu lagi sehat, udah aku garap kamu nyampe pagi." "Maunya...." TBC. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN