Kejahatan

1692 Kata
Wajah permaisuri Xianmu masih memerah layaknya buah persik yang baru matang. Sementara itu, kaisar Xian hanya tersenyum puas karena berhasil menggoda permaisurinya. "Lihatlah wajahmu ini, penuh dengan tepung." Kaisar Xian menyeka butiran tepung di alis permaisuri Xianmu. Di perlakukan begitu baik oleh kaisar Xian, bagiamana mungkin permaisuri Xianmu bisa merajuk padanya. Dengan statusnya sebagai seorang permaisuri, permaisuri Xianmu hanya bisa menyandarkan dirinya pada kaisar Xian. Mendengar kaisar Xian mengungkit soal tepung di wajahnya itu, permaisuri Xianmu dengan malu-malu berkata, "Itu..sebenarnya aku ingin memberikan kue osmanthus ini padamu Kaisar. Hanya saja.., sudahlah lupakan saja." Kaisar Xian tidak berbicara apa-apa, tangannya meraih kue osmanthus lain yang berada di piring keramik. Permaisuri Xianmu memperhatikan kaisar Xian saat kaisar melahap kue itu. Permaisuri Xianmu mengetahui kalau kemampuan memasaknya sangat mengerikan, jadi ia sangat berhati-hati ketika ia bertanya pada kaisar Xian, "Bagaimana rasanya? Ini pertama kalinya aku membuat kue dari bunga osmanthus, aku tau rasanya tidak akan seenak buatan mendiang ibu permaisuri." Kaisar Xian dengan wajah muram berbicara, "Kau benar permaisuriku, yang ini kurang manis." Mendengar perkataan kaisar Xian, permaisuri Xianmu sedikit kecewa saat ia berkata,"Benarkah? Sudah aku duga. Maafkan permaisurimu ini kaisar." Wajah permaisuri sekarang terlihat begitu menggemaskan, kaisar Xian yang semula akan menggodanya dan berharap jika permaisuri akan arah padanya tidak pernah mengira kalau permaisurinya akan bersikap begitu manja. Kaisar Xian kemudian berbicara, "Ahahahaha, maksudku bukan begitu. Kue ini kurang manis karena aku mengambilnya dari piring. Sementara kue pertama begitu manis karena aku mengambilnya dari mulut permaisuriku.” Mendengar rayuan manis kaisar padanya, permaisuri Xianmu tidak tau harus tertawa atau menangis. Ia tidak bisa membantu tapi wajahnya penuh dengan rona kebahagiaan. Melihat kaisar Xian yang begitu lesu, permaisuri Xianmu dengan hati-hati menuangkan teh hangat ke dalam cangkir kecil di atas meja. Kaisar Xian kemudian menyesap teh itu untuk menghangat tubuhnya, hingga setelah kaisar meletakkan cangkir itu kembali di atas meja, kaisar Xian berbicara dengan wajah serius, "Aku ingin mengatakan sesuatu padamu permaisuriku." Melihat ekspersi kaisar Xian yang jenaka berubah menjadi ekspresi serius, permaisuri Xianmu juga berkata dengan sungguh-sungguh, "Katakanlah Yang mulia, apa yang membuat hati anda gusar?" Tangan permaisuri Xianmu meraih tangan kaisar Xian. Tangan mungil itu menggenggam erat tangan kaisar Xian. Entah mengapa hati kaisar Xian menjadi tenang saat permaisuri Xianmu melakukan hal ini. Kaisar Xian mendekat dan memeluk permaisuri Xianmu dan tiba-tiba ia berbisik, "Tidak, hanya saja..aku sangat merindukanmu. Aku ingin terus bersamamu. Aku ingin cepat melihat putra mahkota lahir ke dunia, kalian sudah cukup bagiku." Permaisui Xianmu membelai punggung kaisar Xian ketika wajahnya terbenam di d**a kaisar, permaisuri Xianmu juga berbisik dengan suara lembut, "Aku juga merindukan kaisar. Aku juga berharap kalau putra mahkota akan segera lahir ke dunia dengan kondisi sehat." Awal mulanya kaisar ingin menceritakan kejahatan yang melibatkan fraksi barat. Tapi melihat kondisi permaisurinya yang tengah hamil muda, kaisar Xian kemudian mengurungkan niatnya itu. Mengingat hal ini akan melukai hati permaisuri Xianmu, kaisar Xian memilih untuk menyembunyikan fakta ini dari permaisuri untuk sementara waktu. Untuk itu, kaisar Xian berniat menunda waktu, kaisar Xian berharap ayah mertuanya tidak terlibat dalam kejahatan besar ini. */ Paviliun Hua Ting, Kediaman Selir Hua. Cao Cao secara mengejutkan datang berkunjung ke kediaman selir Hua. Selir Hua menyambut kedatangan ayahnya itu dengan gembira. "Ayah, bagaimana kabarmu?" Tanya Cao Hua. Cao Cao, "Ayahmu ini akan baik-baik saja hanya dengan melihat anak-anaknya bahagia. Sepertinya yang mulia sedang banyak pikiran, katakan pada ayah. Mungkin saja orangtua ini bisa membantu yang mulia." Selir Hua sedikit ragu, namun wajah muramnya akibat kejadian semalam masih nampak hingga saat ini. Dan kekesalan selir Hua ini menjadi keberuntungan yang dikirim langit pada Cao Cao. 1 bulan yang lalu….. Saat itu kaisar Xian baru saja dinobatkan menjadi kaisar menggantikan mendiang kaisar Liu Bian yang wafat di medan perang. Semua anggota fraksi barat mengira bahwa kaisar muda seperti kaisar Xian hanya bisa menjadi kaisar boneka yang akan menguntungkan mereka. Tapi nyatanya, kaisar yang dulunya bergelar wangye ini amat sangat cakap. Kemampuannya berpikir melebihi mendiang sang kakak, kaisar Liu Bian. Dan hal ini tentu saja menjadi hambatan bagi fraksi barat. Pemerintahan menjadi semakin ketat dan transparan begitu kaisar Xian memimpin. Hanya dalam kurun waktu 1 minggu, kaisar Xian berhasil mengatasi masalah kelaparan di ibu kota Chang’an. Lalu bagaimana jika kaisar muda itu terus memerintah? Tentu saja rakyat akan sejahtera, namun klan bangsawan yang memakan uang rakyat akan sengsara. Oleh karena ini, fraksi barat berusaha mencari cara agar bisa mengendalikan pemerintahan yang bersih ini. Saat itu pemimpin fraksi barat Cao Cao yang mulai merasa resah akan ketelitian kaisar Xian mulai mencari cara. Dan tentu saja permaisuri Xianmu adalah kuncinya. Di dalam tubuh permaisuri Xianmu mengalir darah Cao Cao, jadi tidak mungkin permaisuri mengabaikan ayah kandungnya sendiri kan? "Ayah, sudah lama sekali ayah tidak mengunjungiku. Bagaimana kabar ayah?" Permaisuri nampak sumringah atas kedatangan sang ayahanda yang amat sangat ia hormati. Cao Cao membungkuk dan memberi hormat pada permaisuri Xianmu, "Maafkan ayahmu ini yang mulia. Urusan negara benar-benar tidak bisa ditinggalkan." Sebagai seorang permaisuri, permaisuri Xianmu tau betul kalau posisinya kini jauh di atas posisi ayahnya. Tapi ia masihlah tetap darah daging Cao Cao, melihat ayah yang telah membesarkannya membungkuk padanya, hati permaisuri Xianmu merasakan sakit. Ia kemudian membantu ayahnya kembali ke posisi semula dan berkata dengan lembut, "Ayah jangan pernah membungkuk dan memberi hormat jika hanya ada kita berdua. Aku masihlah Cao Jie, putri ayah." Ayah dan anak itu menghabiskan beberapa menit untuk bercakap-cakap santai. Sesekali Cao Cao meminum teh bunga haitang yang berada di cangkir sambil bertanya tentang kondisi kehamilan permaisuri yang sudah memasuki bulan pertama. Topik pembicaraan yang mulanya ringan kini mulai serius. Panglima Cao Cao meletakkan cangkir keramik berisi teh, "Yang mulia, apakah ayahmu ini bisa meminta bantuan?" Permaisuri Xianmu tidak terlalu terkejut saat ia mendengar hal ini. Dari pertama kali Cao Cao melangkahkan kakinya ke istana Fenghuang, permaisuri Xianmu sudah bisa melihat niatan ayahnya ini. Tapi wajah permaisuri Xianmu tetap tenang ketika ia berkata, "Ayah tidak perlu sungkan, katakan saja. Bantuan apa yang bisa putri ini berikan." Wajah Cao Cao nampak lega, tanpa ada keraguan lagi, sang panglima perang pun mengutarakan keinginannya, "Ini perihal kaisar. Ayah tau dia adalah kaisar yg mumpuni, hanya saja ini terlalu berbahaya bagi fraksi barat. Permaisuri mengerti maksud ayahmu ini kan?" Tentu saja permaisuri Xianmu mengerti, hanya saja ia masih tidak percaya terhadap apa yang barusan ayahandanya ucapkan. Keraguan tumbuh di hati permaisuri, ia benar-benar tidak menyangka kalau ayah yang begitu ia hormati kini benar-benar telah terbawa arus kehidupan politik istana. Sejak Cao Cao memaksa Cao Hua untuk menjadi selir, permaisuri Xianmu sudah melihat kalau sosok ayah yang peyangang, kini telah berubah. Permaisuri Xianmu berniat bermain kotor ketika ia berbicara, "Maksud ayah apa? Ayah ingin aku…" Cao Cao tidak membiarkan putrinya itu untuk bermain kotor. Sebaliknya Cao Cao langsung menyela saat permaisuri berbicara, , "Rayulah kaisar Xian, bujuk ia agar tidak terlalu fokus pada fraksi barat. Bukankah dia masih muda, ia seharusnya lebih banyak menikmati masa mudanya denganmu." Wajah permaisuri Xianmu yang semula tenang, kini sedikit berubah. Alisnya berkerut ketika ia mendengar permintaan tak masuk akal dari ayahnya itu. Selain itu permaisuri Xianmu heran kenapa kata-kata tidak tau malu seperti itu bisa keluar dari mulut ayahnya. Permaisuri Xianmu dengan dingin menjawab kemauan ayahnya itu, "Ayah, kenapa aku harus menghentikannya? Kaisar Xian telah membuktikan dirinya mampu untuk memimpin dinasti ini. Maafkan putri ini ayah, tapi aku tidak bisa membantumu. Aku hanya akan berpura-pura tidak mendengarmu. Ah, fraksi barat adalah fraksi barat dan ayah adalah Cao Cao. Aku percaya ayah tidak melakukan hal yang salah. Iya kan? " Eksperi wajah Cao Cao berubah, nyatanya ada amarah terselip di keriput wajahnya. Hanya saja ia mencoba menahan amarahnya saat ia berbicara, "Apa yang bisa orangtua ini lakukan lagi? Jikalau anak ayah yang sekarang menjadi permaisuri tidak bisa menolong ayahnya? Jangan menyesalinya yang mulia. Aku pamit." Cao Cao keluar dari istana Fenghuang dengan kekesalan yang dalam. Ia tidak menyangka kalau putri yang selama ini ia besarkan menjadi semakin angkuh setelah ia menjadi permaisuri. Dengan penolakan keras dari permaisuri itu, maka jalan keluar untuk membuat fraksi barat bertahan semakin kecil. Siapa yang menyanka jika harapan tinggi sang manta panglima perang harus dijatuhkan sampai ke titik terendah oleh putri kandungnya sendiri. 1 Bulan kemudian (Kembali ke masa depan) Mendengarkan cerita ayahnya tentang penolakan permaisuri, Cao Hua sedikit bingung. Sebelumnya ia tidak ingin ikut campur dengan permasalahan politk. Sejak kasus permaisuri Xianmu yang hampir celaka karena insiden keracunan makanan itu, Cao Hua sebisa mungkin menjauhi ayahnya. Cao Hua berharap kalau sang ayah tidak akan mengulangi tindakan mengerikannya itu lagi, tapi siapa sangka, Cao Cao sudah berubah menjadi setengah iblis ketika ia mengetahui kalau kejatuhan fraksi barat semakin dekat. Selir Hua menatap ayahnya dengan wajah penuh kekecewaan, "Ayah…" Cao Cao dengan dingin mencibir, "Apa kau akan menolak untuk membantu ayahmu juga?" Selir Hua sedikit ragu, tapi tekad Cao Cao lebih kuat, "Ayah akan membantumu untuk mendapatkan kaisar Xian. Ayah melihat kejadian semalam…" Selir Hua tertegun, ia tidak menyangka kalau kejadian saat ia membuang kue untuk kaisar itu di lihat oleh ayahnya sendiri, "Ayah aku…" Cao Cao sudah kehilangan kewarasannya saat ia berkata dengan kejam, "Ayah mengerti kau cemburu pada kakak keduamu. Oleh karena itu ayah akan membantumu untuk merebut kaisar darinya, ah satu lagi…ayah akan menjadikanmu permaisuri jika rencana ini berhasil." Selir Hua semakin kaget, omongan ayahandanya benar-benar diluar dugaan. Iblis apa yang sudah merasuki mantan panglima Cao Cao, hingga ia bisa setega itu pada permaisuri Xianmu yang juga putri kandungnya. "Permaisuri Xianmu juga putri ayah, dia adalah kakakku. Kenapa ayah…" Cao Hua tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Semua kata-kata yang ingin ia ucapkan tertahan di tenggorokannya. Melihat ekspresi putrinya yang semakin goyah, Cao Cao tidak akan membiarkan kesempatan ini pergi. Maka ia kemudian berbicara, "Ayahmu ini adalah mantan panglima perang, membunuh adalah keahlian ayah. Walaupun dia adalah darah daging ayah, tapi jika ia berani menghalangi jalan ayah, maka ayah tidak akan berbelas kasih. Pikirkanlah nasihat ayah ini dan berikan ayah jawaban. Ayah tau kau putri yang pintar." Cao Cao meninggalkan selir Hua dengan seribu pertanyaan. Selir Hua akhirnya sadar, orang seperti apa ayahnya itu. Selir Hua sekarang tau betapa menakutkannya ayahnya. Hanya saja tawaran yang diberikan oleh ayahnya itu sedikit membuatnya ragu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN