Permaisuri Xianmu yang tidak sengaja melihat Kaisar Xian dan adiknya sedang berpelukan di taman tidak bisa membantu tapi ia dengan wajah tenang memutuskan untuk kembali ke Istana Fenghuang. Wajah cantiknya nampak tersenyum, tapi matanya tidak bisa berbohong saat di hatinya tumbuh rasa cemburu. Tapi sebagai seorang permaisuri, ia tidak bisa melakukan apa-apa, ia hanya bisa memaksakan hatinya untuk tetap bisa tersenyum dan tabah.
Sementara itu kebersamaan antara kaisar Xian dengan selir Hua itu hanya berlangsung sebentar. Kaisar Xian yang kini tengah disibukkan dengan penyelidikan rahasianya tidak punya waktu untuk bersantai. Niat awal kaisar Xian yang mulanya ingin bertemu permaisuri Xianmu menjadi batal karena urusan mendesak. Alhasil kerinduan di dalam hati kaisar Xian tidak bisa terobati hari ini.
Di tengah-tengah taman bunga, ada satu bunga yang mekarnya melampaui ratusan bunga. Wajah merona selir Hua tidak bisa lagi ia sembunyikan, senyum diwajah bulatnya tidak pernah hilang semenjak kaisar Xian memeluknya tadi.
“Yang Mulia, anda tampaknya benar-benar bahagia.” Ujar pelayan selir Hua.
Selir Hua dengan malu-malu berkata, “Benarkah?”
Pelayan itu tidak bisa tidak menjawab, “Yang Mulia juga berhak menerima cinta dari kaisar. Kaisar Xian bukan hanya milik permaisuri Xianmu saja, tapi milik anda juga.”
Cao Hua terdiam mendengar ucapan sang pelayan itu, hatinya yang mulanya mantap tidak ingin jatuh cinta pada kaisar Xian mulai ragu. Ia tetap ingin menghormati kakaknya, tapi jauh dilubuk hatinya ia mulai goyah untuk tidak bisa tidak terpesona pada kaisar Xian.
Tanpa sadar selir Hua mengucapkan beberapa kata yang mengejutkan, “Kau benar, selama ini kakak kedua selalu mendapatkan cinta dari semua orang. Bahkan ketika ia tak perlu memeras otot-ototnya, dia akan tetap dicintai. Tapi aku tidak akan pernah melukainya, dia begitu baik padaku. Dan dia tetaplah kakakku, jadi jangan pernah membahas ini lagi.”
Pelayan selir Hua itu terlihat kecewa begitu melihat reaksi majikannya itu. Tentunya ini bukanlah reaksi yang ia harapkan. Majikannya itu bahkan tidak memiliki obsesi untuk naik ke atas ranjang naga dan meraih apa yang ia inginkan, dan itu pastilah akan berpengaruh pada sang pelayan. Status majikan akan mempengaruhi status pelayannya, oleh karena itu pelayan selir Hua berusaha semaksimal mungkin untuk menaikkan derajat majikannya.
Berlokasi di istana pribadinya sendiri, permaisuri Xianmu sedang duduk termenung. Setumpuk buku berada di atas mejanya, kudapan manis tidak tersentuh sedikitpun, bahkan teh yang semula hangat kini telah menjadi dingin. Semenjak kejadian di taman itu permaisuri lebih banyak diam. Dia tidak berbicara apa-apa, hanya buku klasik kesukaannya yang ia mainkan dari tadi. Tidak untuk membacanya, bahkan halaman yang dibaca oleh permaisuri Xianmu masih sama.
“Permaisuri, apakah tidak sebaiknya anda yang menemui kaisar Xian? Seharusnya dia kemari, tapi ini sudah beberapa jam berlalu, dan kaisar masih belum kesini?” Ujar Mian Mian yang nampak khawatir dengan permaisuri Xianmu.
Mendengar ucapan pelayan kepercayaannya itu, permaisuri Xianmu sedikit terbujuk. Hingga kemudian ia memutuskan dengan ragu, “Haruskah aku kesana? Mian Mian, kalau begitu ayo kita kesana.”
Akhirnya permaisuri sampai di aula istana, dari balik pintu permaisuri Xianmu melihat kaisar Xian yang nampak sibuk. Wajah tampan kaisar Xian sangat serius hingga matanya tidak melirik ke arah lain selain ke gulungan kertas yang berisi petisi-petisi rakyat. Melihat kondisi ini, permaisuri Xianmu akhirnya kembali ke istananya dengan raut wajah yang sedikit kecewa.
“Yang Mulia, ini adalah salahku. Tidak seharusnya aku menganjurkanmu untuk pergi mencari kaisar.” Ujar Mian Mian dengan nada penuh penyesalan.
Permaisuri Xianmu tersenyum, “Bagaimana mungkin ini salahmu? Kalau kau tidak menyarankanku untuk mencari kaisar, maka aku hanya akan berdiam diri dengan seribu rasa penasaran yang membelit otakku. Tapi berkat idemu itu, aku sudah tidak penasaran lagi.”
Mian Mian sedikit lega, “Lalu apa yang membuat permaisuri gelisah?”
“Aku hanya khawatir dengan kesehatan kaisar. Kaisar selalu bekerja keras dan mungkin saja ia melewatkan waktu makannya.” Kata permaisuri Xianmu.
Tiba-tiba saja permaisuri Xianmu mendapatkan sebuah ide, ia kemudian berbisik di telinga Mian Mian. Mendengar ide tuannya itu, Mian Mian sedikit mengerutkan dahi sebelum akhirnya menjawab dengan penuh keraguan, “Pelayan ini mengerti yang mulia.”
Permaisuri Xianmu sudah bersiap di dapur kecil di istana Fenghuang. Sekali lagi ia berniat untuk membuatkan makanan untuk kaisar. Mian Mian yang sudah kapok dengan hasil masakan permaisuri Xianmu terakhir kali, tidak bisa tidak khawatir. Kali ini permaisuri Xianmu berniat untuk membuat kue osmanthus yang begitu disukai oleh kaisar. Kue itu bahkan tidak bisa di buat oleh sembarang orang, sejauh ini hanya koki senior istana dan Si Zhun Li yang berhasil membuatnya.
“Tepung, berikan aku tepung.” Permaisuri Xianmu dengan semangat meminta Mian Mian memberikannya tepung beras.
Dapur istana Fenghuang kini benar-benar berada di ambang kehancuran, tepung berserakan di mana-mana. Bahkan wajah permaisuri yang cantik tidak lepas dari noda tepung, Mian Mian nyaris gila ketika ia melihat kegilaan yang terjadi saat ini.
Kelanjutan kasus korupsi pejabat istana yang masih menjadi penyelidikan rahasia kaisar Xian dan Si Zhui masih terus berjalan. Kaisar Xian terus melakukan upaya untuk menemukan bukti keculasan yang dilakukan oleh fraksi barat. Kejahatan fraksi barat sudah tidak bisa di tolerir lagi, mereka bahkan terang-terangan menggunakan prajurit istana untuk memungut upeti pada rakyat jelata dan pedagang miskin.
“Yang mulia kaisar, anda sudah beberapa hari ini tidak beristirahat dengan baik. Anda harus menjaga kesehatan anda.” Melihat wajah kaisar Xian yang pucat dan tubuhnya yang kurang bertenaga, Si Zhui terlihat sangat khawatir.
Mata kaisar Xian masih fokus dengan tumpukan gulungan di atas meja kerjanya, “Rakyatku bahkan tidak punya waktu untuk beristirahat, bagaimana mungkin aku bisa beristirahat.”
Kaisar Xian kembali melanjutkan, “Si Zhui, aku ingin kau mengambilkan aku laporan keuangan 5 tahun terakhir.”
Tanpa banyak bertanya Si Zhui bergegas meninggalkan ruang belajar kaisar. Tak lama setelah kepergian Si Zhui, sesosok perempuan cantik sedang berdiri dan mengetuk pintu ruang belajar kaisar.
“Ini, Selir Hua. Apakah kaisar memiliki waktu?” Secara mengejutkan selir Hua yang biasanya tidak pernah menemui kaisar, tiba-tiba datang.
Melihat sosok adik dari permaisuri itu, kaisar Xian berbicara dengan lembut, “Ah, masuklah.”
Gulungan kertas masih berserakan di atas meja, sadar selir Hua semakin mendekat, Kaisar Xian segera menyingkirkan gulungan-gulungan itu dan bersikap seperti biasanya.
“Ini sudah tengah malam, apa yang membawamu kemari?” tanya Kaisar.
Selir Hua, “Ah ini…”
Belum sempat Cao Hua menyelesaikan ucapannya, Si Zhui sudah terlebih dulu datang dan menyela. Sebuah wadah berisi makanan yang dibawa oleh Cao Hua terpaksa ia sembunyikan lagi.
“Kaisar, tadi aku melihat permaisuri Xianmu. Aku kira dia disini, tapi…” Si Zhui melirik ke arah selir Hua dan seketika ia menutup rapat mulutnya.
“Maafkan aku yang mulia, aku benar-benar tidak mengira kalau anda sedang berada disini. Si Zhui memberi hormat pada yang mulia selir Hua.”Timpal Si Zhui seraya membungkuk pada selir Hua.
Selir Hua tersenyum dan berkata dengan lembut, “Tidak apa-apa.”
Perhatian kaisar Xian sudah teralihkan sejak Si Zhui menyebut perihal permaisuri Xianmu. Dengan wajah yang penuh semangat kaisar Xian menjawab, “Benarkah? Tapi kenapa permaisuri tidak kesini? Ah dia pasti malu..”
Selir Hua kembali berbicara, “Kaisar, aku…’
Bahkan sebelum selir Hua menyelesaikan kalimatnya, Kaisar Xian sudah terlebih dahulu berbicara, “Selir Hua, maafkan aku. Nampaknya kau harus kembali sekarang, ini sudah malam.”
“Ah, baiklah. Kalau begitu selir Hua pamit.” Dengan menahan rasa kecewa selir Hua keluar dari ruangan.
Selir Hua berjalan keluar dengan wadah makanan yang masih ia pegang. Asap panas mengepul dari wadah yang terbuat dari anyaman bamboo itu. Mendengar suara kaki mendekat, selir Hua dan pelayan pribadinya bersembunyi dibalik tembok. Selir Hua penasaran, apakah tebakannya tentang kaisar benar. Dari balik tembok selir Hua diam-diam mendengar percakapan antara Si Zhui dan Kaisar Xian.
“Aku tidak begitu jelas melihatnya, mungkin karena gelap. Tapi aku sangat yakin itu adalah permaisuri Xianmu. Pedang Mian Mian berkilauan saat gelap, jadi aku semakin yakin.” Ujar Si Zhui.
Kaisar Xian tertawa, “Ahahahha, dia pasti merindukanku. Hari ini seharusnya aku bertemu dengannya, tapi ada suatu hambatan. Ayo kita kesana, aku benar-benar merindukan gadis konyol itu Si Zhui.”
Dari balik tembok, selir Hua menahan rasa kecewa yang amat dalam. Di buangnya wadah berisi kue osmanthus itu. Cao Hua benar-benar marah ketika mendengar ucapan kaisar Xian tadi. Tanpa sadar kemarahan tumbuh dihatinya, berkat minyak tanah yang di tuang di bara api, maka kemarahan Cao Hua semakin meningkat.
“Yang mulia, permaisuri benar-benar sudah egois. Hamba tidak bermaksud untuk menjelek-jelekkan yang mulia permaisuri, tapi anda juga berhak atas kasih sayang kaisar.” Pelayan pribadi selir Hua itu berbicara dengan maksud menghasut selir Hua.
Mendengar ucapan pelayan pribadinya itu, wajah Cao Hua semakin suram. Cao Hua mencibir dalam hatinya, “Kau memang jahat kakak, kau bahkan tidak mau membagi punyamu sedikit saja padaku.”
Di balik kejadian itu, sepasang mata tengah mengamati selir Hua yang nampak kesal. Janggut panjang dan keriput di wajah laki-laki itu menutupi senyum yang keluar dari wajahnya.
*/
Istana Fenghuang milik permaisuri Xianmu masih terang, hal ini menandakan bahwa penghuni di dalamnya belum tidur. Kaisar Xian sampai di depan halaman kediaman permaisuri Xianmu, pelayan yang melihat kaisar berniat memberi tahu permaisuri Xianmu, tapi kaisar Xian melarangnya.
“Aku akan masuk sendiri, apa permaisuri sudah tidur?” Tanya kaisar Xian.
Mian Mian datang dari dalam ruangan dan segera memberi hormat pada kaisar Xian, “Yang mulia permaisuri masih terjaga, hanya saja…”
Kaisar Xian, “Hanya saja apa?..Ah sudahlah, aku akan masuk dan melihatnya.”
Dengan langkah penuh percaya diri kaisar Xian masuk. Kaisar Xian berjalan dengan hati-hati dan berusaha untuk tidak membuat suara. Begitu sampai di depan pintu kamar permaisuri Xianmu, kaisar Xian mendengar suara permaisuri Xianmu yang sedang berbicara sendiri.
“Sudahlah, mungkin Xiao Hua ingin menemani kaisar. Kue osmanthus ini biar aku yang makan saja.” Suara permaisuri Xianmu samar-samar.
Kaisar tersenyum ketika mendengar suara permaisuri Xianmu yang terdengar seperti wanita yang sedang cemburu. Kaisar Xian bergumam, “Rupanya permasuriku sedang kesal.”
Pintu terbuka kamar terbuka dan membuat permaisuri Xianmu terkejut. Kue osmanthus yang berada ditangannya sudah hampir ia habiskan. Mulutnya penuh dengan kue osmanthus, hingga ia tidak bisa bicara.
Melihat kue yang seharusnya menjadi miliknya itu, kaisar Xian sedikit mendengus ketika ia berjalan mendekat ke arah permaisuri, “Bukankah permaisuri membuatkannya untukku, kenapa malah di makan?”
Kaisar Xian tidak mengizinkan permaisuri Xianmu menjawab pertanyaannya. Kaisar Xian mendekat ke arah permaisuri Xianmu dan menggigit sebagian kue yang ada di mulut permaisuri Xianmu. Ekspresi permaisuri Xianmu tidak bisa berbohong, matanya melotot karena terkejut, tapi wajah putihnya memerah karena malu.
Kaisar Xian menguyah kue osmanthus yang di curinya dari mulut permaisuri Xianmu, “Manis, kue ini jauh lebih manis sekarang.”