Cemburu?

1794 Kata
Sudah beberapa hari ini kaisar tidak berada di istana. Selain karena adanya inspeksi rahasia di ibu kota Chang’an, kaisar Xian dan beberapa pengawal pribadinya juga menyempatkan diri untuk pergi ke gunung Lan Ling dan kembali menemui Shizun Li. Perjalanan kaisar ini tidak semata-mata hanya untuk memberi hormat pada gurunya, kaisar Xian juga ingin menyampaikan kabar bahagia kehamilan permaisuri Xianmu pada gurunya itu. Perjalanan menuju bukit Lan Ling kali ini dilakukan setelah rombongan kaisar Xian menyelesaikan inspeksi di ibukota. “Salam Si Zhun, muridmu ini datang untuk melihat Si Zhun.” Kaisar Xian di ikuti para pengawalnya menangkupkan tangan dan memberi hormat kepada tetua Li. Melihat seorang kaisar yang tidak seharusnya bersikap seperti ini padanya, Si Zhun Li segera menundukkan kepalanya seraya berbicara, “Yang mulia begitu baik, orangtua ini hanyalah manusia hina. Silahkan yang mulia duduk dan minum teh.” Karena telah beberapa hari berada di luar istana, tentu saja para pasukan istana yang mengawal kaisar begitu kelelahan. Si Zhui mengarahkan bawahannya untuk beristirahat di area perguruan Baiduk. Sementara kaisar Xian dan sang guru berbicara dari hati ke hati. Wajah bahagia Si Zhun Li tidak terbendung lagi ketika ia mendengar berita kehamilan permaisuri Xianmu. Seperti seorang kakek yang menantikan kelahiran cucunya, Si Zhun Li bahkan lebih antusias dari pada hari-hari biasanya. Hal ini tidak mengherankan, Si Zhun Li berasal dari era yang sama dengan janda permaisuri. Itu sudah sejak lama sejak lelaki tua itu melihat anak kecil, dan sekarang anak kecil yang telah di rawatnya itu telah menjadi pemuda dewasa sekaligus kaisar negeri ini. “Anda benar-benar diberkati oleh surga yang mulia. Hamba yakin permaisuri akan melahirkan putra mahkota yang cerdas, mengingat anda dan permaisuri juga cerdas. Selain itu, putra mahkota pasti akan tampan seperti anda.” Seolah tau jenis kelamin janin yang kini bersemayam di Rahim permaisuri, Si Zhun Li dengan percaya diri berkata. “Tentu saja dia akan mewarisi ketampananku.” Kaisar Xian dengan sembrono pamer pada gurunya. Langit sore semakin menggelap, kaisar dan para pasukannya harus segera sampai di istana Weiyang sebelum malam. Maka dengan langkah berat, kaisar Xian dan pasukan berpamitan pada Si Zhun Li. Sepulang dari gunung Lan Ling, kaisar Xian tiba-tiba menghentikan kuda putih yang ditungganginya. Seorang pria tak berdaya terhempas oleh tendangan beberapa orang kuat, pria malang itu hampir saja terinjak oleh kuda kaisar Xian. Dalam kondisi yang masih tergeletak tak berdaya di atas tanah, pria malang itu memohon ampun pada laki-laki yang menendangnya itu. Kaisar Xian tidak bisa tidak bertindak, maka turunlah sang kaisar dari kuda putihnya. "Ada apa ini?" Tanya kaisar."Tuan muda, tolonglah aku, tolonglah aku. Selamatkanlah aku." Pinta pria paruh baya itu sambil memeluk kaki kaisar Xian. Pria malang itu sepertinya tidak mengetahui kalau kaki yang ia jadikan sandaran adalah kaki seorang kaisar. "Bangunlah." Kaisar memerintah dengan kedua tangannya memegang bahu pria malang itu. Si Zhui yang sudah waspada sedari tadi langsung berbicara dengan nada dingin, "Kenapa kalian bertindak kasar padanya? Apa kalian tidak punya mulut untuk berbicara secara baik?" Laki-laki yang menendang pria itu tampak mengerutkan dahinya. Baju zirah khas prajurit istana melekat ditubuh laki-laki yang bertindak sewenang-wenang itu. Melihat Si Zhui yang berbicara hanya terlihat seperti seorang pemuda cantik yang berasal dari keluarga bangsawan, para laki-laki yang berbuat jahat itu hanya tertawa meledek. "Ahahahah, lihatlah. Kalian tuan muda dari klan terhormat tidak usah ikut campur." Ujar salah satu prajurit istana itu sambil menyenggol siku temannya. Beberapa pria yang juga memakai pakaian prajurit ikut tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan prajurit sombong itu. Si Zhui yang sudah tidak bisa menahan amarah lagi, langsung mengeluarkan Chenjing dari sarungnya. Seketika pedang kebanggaan Si Zhui itu menebas lengan prajurit sombong itu. Darah bercucuran keluar dan prajurit sombong itu merintih kesakitan karena daging tubuhnya yang dipaksa keluar dari tulangnya. “Kau anak kecil, beraninya kau melukai prajurit istana!!” Salah seorang laki-laki berteriak dengan penuh amarah. Kaisar Xian dan para rombongan tentu saja sudah mengenali identitas mereka sejak baju Zirah yang melekat ditubuh mereka itu terlihat oleh mata. Namun, kaisar Xian tidak gegabah dan tidak langsung mengekspos identitasnya. Sebaliknya kaisar Xian ingin menyembunyikan identitasnya agar ia bisa memancing ular keluar dari sarangnya. Dengan maksud ini, kaisar akan tau alasan dibalik p*********n yang dilakukan oleh prajurit istana. Beberapa prajurit yang melihat hal inj juga tidak tinggal diam. Mereka semua langsung mengeluarkan pedang untuk melawan Si Zhui. Bagi Si Zhui, orang-orang yang ingin bertarung dengannya itu tidak lebih dari sekedar batu kerikil. Si Zhui bisa memisahkan kepala dan badan mereka semua hanya dengan satu kali ayunan Chenjing. Melihat Si Zhui yang sudah murka, kaisar Xian takut kalau Si Zhui akan menguliti para prajurit lancang ini. Ini hanya akan mengakibatkan masalah semakin ruyam dan bukti akan hilang. Maka sebelum Si Zhui mengayunkan Chenjing, kaisar Xian segera berbicara, "Ah kalian benar-benar yah, aku akan menghitung satu sampai tiga. Jika kalian tidak menurunkan pedang kalian, maka jangan salahkan aku kalau kalian akan bertemu raja neraka lebih cepat.” Suasana masih hening, hingga hitungan ketiga pun para prajurit masih enggan untuk menurunkan pedangnya. Sungguh lancang!. Kaisar Xian mengeluarkan sesuatu dari kantung hanfunya, sebuah plakat berwarna emas kini telah ia tunjukkan. Sebagai prajurit istana, mereka tidak mungkin tidak mengerti arti dari lambang naga yang ada di plakat emas itu. Maka seketika para prajurit yang sombong itu berlutut. "Yang Mulia, ampuni kebodohan kami. Kaisar ampuni kami." Ujar para prajurit itu. Kaisar Xian masih tidak bergeming. Namun, beberapa rakyat yang lewat nampak kaget. Mereka hanyalah rakyat jelata yang tidak mengerti arti plakat khusus kaisar itu. Tapi, begitu mereka mengetahuinya, mereka langsung berlutut dan memberi hormat pada kaisar Xian. Kaisar Xian mengambil Chenjing yang masih berada diluar sarungnya dari Si Zhui. Ia kemudian berjalan ke arah para prajurit yang lancang itu dan berkata, "Kalian berani menghina pengawal kerajaanku, apa kalian tau? Dia bisa menebas kepala kalian dan memisahkan kepala kalian dari tubuh kalian hanya dengan satu kali ayunanan pedang. Dan betapa lancangnya prajurit istana menindas rakyat? Apa kalian ingin aku penggal?" Mendengar ancaman kaisar Xian itu, para prajurit itu segera meneteskan keringat dingin. Mereka berharap kaisar Xian akan mengampuni mereka, "Itu..itu, ampuni kami kaisar." Kaisar Xian kini berpindah ke arah pria malang yang nyaris terinjak kuda itu. Kaisar bertanya, "Pak tua, apakah ini sering terjadi?" Pria malang itu hanya bisa menahan keringat dingin saat seorang kaisar bertanya padanya, "Be..be..nar yang mulia. Mereka bilang itu adalah…" Kaisar Xian, "Katakan, jangan takut." Pria malang itu sedikit ragu sebelum akhirnya keberaniannya terkumpul,"Mereka sering memungut upeti dari kami. Mereka mengambil semua uang kami, dan jika kami tidak memberikannya, mereka akan memukuli kami. Dan mereka bilang itu adalah titah kaisar." Seketika wajah kaisar Xian berubah menjadi gelap. Dengan tegas kaisar Xian berkata, "Mulai hari ini tidak ada upeti. Pajak hanya diperuntukkan bagi pedangang elit dan pejabat. Sekali lagi, aku, kaisar Xian tidak pernah memberikan titah seperti ini. Aku berjanji akan memenggal siapapun yang terlibat dalam kasus ini." Rakyat bersorak mendengar titah kaisar Xian. Para pedagang kecil dan rakyat jelata kini bisa bernafas lega. Sementara itu, beberapa prajurit yang terlibat itu dibawa ke istana untuk diinterogasi. Kali ini kaisar Xian benar-benar tidak gegabah dalam bertindak. Kaisar Xian dan Si Zhui secara diam-diam menyelidiki kasus ini. Beberapa prajurit yang terlibat dalam kejadian di pasar itu akhirnya membuka mulutnya setelah lapisan kulit mereka terkena bara api panas. "Katakan! Apa kalian benar-benar mau mati? Aku bukanlah kaisar muda yang baik! Demi rakyatku aku akan melakukan apapun. Aku bahkan akan lebih tega pada kalian, ah…apa kalian ingin aku hukum dengan hukuman Lingchi!!!" Kaisar Xian meninggikan suaranya. Mendengar kata "Lingchi" semua prajurit itu serentak bergidik. Tubuh mereka seolah benar-benar bereaksi. Bagaimana tidak? Begitu seseorang mendengar kata "Lingchi" mereka akan lebih memilih mati ditangan iblis dari pada harus merasakan bagian tubuh mereka dipotong-potong. Betapa kejamnya hukuman itu, mereka akan diiris menggunakan pisau hingga akhirnya mereka mati. Setiap kali pingsan mereka akan kembali dibangunkan dengan irisan menyakitkan dari daging mereka. "Katakan!" Bentak kaisar. Salah seorang prajurit yang mulai takut atas hukuman Lingchi dengan pasrah berkata, "Kami hanya suruhan. Kami hanyalah bawahan menerima tugas dari kepala biro keuangan istana." Kaisar Xian menatap Si Zhui, "Bukankah itu…" Si Zhui mengangguk, "Yang mulia benar." Kepala biro keuangan istana adalah kerabat dekat dari panglima Cao Cao. Dengan kata lain, fraksi barat berada dibalik kejadian ini. Kaisar Xian kini benar-benar dibuat tidak percaya dengan fakta ini. Kekejaman dari tiran fraksi barat benar-benar sudah menyebar sampai ke rakyat. Mereka tidak hanya berusaha mengendalikan pemerintahan, tapi mereka juga menginginkan negara ini menjadi milik mereka. Satu pertanyaan muncul di kepala kaisar Xian, "Bagaimana aku akan mengatakan masalah ini pada permaisuriku?" 2 hari berlalu, kaisar Xian sangatlah sibuk belakangan ini. Kaisar jarang menemui permaisuri Xianmu dan kedua selirnya. Waktunya sebagian besar dihabiskan diruang belajarnya, hanya Si Zhui yang menemani kaisar. Keduanya tengah berusaha menelusuri kejadian dipasar tempo hari. Istana Long Gong, kediaman kaisar Xian. "Yang mulia, dugaan yang mulia tidak pernah salah. Hanya saja, kita tidak cukup bukti untuk bisa menghukum mereka." Ujar Si Zhui. "Fraksi barat, mereka benar-benar penguasa sesungguhnya selama ini. Kakak sangat mempercayai Cao Cao, tapi kenapa dia tega?" Keluh kaisar Xian. Tumbuh dan besar di istana membuat kaisar Xian terbiasa dengan politik dan perebutan politik. Namun kali ini beban yang harus dipikulnya sangatlah berat. Tiran yang akan menjadi lawannya adalah ayah perempuan yang amat dicintainya. Kaisar Xian penuh dilema, wajah tampannya tidak bisa menyembunyikan permasalahan pelik yang harus ia selesaikan. Selain itu misteri kematian kaisar Liu Bian juga masih belum terpecahkan, hanya saja beberapa bukti yang ditemukan oleh kaisar Xian dan Chu Fei Yang, semuanya mengarah ke fraksi barat. Akan sulit bagi Cao Cao selaku pimpinan fraksi barat untuk lepas dari masalah besar ini jika memang ia terlibat atas kematian mendiang kaisar. Bahkan posisi permaisuri Xianmu bisa saja terancam! Karena sudah berhari-hari tidak bertemu dengan permaisuri Xianmu, maka kerinduan pun muncul dibenak kaisar Xian. Untuk menebus kerinduan itu, sang kaisar berniat pergi ke istana permaisuri. Namun sesuatu terjadi secara tiba-tiba, kaisar Xian tidak sengaja bertemu dengan selir Hua. Kondisi pertemuan keduanya benar-benar tidak terduga, selir Hua yang sedikit tomboy tengah berada di atas pohon. Kaisar Xian yang melihat pemandangan ini tidak bisa untuk mengabaikannya. "Selir Hua, apa yang kau lakukan? Kau akan terjatuh, turunlah." Ujar kaisar yang tiba-tiba datang menghampiri rombongan selir Hua. Kaget karena mendengar suara kaisar Xian, pijakan kaki selir Hua di dahan pohon menjadi tidak stabil. Dan akhirnya selir Hua jatuh, beruntung baginya, kaisar Xian menangkapnya dengan akurat. Punggungnya akan patah jikalau saja kaisar Xian tidak sigap membuka lengannya. Untuk pertama kalinya selir Hua berada begitu dekat dengan kaisar Xian. Aroma tubuh kaisar Xian yang wangi dan dadanya yang hangat sekilas membuat jantung selir Hua bertetak seolah akan melompat keluar. Wajah tampan kaisar memandangi wajah selir Hua yang nyaris memerah karena menahan malu. "Kau tidak apa-apa?" Kaisar Xian bertanya. "Aku..aku, aku baik." Balas Selir Hua. Di lain sisi, sepasang mata tengah memperhatikan kejadian ini dari kejauhan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN