"Salam yang mulia janda permaisuri agung, salam yang mulia permaisuri." Para selir membungkuk sebelum akhirnya berkata dengan penuh hormat.
Cao Hua memimpin kelompok selir itu ketika mereka dengan tulus memberi selamat kepada permaisuri Xianmu atas kehamilannya, “Selamat atas kehamilan anda yang mulia permaisuri. Anda akan melahirkan putra mahkota yang sehat kelak. Semoga surga selalu menjaga anda dan putra mahkota.”
Permaisuri Xianmu tersenyum ketika ia berbicara, “Terima kasih saudari-saudariku. Aku menghargai ucapan kalian semua.”
Melihat jumlah selir yang datang tidak lengkap, permaisuri Xianmu dengan lembut bertanya, “Di mana selir Fu?”
Mendengar nama Fu Shuo, janda permaisuri agung sedikit murung. Ia teringat kejadian yang menimpa permaisuri tempo hari, jika bukan karena ulahnya permaisuri tidak akan sakit. Beruntung calon bayinya tidak apa-apa. Sementara para selir yang mendengar pertanyaan permaisuri itu hanya bisa diam, mereka terlalu takut untuk membuka mulut mereka. Hanya Cao Hua yang berani berbicara, “Selir Fu sedang menjalani hukuman dari yang mulia kaisar. Selir Fu sekarang tidak di izinkan untuk meninggalkan paviliun Bingxue selama penyeledikan kasus yang menyebabkan permaisuri sakit belum tuntas.”
Mendengar hal ini permaisuri hanya mengangguk dan tidak berbicara lagi. Permaisuri Xianmu tidak ingin merusak hari bahagianya, apalagi ia bisa melihat raut wajah nenek kekaisaran yang sedikit suram ketika ia mendengar nama Fu Shuo disebutkan.
Berita kehamilan permaisuri Xianmu itu menyebar begitu cepat, hingga warga ibu kota yang mendengarnya pun ikut bergembira. Tamu tidak pernah berhenti keluar masuk dari istana Fenghuang. Mulai dari Cao Xiao yang berkunjung dan mengucapkan selamat untuk adiknya itu. Selain itu para perdana menteri dan pejabat istana juga turut datang ke istana Fenghuang. Di balik semua suka cita itu, hanya satu orang yang tengah dirundung kesedihan dan amarah, dia adalah selir Fu. Di Paviiliun Bingxue, selir Fu hanya bisa diam dank arena ia sekarang adalah tahanan rumah, ia hanya bisa mondar mandir untuk melampiaskan amarahnya.
Setelah beberapa hari berlalu kesehatan permaisuri Xianmu berangsur-angsur pulih. Tapi kaisar Xian nampaknya kurang bahagia, sang kaisar merasa keuntungan yang diperolehnya selama ini akan segera berakhir.
Permaisuri Xianmu, "Apakah kaisar tidak suka melihatku sembuh?"
Kaisar Xian, "Tentu saja tidak. Kesembuhan dan keselamatanmu adalah harga mati untukku. Hanya saja…"
"Hanya saja apa?" Permaisuri Xianmu bertanya.
Kaisar Xian menjawab dengan acuh tak acuh, "Hmm..hanya saja kau tidak akan memerlukan bantuanku lagi untuk meminum obat."
Permaisuri tertawa dengan keras. Tanpa sadar ia melupakan statusnya dan tertawa begitu keras. Kaisar Xian hanya memperhatikan wajah permaisuri Xianmu yang memerah karena tertawa terbahak-bahak. Permaisuri Xianmu akhirnya menyadari tingkah lakunya, "Ah, maafkan aku kaisar. Aku benar-benar…"
Kaisar Xian tertawa lebih keras, nampaknya sesuatu yang telah membuat suasana hatinya membaik, "Ahahahah, sudah lama aku tidak mendengarmu tertawa seperti itu. Hmm..saat itu mungkin saat kau masih berstatus sebagai Wangfei. Tapi semenjak menjadi permaisuri kau sepertinya kurang bahagia, dan itu membuatku sedih."
Permaisuri Xianmu meletakkan telapak tangannya di atas telapak tangan kaisar Xian seraya berkata, "Itu tidak benar. Selama kaisar bersamaku, maka tidak ada alasan untukku untuk tidak bahagia. Jadi, tolong hapuskan semua pikiran negatif itu. Selain itu sekarang aku tengah mengandung, aku menjadi semakin bahagia karena ada kehidupan lain ditubuhku sekarang."
Kaisar Xian meletakkan tangannya di atas tangan permaisuri Xianmu yang tengah mengusap perutnya, senyuman kaisar Xian tidak pernah pudar ketika ia berkata, “Aku benar-benar tidak sabar menantikan kelahiran putra mahkota.”
Kaisar dan permaisuri itu menikmati waktu berdua mereka di halaman istana. Berjalan-jalan di tepi kolam sambil bergandengan tangan. Wajah bahagia mereka berdua terpantul di air kolam yang tenang. Namun dibalik keindahan lukisan hidup itu, seseorang yang kesepian tengah menatapnya. Itu adalah selir Hua.
Dari balik pohon Willow yang tinggi nan rimbun, seorang wanita perkasa berdiri sambil tersenyum sesekali. Wajahnya benar-benar murni, sekilas kecantikan selir Hua hampir mirip dengan kakaknya yang kini menjadi permaisuri kaisar Xian.
"Yang Mulia, anda pasti sedih melihat kaisar selalu mencintai permaisuri tapi tidak pernah melirik anda. Bagaimana kalau kita pergi saja?" Ujar dayang istana yang melayani selir Hua.
"Jaga ucapanmu! Mana mungkin aku sedih. Permaisuri Xianmu sudah sembuh, tentu saja aku harus bahagia. Jangan pernah menyebutkan hal ini lagi, aku tidak akan mentolerir ucapan itu lagi." Ucap selir Hua dengan tegas.
Pelayan istana itu tidak berani lagi menyiram minyak tanah ke dalam api. Ketulusan hati selir Hua semata-mata terjadi bukannya tanpa alasan, itu pastilah karena darah yang mengalir di tubuhnya juga darah yang mengalir di tubuh permaisuri Xianmu.
Kaisar Xian benar-benar tidak melupakan kejadian yang menimpa permaisuri Xianmu. Sang kaisar akan benar-benar mencari dalang dibalik semua ini. Maka pemanggilan selir Fu segera dilakukan.
Berlokasi di istana Long Gong yang tertutup mereka semua berkumpul. Tidak ada orang luar di dalam ruangan pribadi kaisar ini, hanya ada kaisar, permaisuri Xianmu, Chu Fei Yang, Selir Fu, Si Zhui dan Mian Mian.
Kaisar Xian tidak berniat untuk membuang-buang waktunya, "Katakan yang sejujurnya."
Selir Fu, "Aku bersumpah demi langit, aku tidak meracuni yang mulia permaisuri. Pelayankulah yang melakukannya."
Melihat tubuh selir Fu yang kehilangan berat badannya, dan tampangnya yang terlihat tidak menyembunyikan sesuatu, permaisuri Xianmu menjadi sangat iba. Selain itu, permaisuri Xianmu bisa melihat bagaimana putus asanya selir Fu ketika ia menyuarakan pendapat. Sejauh ini, permaisuri Xianmu bisa menilai kalau selir Fu benar-benar tidak bersalah. Melihat hal ini, permaisuri Xianmu berkata dengan lembut sembari mengganggam tangan kaisar Xian, "Sudahlah, aku percaya padanya kaisar. Aku tahu selir Fu tidak akan melakukan trik murahan seperti itu. Selain itu, mari kita lihat hikmah di balik kejadian ini. Jika saja aku tidak sakit, mungkin aku tidak akan menegtahui kalau aku tengah mengandung."
Mendengar ucapan permaisurinya itu, amarah kaisar Xian sedikit mereda. Dan berkat kebaikan dari permaisuri Xianmu, posisi selir Fu tetap aman. Setidaknya dia tidak akan ditendang dari posisinya yang sekarang. Tapi nyatanya selir dari klan Fu itu masih menaruh kebencian yang teramat dalam pada permaisuri Xianmu.
Di lain sisi wajah ketidakpuasan ditunjukkan oleh selir Hua yang tidak lain adalah adik permaisuri Xianmu. Wajah Cao Hua murung dan jengkel begitu ia mendengar kalau selir Fu dibebaskan dari hukuman. Putri bungsu keluarga Cao itu berharap kaisar menghukum selir Fu, tapi nyatanya itu tidak pernah terjadi.
Ketua fraksi barat Cao Cao, yang kebetulan mengunjungi putri bungsunya itu tidak bisa tidak berkomentar, "Aku tidak pernah mengira ini akan gagal."
Cao Hua tersentak dengan ucapan Cao Cao itu,"Apa maksud ayah?"
Tanpa rasa bersalah sedikitpun Cao Cao berkata, "Akulah yang merencanakan semua ini."
Cao Hua hampir gila saat mendengar ucapan ayahnya itu. Bagaimana mungkin ayahnya tega mengambil resiko sebesar itu. Apa alasannya?
Selir Hua, "Ayah! Ayah benar-benar keterlaluan. Ayah bisa saja membuat kakak dan calon bayinya mati."
Cao Cao, "Ayah tidak akan pernah membuat kakakmu mati. Hanya saja…ini adalah peringatan. Ayah tau, hati kakakmu sekarang sudah sepenuhnya memilih kaisar Xian. Dan ayah mau kau tidak menjadi sepertinya."
Cao Hua, "Apa maksud ayah?"
Mantan panglima perang Cao Cao pergi meninggalkan selir Hua tanpa memberikan penjelasan atas pertanyaan putri bungsunya itu. Karena merasa penasaran maka Cao Hua pun mencari tahu lebih lanjut.
Seorang abdi kepercaayan Cao Cao datang ke kediaman selir Hua. Cao Hua benar-benar merasa ada sesuatu yang akan direncanakan oleh ayahnya.
Selir Hua, " Nie Xue Yang! Katakan, apa yang ayahku rencanakan?"
Setelah Cao Hua resmi menjadi selir kekaisara, Xue Yang tidak pernah bertemu dengannya. Rasa sakit di hatinya membuatnya memilih untuk menjaga Cao Hua dari jauh dan diam-diam mendoakan kebahagiaanya. Hanya saja hatinya tergerak begitu mengetahui kalau gadis yang kini berstatus sebagai selir itu memanggilnya.
"Yang Mulia, aku tidak berani! Maafkan aku." Ujar Xue Yang.
Selir Hua sudah tidak tahan lagi, "Jangan panggil aku begitu. Kita berteman, aku hanya ingin tau kebenarannya. Ku mohon."
Entah sihir apa yang telah digunakan oleh Cao Hua, tapi Xue Yang benar-benar tidak bisa menang melawan mata Cao Hua. Setiap kali Cao Hua meminta padanya dengan menggunakan mata indahnya itu, maka saat itu Xue Yang akan kalah. Xue Yang menarik nafas panjang yang menandakan kekalahannya, "Baiklah. Tapi jangan laporkan aku pada ayahmu. Dia akan mengulitiku dan mencincang tendonku kalau dia tau aku membiarkanmu tau."
Cao Hua mengangguk, "Aku mengerti."
Xue Yang, "Sebenarnya, Tuan lah yang memberikan kue beras berisi kacang merah itu pada pelayan selir Fu. Tuan menyuruhku untuk memberikan kue beras itu. Tapi aku bersumpah, aku tidak tau kalau pada akhirnya permaisuri Xianmu lah yang memakannya. "
Selir Hua terkejut ketika ia mendengar kebenaran ini. Ia kemudian berbicara, "Aku percaya padamu. Lalu bagaimana ayah tau permaisuri akan menuju ke tempat selir Fu?"
Xue Yang berkata secara acuh tak acuh, "Semua yang terjadi selama ini sudah di atur. Maafkan aku, tapi biarkan aku memanggilmu 'Cao Hua'. Xiao Hua, kita sudah tumbuh bersama, aku berterimakasih karena kau sudah begitu baik padaku. Tapi kata-kata yang akan aku ucapkan ini mungkin saja akan menyakitimu."
Cao Hua semakin tertarik, "Apa?"
Xue Yang, "Tuan yang dulu bukanlah komandan yang sekarang. Dia telah berubah karena kekuasan. Aku takut hal yang sama terjadi padamu. Jadi, tolong jaga dirimu dan juga permaisuri Xianmu."
Selir Hua terdiam sejenak sebelum akhirnya ia menjawab ucapan Xue Yang dengan senyuman canggung,"Apa kau membaca buku akhir-akhir ini? Jangan menjadi dramatis."
Melihat Cao Hua meresponnya dengan candaan, Xue Yang mengencangkan rangannya dan berkata dengan sunggug-sungguh, "Aku serius padamu."
Cao Hua masih sulit untuk percaya,"Baiklah terserah kau saja. Tapi aku mau kau melakukan sesuatu untukku."
Xue Yang,"katakan apa itu?"
Selir Hua, "Aku mau kau mengawasi gerak-gerik ayahku. Dan laporkan semuanya padaku."
Xue Yang mengiyakan permintaan selir Hua. Hingga kemudian ia berbicara, "Kau tenang saja. Aku bersumpah tidak akan meninggalkanmu apapun yang terjadi. Kalau kau membutuhkan bantuan, kau hanya perlu aku. Aku akan menyelesaikan semuanya untukmu."