Walaupun Chu Fu bukanlah suatu Chu wangfu yang merupakan kediaman dari keluarga kekaisaran, tapi Chu Fu masihlah keluarga yang paling bermartabat di ibu kota Chang’an. Selain memegang posisi penting dalam bidang medis di istana kekaisaran, keluarga Chu juga merupakan pedagang obat-obatan yang terkenal sangat kaya. Di tambah dengan status Chu Furen alias ibunda Chu Fei Yang yang merupakan adik dari mendiang ibu suri, tentu saja ini akan menambah martabat keluarga Chu. Menikah dengan Chu Fei Yang yang merupakan putra sah dari tuan Chu tentu saja akan menjadikan Cao Xiao seorang wanita yang amat sangat beruntung.
Melihat silsilah keluarga Chu, itu sama halnya dengan keluarga pejabat lain. Di dalam Chu Fu juga terdapat beberapa selir tuan Chu yang juga mempunya anak. Tetapi posisi Chu Fei Yang sebagai anak dari istri sah yang dalam hal ini “Furen” menjadikannya statusnya special. Walau demikian kecakapan, kecerdesan, dan ketampanan seorang Chu Fei Yang di tambah dengan kesuksesan karirnya tidak luput dari rasa cemburu. Saudara-saudaranya yang terlahir dari seorang selir tentu saja iri terhadap seorang Chu Fei Yang, tapi mereka tidak bisa berbuat banyak.
Pernikahan antara keluarga Chu dan keluarga Cao akan berlangsung hari ini, tepatnya hari pertama di bulan ke Sembilan. Pesta pernikahan akan berlangsung di Chu Fu, rumah Chu Fei Yang.
Cao Xiao yang sudah memakai pakaiannya terlihat sangat berbeda. Baju pengantin berwarna merah dengan motif burung phoenix bersulamkan benang emas membuat kulit putih Cao Xiao tampak lebih bersinar. Kerudung transparan menutupi wajah cantiknya, sementara hiasan rambut yang terlihat berat di kepalanya tidak membuat wajah cantik itu goyah sedikitpun.
Seorang kaisar dan permaisuri biasanya tidak akan menghadiri pesta pernikahan, tapi kali ini berbeda. Permaisuiri Xianmu menarik keluar kaisar Xian dan memaksanya untuk menghadiri pernikahan Chu Fei Yang dan Cao Xiao. Tentu saja perilaku nyeleneh permaisuri Xianmu ini bukan tanpa alasan, ia hanya ingin menyaksikan momen bahagia kakak kesayangannya. Maka kaisar Xian yang tidak bisa menolak permintaan permaisuirinya itu hanya bisa menghela napas panjang dan mengiyakannya.
“Kaisar Xian dan permaisuri Xianmu tiba!” Kasim Li berteriak dengan suara tuanya untuk mengumumkan kedatangan kaisar dan permaisuri negeri Han.
Para tamu undangan segera berdiri dan membungkuk untuk menyapa kaisar dan permaisuri. Mereka berdua yang sejatinya adalah tamu kehormatan segera di arahkan di tempat duduk yang spesial.
“Tamu undangan silahkan duduk dengan tenang karena upacara pernikahan akan segera berlangsung.” Pembawa acara memberikan instruksinya.
Sama seperti kebanyakan upacara pernikahan tradisional sebelumnya, kedua mempelai akan mengucapkan janji pernikahan mereka dan di ikuti dengan tiga sujud.
Pada saat upacara pernikahan telah selesai, seorang pejabat dari fraksi barat dang dan menghampiri Cao Cao yang saat itu tengah mengobrol dengan tamunya, “Tuan Cao, anda benar-benar beruntung. Putri kedua anda yang menjadi seorang permaisuri negeri ini saja bahkan sudah cukup untuk membuat Cao Fu menjadi keluarga yang hebat, tapi kali ini putri pertama anda juga mendapatkan harta ibu kota. Anda pasti diberkati oleh surga karena kebaikan anda di masa lalu.”
Cao Cao hanya tertawa, tapi jiwanya sudah akan melayang ketika pujian itu bergema di gendang telinganya. Cao Cao tidak bisa tidak berkomentar, “Ini semuanya karena putri-putriku yang diberkati oleh surga. Sejak kecil mereka sudah kehilangan ibu mereka, jadi mungkin ini adalah semacam kompensasi yang diberikan oleh surga untuk mereka.”
Seseorang yang tiba-tiba datang membuat suasan menjadi sedikit canggung. Ketua fraksi timur tiba-tiba bergabung dan menyela pembicaraan, “Sekarang hanya putri ketiga yang tersisa, kedua saudarinya mendapatkan putra dan pejabat surga. Aku penasaran bagaimana dengan nasib putri ketiga. Aku harap tuan Cao Cao juga bisa mendoakan nona Cao Hua agar mendapatkan pernikahan yang baik.”
Di balik sanjungan yang keluar dari mulut ketua fraksi selatan itu ada niat lain yang tersenyembunyi. Pertama, sanjungan itu bermaksud untuk menyindir Cao Cao yang sekarang bisa memperkuat posisinya. Yang kedua, sanjungan itu bermakna bahwa nasib baik tidak akan terus menaungi keluarga Cao. Dengan kata lain, putri ketiga keluarga Cao belum tentu akan mendapatkan pernikahan yang baik seperti kedua saudarinya, dan itu adalah harapan terbesar dari ketua fraksi selatan, tuan Fu.
Mendengar cemoohan tuan Fu, Cao Cao hanya tersenyum dan membalas dengan suara dingin, “Terima kasih atas ucapan dari ketua fraksi timur. Tapi aku kira lebih baik untuk tuan Fu mengkhawatirkan putri tertua anda yang belum menikah. Sejak kabar pertunangannya dengan mendiang kaisar merebak, ia menjadi sangat terkenal. Tapi siapa yang menyangka bahwa surga telah mengambil kaisar Liu Bian terlebih dahulu. Aku takut nona Fu akan bersedih.”
Cao Cao menampar tuan Fu dengan kata-kata tajamnya. Kata-kata itu di ucapkan secara lembut, tapi dibalik semua itu ada pedang tajam yang berhasil menembus lapisan hati tuan Fu. Kata-kata mantan panglima perang Cao Cao itu bukanlah rumor tak berdasar, sebelum mendiang kaisar Liu Bian meninggal, ia sempat di jodohkan oleh janda permaisuri agung dengan nona Fu. Tapi nasib berkata lain, kaisar Liu Bian bahkan harus meninggal sebelum nona Fu berhasil menduduki singgasana phoenix. Karena hal ini pulalah nona Fu di tuduh membawa sial terhadap kaisar, banyak gadis bangsawan dan rakyat yang menudingnya sebagai pembawa sial.
Pertikaian kedua pejabat itu segera terhenti begitu kaisar Xian berbicara, “Aku dan permaisuri benar-benar mengucapkan selamat kepada menteri kesehatan Chu Fei Yang dan nona Cao, aku harap kalian akan bahagia selamanya.”
Semua undangan bertepuk tangan ketika ucapan kaisar Xia itu menggema di sepanjang Chu Fu. Hingga selang beberapa jam, pesta telah selesai dan semua tamu undangan telah pulang da meninggalkan Chu Fu.
“Pengantin silahkan menuju ke kamar pengantin.” Pelayan kepercayaan keluarga Chu memberikan intruksi.
Chu Fei Yang secara mengejutkan menggendong Cao Xiao seperti tuan putri dan membawanya menuju kamar pengantin. Dengan kerudung transparan yang masih melekat di kepalanya itu, Cao Xiao secara samar melihat wajah Chu Fei Yang. Selang beberapa saat mereka sampai di kamar pengantin mereka dan Chu Fei Yang meletakkan Cao Xiao di atas tempat tidur. Ia meletakkan pengantin wanitanya itu dengan lembut seperti tengah meletakkan sepasang batu giok yang mudah retak. Tanpa aba-aba dan suara Chu Fei Yang membuka kerudung yang menutupi wajah Cao Xiao itu. Wajah cantik muncul dari balik kerudung.
Keduanya tidak mengatakan apa pun, mereka berdua hanya tersenyum canggung. Cao Xiao yang related tenang hanya bisa diam dan menatap wajah Chu Fei Yang yang tersenyum licik.
“Apa yang selanjutnya akan kita lakukan Xiao er?” Chu Fei Yang tiba-tiba berkata dan memecah keheningan.
“Ah?” Cao Xiao mendongak hanya untuk menunjukkan ekspresi bodohnya.
Chu Fei Yang melepaskan hiasan berat yang tengah bertumpu di kepala Cao Xiao. Ia kemudian meletakkan hiasan burung phoenix itu di atas meja, tangan ramping Chu Fei Yang tidak berhenti sampai disitu, ia terus memunguti jepit ramput dari kepala istrinya hingga akhirnya rambut panjang yang hitam menjuntai dengan polos. Cao Xiao kini tampak sangat menawan dan membuat Chu Fei Yang mulai kehilangan akal sehatnya.
“Apa sudah tidak berat lagi?” Chu Fei Yang bertanya dan duduk di samping Cao Xiao.
Cao Xiao mengangguk, “En. Terima kasih zhangfu.”
Mendengar istrinya memanggilnya dengan istilah “Zhangfu (suami)” membuat Chu Fei Yang terbang ke awan. Chu Fei Yang benar-benar kehilangan akal sehatnya dan ia segera mencium Cao Xiao. Menciumnya begitu erat seperti tengah memberikan hukuman. Hingga tanpa terasa Cao Xiao sudah meyadari bahwa korset yang mengikat baju pernikahannya seharian ini telah terlepas. Cao Xiao merasakan tangan besar Chu Fei Yang yang hangat membelai kulitnya. Sementara Cao Xiao hanya diam dan menikmati cinta yang diberikan oleh Chu Fei Yang itu.
Hingga keesokan harinya, Cao Xiao akhirnya bangun. Cao Xiao biasanya akan bangun begitu pagi bahkan ketika mentari belum menampakkan dirinya, tapi kali ini ia benar-benar terlambat. Sinar mentari yang begitu cerah menusuk matanya, Cao Xiao perlahan membuka matanya dan melihat seseorang yang kini berstatus sebagai suaminya itu tengah tersenyum sambil menyandarkan kepalanya di salah satu tangannya.
“Pagi Xiao er.” Chu Fei Yang berkata dengan lembut sambil tersenyum.
Cao Xiao membalas sapaan Chu Fei Yang dengan senyuman lembut. Ia melirik sekujur tubuhnya yang terasa sakit, tubuh putihnya sudah terbalut dengan baju tipis yang nyaman. Kapan ia memakai baju? Ia ingat semalam kalau Chu Fei Yang telah menanggalkan semua pakaiannya.
“Zhangfu, apakah kamu yang memakaikan pakaian ini untukku?” Cao Xiao bertanya dengan sungkan.
Chu Fei Yang masih menatap istrinya itu seolah istrinya adalah dunianya. Ia kemudian mengangguk pelan sebelum akhirnya berkata, “Semalam hujan turun dan udara menjadi dingin. Aku berniat membangunkanmu untuk memakai pakaian, tapi kau sepertinya begitu lelah. Jadi aku yang memakaikannya. Xiao er tidak keberatan kan?”
Ucapan bodoh macam apa itu? Jelas-jelas rubah licik Chu Fei Yang sudah melihat tubuh Cao Xiao, jadi ia tidak perlu untuk memperjelasnya lagi dan membuat Cao Xiao memerah.
“Aku akan ke istana hari ini, pelayan akan melayanimu. Aku akan kembali nanti malam.” Chu Fei Yang membenamkan kecupan lembut di dahi istrinya sebelum akhirnya turun dari tempat tidur.