Sultan & Ratu 6

1408 Kata
"Pak tapi saya nggak kuat harus satu kelas sama mereka. Saya bener-bener nggak sanggup, mereka itu kurang waras. Gimana bisa kelas yang seharusnya di pakai belajar malah mereka pakai buat berparty ria gitu." Ini sudah setengah Jam Ratu mengomel. Dia sudah memuntahkan keresahan, kekesalan dan ketidak nyamanan nya pada kepala sekolah'. Tapi apa yang terjadi? Kepala sekolah pun tidak merasa terusik olehnya, dia sibuk dengan kegiatannya yang menurut Ratu tidak jelas. "Kenapa kamu nggak betah tinggal di kelas Sultan? Padahal itu kelas Sultan loh, harusnya kamu bangga." "Bangga darimana nya sih, Pak? Saya sama sekali nggak bangga sama kelas itu." "Ck! Kamu nggak tau yah?" "Yeah mana saya tau. Saya disini baru dua hari tapi saya udah stress duluan." "Harusnya sebelum kamu komplain kenalin mereka dan saya yakin kamu bakalan betah di kelas Sultan." "Pokonya saya mau pindah, Pak." "Sayangnya cuman kelas Sultan yang nerima kamu." "Maksud Bapak apa?" Pak Jojo mendengus sebal. Nih anak muridnya kenapa banyak komplain sih? Udah mending masuk kelas Sultan, itu tuh kelas yang paling terpopuler, jarang ada yang bisa masuk. Orang anak-anaknya juga istimewa semua, harusnya gadis ini bangga bukannya malah menggerutu seperti ini. Bukan kah dia pun sama sejenis Sultan dan kawan-kawannya? "Kamu itu yah bawel banget. Udah deh kamu balik sana ke kelas, saya sibuk." Ratu memasang muka kesal. Dimana sibuknya? Dari tadi Kepala sekolah nya ini cuman menatap ponselnya yang menurutnya tidak berguna. "Pak.... " "Duh kamu tuh yah. Percaya deh sama saya, kamu masuk kelas Sultan tuh karena kamu berbeda. Makanya sebelum kamu berjuang nikmatin dulu prosesnya, setelah kamu tau gimana rasanya baru komplain." Ratu memutar bola matanya. Kalau sudah seperti ini dia harus mencari cara. Kepala sekolah dan anak muridnya sama-sama kurang kerjaan. "Yah udah deh, Pak. Saya permisi." Ratu bangkit dari duduknya lalu pergi dari ruangan Kepala sekolah. Ratu menutup pintu dengan pelan. Dia menghembuskan napas kasar. Oke, mari Ratu udah saatnya lo bikin ulah dan kayanya hari kedua ini nggak ada salahnya lo kabur. Ratu berkeliling kesemua penjuru sekolah. Ratu harus mencari cara supaya dia bisa kabur dari sekolahan. Kepalanya luar biasa pusing, ini baru dua hari dia hidup di sekolah ini. Bagaimana dengan ke depannya? Astaga! Ratu tidak tau bagaimana nanti tapi yang pasti sekarang dia butuh pengalihan. Ratu menatap gerbang taman belakang yang tidak terkunci. Dia tersenyum dengan lebar, pasti taman belakang ini akan menjadi sarang anak-anak nakal sepertinya. Taman belakang itu sering sekali tidak berpenghuni karena slalu mengatakan jika ada hantu di belakang sekolah. Cih! Tidak akan mungkin ada hantu di sekolah. Ini sudah jaman 2020 mana ada hantu, lagian menurutnya itu bukan sesuatu yang menarik baginya. Ratu mendorong gerbang itu dengan pelan, kepalanya melirik ke kanan dan ke kiri. Yeah, sepertinya murid-murid sedang sibuk belajar. Ratu kembali menutup pintu lalu dia berjalan melihat taman itu begitu rapih dan indah. Sepertinya taman ini walaupun jarang ada yang masuk masih terawat baik pikirnya. Ratu terus melangkah sampai matanya berbinar melihat sebuah gerbang kecil. Dia memekik kegirangan lalu berjalan tergesa-gesa untuk menghampirinya. Ratu berdiri di depan gerbang itu, gerbangnya tidak terkunci dan dengan cepat dia menarik gagang pintunya. Demi apapun dia akan keluar dengan bahagia dari sekolah ini. Dia begitu bahagia dan luar biasa senang. Saat kakinya melangkah keluar saat itulah tubuh Ratu oleng. Matanya terbelalak tak percaya, melihat apa yang di lihat olehnya. "HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA H-HANTUUUUUUUUUUU." Ratu berteriak kencang. Dia memutar tubuhnya namun terlambat karena pintu gerbang itu sudah tertutup. Ratu panik, dia berteriak memanggil siapapun yang mendengar suaranya. "Tolong jangan ganggu gua." Tubuh Ratu sudah bergetar. Wajahnya mendadak pucat saat sesuatu menyentuh bahunya. "Jangan ganggu gu—" Ratu tiba-tiba pingsan begitu saja namun sebelum tubuhnya terjatuh ke tanah seseorang menahannya. Sultan membuka topeng yang di pakai olehnya. Dia tertawa terbahak melihat gadis keras kepala itu pingsan di pelukannya. "Sultan di lawan. Makanya jangan sok-sokan mau kabur, liat beginian aja langsung pingsan. "Yeah Sultan mah bebas." Sultan tertawa mendengar ucapan temannya. Dia mengangkat tubuh Ratu ke dalam gendongannya lalu berjalan pergi dari sana. "Mau di bawa kemana, Tan?" "Ke hotel." "Ngapain?" "Perkosa dia lah ngapain lagi." "Sultan. Kampret loh yah." "Hahahaha." ??? "Loh, om dia siapa?" "Tante Lo lah, yah siapa lagi." "Tante? Tapi kata Mami, King belum punya Tante, Om?" "Elu tuh yah bawel banget jadi anak. Mau Om pulangi ke rumah Oppa?" King yang mendengar itu langsung menggeleng cepat. "Nggak Om, nggak, King tadi becanda." Sultan menidurkan Ratu di tempat tidurnya. Sultan menatap wajah damai itu yang terpejam. Ah... rasanya Sultan enggan sekali melepaskan. Ini baru dua hari mereka kenalan tapi sifat posesifnya keluar begitu saja. Sultan mendengus, Ratu emang pertama kali berkenalan dengannya begitu anggun dan luar biasa memikat. Setelah tau bagaimana kelakuannya Sultan ingin sekali membabat tubuh itu dengan selimut miliknya sendiri. Sultan menyeringai, jangan salahkan dia karena ini ulah gadis itu sendiri. Sultan di lawan. Kita lihat siapa yang menang, gua apa elu gadis manis. King yang melihat Om nya cengengesan menggelengkan kepala. Dia kembali pada stik PSP miliknya lalu sibuk dengan dunianya sendiri. Benar yang Papinya bilang, jika Omnya itu sudah kurang waras. Bagaimana bisa dia membawa seorang gadis ke kamar miliknya? Itu kan belum halal. King yang sedang bermonolog dengan hati dan pikirannya langsung menoleh. "OM, KENAPA TANTENYA DI BAWA KESINI?" Sultan tersentak mendengar teriakan King yang luar biasa menyebalkan. "Yeah terserah gua dong wong ini rumah gua." "Tapi kan Om belum nikah, jadi kata Mami itu haram kalau deket-deket perempuan yang bukan halalnya buat kita." Sultan mendengus. "Anak kecil tau apa sih. Udah deh diem, nggak usah banyak omong." King mendengus. Dia menyimpan stik PSP-nya lalu duduk bersila di ranjang milik Omnya itu. "Om sebenarnya sekolah nggak sih? Kalau Om sekolah, Om pasti tau gimana cara memperlakukan seorang perempuan." "Emang elu tau gimana cara memperlakukan cewe kaya gimana?" King menatap Omnya dengan ragu lalu kepalanya menggeleng tidak tahu. Sultan rasanya ingin menendang anak Abangnya keluar dari rumah miliknya. Sehari saja keponakannya tidak mengganggu acara hidupnya sepertinya tidak bisa. Lagian Abangnya untuk apa menitipkan bocah setan ini di rumahnya, tak bisakah di titipkan saja pada orang tua mereka. Sultan bahkan sudah merengek pada Ibunya untuk membawa King dari rumah pribadi miliknya. Namun Ibunya menggelengkan kepala, mereka terlalu sibuk. Jika di titipkan di rumah orang tuanya, bersama siapa King nanti di rumah. Sultan jengkel jika keponakannya ada di rumah. Mau huru hara juga harus tau kondisi. Bisa di bantai dia oleh Abangnya jika mencontohkan tidak baik untuk keponakan ini. "Udah sono elu main di luar, jangan ganggu gua." "Nggak bisa, Om. Kata Papi kalau Om bawa perempuan ke rumah, jangan sampe berduaan, soalnya yang ketiganya setan." "Yeah elu setannya bocil." Saking gregetnya Sultan meraih tubuh King menggendongnya untuk di bawa keluar dari kamarnya. "OMMMMMM." King menjerit bahkan berontak meminta di turunkan. "King bilang Papi yah kalau Om bawa perempuan ke rumah." "Bodo amat." Sultan turun ke bawah dengan cepat. King bahkan menjambak rambutnya membuat dia ingin melempar keponakannya ini dari lantai atas rumahnya. "INGRIDDDDDDDDDDD?" Ingrid yang merasa namanya di panggil langsung melemparkan ponselnya dengan cepat. Gawat, Raja iblis kapan pulangnya? Kenapa dia tidak tahu? "INGRIDDDDDD LO BUDEK?" "IYA TUAN INI SAYA LAGI JALAN." "Om lepasin." Sultan menggerutu di dalam hatinya. Kemana sih baby sister nya King? Jangan bilang dia lagi chattingan sama satpam kompleknya yang ada di ujung jalan itu. Ingrid menarik napas lalu berdiri di hadapan Sultan. "Ada apa, Tuan?" "Ada apa, ada apa, ada apa? Lo kemana aja sih? Kenapa King bisa ada di kamar gua? Gua kan udah minta elu jaga, jaga, jaga, jaga dia. Kuping lo taro dimana sih?" Ingrid meringis mendengar ucapan ketus itu. "Maaf, Tuan. Habisnya Den King pengen main di kamar Tuan." "Lain kali jangan di biarin, jaga Tuan elunya. Jangan chattingan mulu, gua bisa aja suruh si Yanto pindah ke kompleks sebelah." "J-jangan, Tuan. Iya lain kali saya bakal jaga Den King." "Ya udah, nih jaga dianya." Sultan menyerahkan King pada Ingrid. "Om, King nggak mau." King menggeliat di gendongan Ingrid. "Aduh Den King." Sultan menyentil kening keponakannya. King yang mendapat sentilan mendumel tidak suka. "King bilangin sama Papi yah Om sentil kening nya, King." "Yeah makanya jangan bandel. Udah sana main sama Ingrid nggak usah ganggu gua." "Ihhh Ommmmmmmm." Sultan tak peduli. Dia pergi berlalu meninggalkan King yang sudah menangis kencang. Bodo amat, siapa peduli. Sudah di beri tahu jangan masuk kamarnya, dia malah anteng main di kamar miliknya. Tidak taukah dia jika di dalam kamarnya banyak rahasia. Bagaimana jika King menemukan sesuatu, bisa bahaya. Auto bisa di kebiri oleh satu keluarga besarnya. Tidakkkkk! Masa depan guaaaa itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN