Sultan & Ratu 7

1291 Kata
Ratu mengerjapkan matanya. Dia mencoba membuka mata dengan perlahan hingga akhirnya kesadarannya benar-benar pulih. Dimana ini? Ratu mencoba melihat ke sekeliling ruangan hingga dia berteriak kencang lalu menutup tubuhnya dengan selimut. Jantung Ratu berdetak kuat, apakah dia sekarang ada di rumah setan? Iya, Ratu ingat karena terakhir dia melihat sesuatu yang mengerikan. "Tante, Tante kenapa?" Suara anak kecil terdengar di telinganya. Ratu menjerit semakin kuat, dia berpikir jika sosok itu adalah tuyul yang sering bergentayangan dimana-mana. King yang mendengar suara lengkingan itu menutup telinganya. Dia meringis, karena teriakan itu begitu menyakiti pendengarannya. King kan datang kesini hanya ingin bermain, tidak ada niat mengganggu atau semacamnya. Suara gerakan pintu membuat dia menoleh, di sana ada Omnya yang sedang menatapnya dengan galak. "Lo yah, udah gua bilang jangan masuk ke kamar gua King." "Sumpah, Om. King nggak bangunin Tantenya, Tantenya tiba-tiba teriak kaya gitu." "Yeah karena Tantenya takut sama elu." "Om kira muka King ini kaya hantu apa?" "Lebih tepatnya bocah setan." "Om, King aduin sama Papi loh yah. Biar Om di marahin sama Papi ngatain King bocah setan." Sultan yang mendengar King akan mengadu berkacak pinggang. "Lu ngadu ama Bang Raden, gua aduin juga kalau elu sering nonton psikopat di kamar gua." King mengerjapkan mata. Tangannya langsung terulur lalu bergerak-gerak. "N-nggak, jangan Om. Janji, King nggak aduan sama Papi." "Ya udah ngapain masih disini?" "King mau liat dulu Tantenya." Sultan menghembuskan napas. Dia berjalan ke tempat tidur lalu membuka selimutnya dengan kasar membuat seseorang berteriak semakin kencang. "Ampun! Gua janji nggak akan nakal lagi, sumpah." Sultan yang tadinya merasa kasihan seketika tersenyum lebar. Dia menoleh ke arah King yang menatapnya dengan pandangan bertanya. Sultan meraih tubuh King lalu menyimpan keponakannya itu di samping Ratu. King bingung, karena dia yakin ada sesuatu yang Omnya akan lakukan. Omnya itu tipikal orang yang jahilnya itu kebangetan. King saja waktu itu hampir menangis karena di tinggalkan di sebuah bianglala seorang diri mana waktu malam hari lagi. King sampe sekarang tidak berani melawan Omnya, itupun kalau dia ingin melawan Omnya dia harus mengadu pada Papinya tentang kelakuan Omnya. Tapi jika King mengadu, dia tidak akan di izinkan untuk datang ke rumah Omnya. Sultan berjongkok di pinggir ranjang. Dia menahan senyumnya melihat Ratu memejamkan matanya dengan tangan yang menutupi wajah. Tangannya terulur untuk meraih tangan mungil keponakannya lalu dia menempatkannya di pundak Ratu. Ratu yang mendapatkan colekan kecil berteriak kembali bahkan sekarang lebih histeris dari sebelumnya. Sultan menempelkan jari telunjuknya pada King untuk membuat bocah itu diam. King mengangguk paham. Dia tidak ingin ikut campur walaupun kasihan. Akhir endingnya dia pun akan ikut di hukum. Di atas rumah Omnya ini ada tempat yang menurutnya lebih menakutkan dari kamarnya. Sultan bangkit berdiri. Dia naik ke atas ranjang dengan begitu pelan lalu membisikan sesuatu pada telinga keponakanya. King mengerutkan kening, bingung akibat ucapan Omnya. "Om ngomong apa sih?" "Stttttt ... udah ikutin aja yang gua bilang tadi." "Sekali lagi, nggak kedengaran." Sultan mendengus lalu membisikan sesuatu sekali lagi pada telinga King. King mengangguk. Dia menundukkan kepalanya lalu meniup halus telinga teman Omnya. "Tante, bangun? Aku pengen susu." "Ya Tuhan ampuni hamba. Alloohumma innii a'uudzu bika minal khubutsi wal kobaaits." Sultan menahan tawanya. Si Ratu mau ngusir setan, apa dia mau BAB? Kok jadi doa mau masuk WC sih? King yang awalnya ragu-ragu untuk menjahili teman Omnya seketika tersenyum lebar. "Tanteee aku pengen makan." "HUAAAAAAAAAA TUHAN AMPUNI RATU. RATU JANJI NGGAK AKAN NAKAL, NGGAK AKAN BOLOS, NGGAK AKAN MALING JEMURAN ORANG, NGGAK AKAN PALAK UANGNYA OM, RATU NGGAK AKAN CENGENG DI KETEK OM, NGGAK AKAN LAGI-LAGI DEH JANJI." Sultan yang tidak bisa menahan tawanya seketika terbahak mendengar ucapan Ratu. Ya Tuhan! Jadi Ratu gadis cengeng? Tidak menyangka jika seorang Ratu yang luar biasa seperti preman pasar itu memiliki sifat cengeng. Sultan salah menduga, Ratu tidak sekeras kepala yang dia duga. Benar, don't judge books by this cover harus di terapkan. Ratu yang mendengar suara tawa terbahak itu seketika membuka telapak tangannya. Dia langsung membalikan tubuh, matanya melotot saat melihat dua orang laki-laki berbeda usia yang satu menatapnya dan satu terbahak begitu kesenangan. King yang melihat tatapan mengerikan itu mengangkat tangannya, dia membentuk huruf V dengan telunjuk dan jari tengahnya. Kedua sudut bibirnya tertarik lalu memasang wajah yang menggemaskan. Sedangkan Sultan sudah terbahak di ranjangnya dengan berguling-guling memegang perutnya. Bahkan Sultan tak bisa menghentikan tawanya, dia masih tidak bisa berhenti akibat kelucuan yang di lakukan oleh Ratu. Ratu menggembungkan pipinya dengan kesal, dia bangun lalu meraih guling dan memukulnya ke arah Sultan. Ratu luar biasa kesal, bagaimana bisa dia berada di rumah laki-laki ini? Seingatnya dia pingsan gara-gara mahkluk halus yang di lihatnya. Ratu mencerna apa yang telah terjadi padanya. Sialnya! Dia baru ingat jika laki-laki inilah yang slalu membuat masalah dengannya. Demi apapun, Ratu ingin menuntut Pamannya untuk memindahkannya ke sekolah lain. Ratu melemparkan bantal itu dengan kesal lalu dia turun dari atas ranjang. Tanpa berkata dia pergi meninggalkan kamar itu. Demi Tuhan! Ratu akan membalas Sultan lebih kejam dari ini semua. King yang melihat gadis itu keluar langsung menepuk tangan Omnya dengan kencang. "Om, Tantenya pulang itu?!" Sultan yang masih tertawa berhenti saat mendengar suara Keponakanya yang agak keras. Dia bangkit berdiri lalu melihat memang tak ada siapapun di kamar ini selain mereka berdua. "Kenapa elu baru bilang sama gua, King?" "Omnya dari tadi ketawa mulu kaya orang gila." Tak King mengaduh saat keningnya di sentil cukup kencang. Bibirnya mengerucut, dia berjanji jika Papinya sudah pulang tanpa sepengetahuan Omnya akan mengadu. Tidak peduli jika di larang main kesini lagi, dia bisa minta sama Papinya. Sultan turun dari atas ranjang lalu bangkit berdiri untuk menyusul Ratu yang mungkin sedang mengomel di sepanjang jalan. Dia terkekeh geli, lihat apa yang akan terjadi nanti? Seringai lebar tersungging di bibirnya. Sedangkan Ratu sedari tadi terus mengomel tiada henti. Bibirnya terus menyumpah serapah laki-laki yang bernama Sultan. Ingin sekali Ratu memberikan pelajaran yang membuat laki-laki itu bungkam tapi sepertinya dia belum mendapatkan kelemahannya. Ratu berbelok ke arah kanan lalu berhenti saat tak ada jalan sama sekali selain pintu. Dia mengerutkan kening, benarkah ini jalan keluarnya? Ratu tak peduli, dia berjalan lalu membuka pintu itu. Dan apa yang ada di balik pintu itu, Ratu mendesah, ini bukan jalan keluar tapi jalan samping rumah. Ratu kembali menutup pintu dan berbalik. Dia berjalan kembali untuk mencari jalan keluar. Dia melihat ke bawah dari lantai atas, matanya membulat melihat begitu luasnya rumah milik Sultan. Ini hampir sama dengan lapangan bola, luas, megah, indah, mewah dan yang pasti kesan rumah dulu masih terlihat sangat begitu kental. Ini sebenarnya Ratu ada dimana? Sudah beberapa menit dia mencari jalan tapi tak ada jalan keluar sama sekali. Ratu mendudukkan dirinya di tangga, ini tangga ke berapa yang sudah di lewatinya? Berapa tangga yang mesti di lewatinya? Rumah sebesar ini tak ada lift kah? Ratu menyadarkan kepalanya di dinding. Baru kali ini dia menemukan laki-laki semenyebalkan Sultan. Ratu benar-benar sebal, rumahnya pun tidak sebesar ini. Tadi dia turun kebawa yang ada malah masuk ke garasi mobil yang sialnya ada salah satu mobil yang di inginkan nya terparkir di sana. Ratu rasa Sultan memang bukan laki-laki kebanyakan anak lainnya. Siapakah Sultan sebenarnya? Apakah Papanya tahu siapa nama orang tua Sultan? Atau tidak Pamannya mungkin? Tapi kalau Ratu bertanya, sejak kapan seorang Ratu Samudra jadi banyak tingkah ingin tahu? Tidak! Ratu tidak peduli. Yang di pedulikan itu sekarang bagaimana dia keluar dari rumah ini. "SULTANNNNNNNNNNNNNN BANGKE GUA MAU PULANG BRENGSEK." Ratu sekuat tenaga berteriak membuat semua penghuni di dalam rumah keluar namun hanya kepalanya saja yang mereka keluarkan di balik dinding. Sultan yang mendengar suara teriakan itu terbahak. Di kira keluar dari rumahnya itu gampang? Dia dengan santai duduk di depan sebuah layar yang menampilkan seorang gadis duduk di tangga dengan keadaan lemas. Sultan sedari tadi ingin sekali menghampiri gadis itu tapi membiarkannya berkumat-kamit lebih bagus.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN