"Rana." Yang di sebut namanya, pun yang berdiri di sebelahnya, mereka berhenti. Lurus-lurus menatap ke depan pada sosok yang ... sungguh, tak Alam kenali. "Oh?" Bibir Rana terbuka, memandang takjub ke depan. Bagaimana bisa Alam tak berikan tatapan tajam. Hei! Lelaki tinggi, tegap, tampan, dan berpakaian rapi itu (yang sebenarnya tidak mau Alam akui, tapi apa daya ketika kenyataan begitu menyakiti) benar-benar gagah sekali ... menghampiri. "A Iki, ya?" Bisa-bisanya Rana memandang makhluk Tuhan yang paling tampan selain Alam dengan sorotan mata semenakjubkan sekarang! Alam pun melihat si Iki - Iki itu tersenyum. Kini tepat berhadapan. Sial. Alam kalah muda! "Akhirnya ... ketemu juga." Dan, oh! Dia bilang apa?! "Ya ampun! Udah lama banget, ya? Wah, aku sampe hampir aja nggak kena