Semalam. Terekam jelas oleh ingatan bahkan setiap saraf tubuh mengingatnya detail. Sentuhan di setelah salat yang menandakan sesuatu akan terjadi dengan lebih terperinci segera Alam mulai setelah kecupan santun laksana salam pembuka dia beri. Rana pejamkan mata, merasakan rambatan hangat dari bongkahan bibir Semesta di keningnya detik ini. Lama. Dalam kecup awalan itu Alam merapalkan doa dalam hati. Di tempatnya Rana sudah berbaring. Genderang jantung mereka seakan saling bersahutan andai suara detakkannya terdengar lebih keras lagi. Perlahan, Alam renggangkan jarak. Menatap wajah Ranasya, yang saat ini balas menatap wajahnya. "Lampunya ..." menjeda, Rana mencicit, "Matiin aja, yuk." Agar reaksi wajahnya tak jelas dilihat jika lampu temaram. Sayang, Alam menolak. Dia usap sisi wajah