Rana meremas seprai tempat di mana dia direbahkan. Jantungnya berdegup kencang, tatapan Alam begitu dalam menghanyutkan, tepat di atas wajah Rana dengan jarak yang begitu dekat. Alam tak sampai menindihnya, bahkan cara tidur Alam pun menyamping di sebelah Ranasya. Namun, begitu lekat. Hingga deru napas keduanya bisa saling mengikat. Kian dekat. Rana semakin meremas seprai dengan ketat. Aduh ... Dan Rana merasa sesuatu yang keluar dari tubuhnya semakin banyak. Kaki Rana bergerak-gerak, gelisah. Hingga tiba saat bibir Alam mendarat di atas keningnya. Rana terpejam, meremat seprai kian kencang. Oh ... "Ini bukan pelanggaran, kan?" bisiknya. Gerakan bibir Alam dapat Rana rasakan. "Saya ciumnya di kening, bukan di tempat yang bisa bikin kamu terangsang." Begitu berat. Seolah suara Ala