“Tinggal satu atap dengan saya. Kamu tertarik?” Aku langsung tersedak ludah begitu mendengar kalimat Dokter Arga. Aku buru-buru meraih air mineral dan berusaha membukanya. Namun, karena tenagaku terlanjur melemas, aku gagal. Dokter Arga akhirnya mendekat dan membukakan air mineral untukku. Tersedakku langsung mendingan setelah kerongkonganku teraliri air. “D-dokter ini, lho! Ngomong g-gitu di depan cewek dengan entengnya. Untung saya u-udah sering bercanda sama Dokter. Kalau e-enggak, terus saya b-baper, Dokter bakal tanggung jawab? Kalau saya iyain, Dokter akan gimana? Menarik kalimat atau bakal lanjut?” Alih-alih menjawab, Dokter Arga malah mengulurkan sapu tangan yang baru saja dia ambil dari saku kemejanya. Aku segera meraih ponsel untuk melihat wajahku. Ternyata, sekitar bibirku b

