“Untung, sekarang weekend. Coba kalau enggak. Masa iya, aku ditinggal ke rumah sakit?” Mendengar itu, pelukan Mas Arga langsung mengerat. Dia juga mulai mengecupi pelipisku. Saat ini kami sedang duduk berdua di sofa sembari menunggu langit terang. Kami duduk sembari selimutan. Aku duduk di depan, sementara Mas Arga melingkupiku dari belakang. Kami tidak jadi tidur lagi. Itu karena Mas Arga terus saja menggangguku. Aku betulan marah, jadi aku memutuskan untuk keluar. Mas Arga menyusul demi membujukku. Karena aku tidak mau marah lama-lama di saat kami sedang hangat-hangatnya, jadi permintaan maafnya langsung kuterima. “Iya, untung weekend. Mas juga pasti akan merasa bersalah kalau ninggalin kamu dalam kondisi kaya sekarang ini.” Aku tertawa pelan. “Kondisi mengenaskan, ya?” “Ya … bisa

