Angela merasa beruntung karena sudah cukup hafal jalan pulang ke rumah Leo. Tiba di sana, ia mengetuk pintu dengan sangat tidak sabaran. Berkali-kali ia mengetuk pintu, tapi tak kunjung dibuka. Sebenarnya Leo ke mana? Apa jangan-jangan pria itu marah dan menghindari Angela? Ya Tuhan … Angela mulai resah. Ia sudah sadar kalau hanya Leo yang mampu bersikap baik padanya, meski dirinya sering membuat pria itu naik darah. "Leo … buka pintunya!" Angela setengah berteriak. "Leo, kenapa pintunya dikunci? Apa kamu belum pulang?! Leo, ini aku Angela!" Angela terus berusaha memanggil Leo. Namun, hasilnya tetap nihil. Mungkinkah Leo memang belum pulang? Angela kemudian terduduk di depan pintu. Batinnya bertengkar antara keresahan dan penyesalan. Ia takut, bagaimana jika Leo benar-benar marah dan t