Tamu Misterius

1221 Kata
Leo mengintip Angela yang sedang memasak mi instan di dapur. Bukan tak ada tujuan pria itu memperhatikan Angela. Melainkan ada sesuatu yang membuatnya penasaran sekaligus curiga. Bagaimana tidak, setiap Angela memasakkan mi untuknya, pasti rasanya sangat aneh. Itu yang membuat Leo ingin tahu. Di samping lemari, Leo terus memperhatikan Angela. Terlihat dengan sangat jelas wanita itu sedang menuangkan sesuatu pada mangkuk. Itu seperti garam. Ya, Leo sadar itu adalah garam karena ia sengaja membedakan warna toples untuk wadah apa pun di dapurnya. Leo mulai bisa menangkap alasan mi itu terasa aneh. Ya, garam itu yang membuat rasanya menjadi aneh. Leo yang merasa sudah tak ingin bersembunyi lagi, akhirnya menghampiri Angela. Angela yang menyadari kehadiran Leo, sejenak menoleh kemudian fokus kembali pada masakannya. "Kenapa ke sini? Aku tahu masakanku sangat menggugah selera, tapi kamu tak harus ke sini jika benar-benar menginginkannya lebih cepat," ucap Angela tiba-tiba. "Kenapa kamu memberi garam sebagai bumbu tambahan? Kau tahu, rasanya sangat aneh. Pantas saja setiap mi yang kamu buat akan terasa tidak sedap." Angela gugup karena tertangkap basah. Namun, secepatnya ia segera menstabilkan diri. "Memangnya kenapa? Ada yang salah?" tanyanya angkuh. Leo ingin marah, tapi ia teringat pada perjanjian gila yang sudah ditandatanganinya kemarin. "Angela, tidak ada yang salah, kok. Hanya saja, izinkan aku untuk bertanya. Sekali lagi aku tekankan, tak ada yang salah. Aku hanya sekadar ingin tahu alasan … kenapa kamu mencampurkan garam itu pada mi?" Alih-alih menjawab, Angela kemudian mematikan kompor. Rupanya mi itu sudah matang. Langsung saja ia letakkan pada mangkuk yang sudah diberi garam tadi. Apa yang baru saja Angela lakukan membuat Leo menatapnya seperti orang bodoh. "Silakan dimakan," ucap Angela sambil menyodorkan mangkuk yang sudah bisa dipastikan mi di dalamnya akan terasa sangat aneh seperti yang biasa Angela masak. Leo menerima mangkuk itu, kemudian memegangnya dengan tangan kiri. Sementara tangan yang kanan menyentuh jemari Angela dengan lembut. Menuntunnya agar mengikuti Leo. Sungguh, baru kali ini tak ada protes dari Angela. Wanita itu menurut saja mengikuti Leo. Sampai pada akhirnya mereka duduk di ruang makan. "Kenapa kamu memberi garam pada mi instan ini? Lalu, ke mana bumbu yang seharusnya?" Leo akhirnya memberanikan diri angkat bicara. Nadanya terdengar lembut, ini bertujuan agar Angela tak langsung mengeluarkan tanduk. "Bukankah kamu ingat perjanjian kita?" jawab Angela. Leo makin yakin bahwa Angela memang tidak bisa diajak bicara baik-baik. "Tunggu … jangan salah paham dulu, Sayang," kata Leo. “s**t, kenapa kata sayang itu lolos begitu saja?! Terlebih menatap mata wanita itu, sungguh hal yang membuatku tak fokus lagi. Matanya, senyumnya, sangat mirip,” batin Leo. Angela terdiam, ia tak menyangka Leo bisa berkata 'sayang' seperti itu. Ini merupakan kali pertama Leo menyebutnya dengan sebutan itu. "Memangnya kenapa dengan mi yang aku buat? Apa jangan-jangan, kamu tak suka?" "Aku bukan bilang kalau aku tidak suka, Angela. Aku sekadar bertanya, kenapa bumbu yang seharusnya malah kamu ubah menjadi garam saja?" "Tentu saja agar mi itu ada rasanya. Kalau aku tidak memberinya garam, akan terasa aneh." "Kenapa tidak bumbu yang ada saja? Jadi, tidak perlu diberi garam." Sungguh, Leo merasa sangat kesal. Bagaimana bisa ia selama ini makan mi yang dicampur garam saja? Pantas selama ini mi yang Angela buat rasanya sangat aneh. Namun, lagi-lagi Leo tak bisa berbuat apa-apa. Angela benar-benar wanita gila! Semua tindakannya di luar tindakan manusia pada umumnya. Sedangkan Angela tersenyum dan lagi-lagi senyuman itu membuat Leo teralihkan. "Aku adalah tipe orang yang menyukai sedapnya bumbu pada mi instan. Setiap memasaknya, dengan mudah dan cepatnya aku langsung menghabiskan semua bumbunya kecuali saus. Pasti akan kubuang. Dan kamu tahu, bawang gorengnya yang membuatku makin bersemangat. Aku sangat menyukai itu," jelas Angela. Leo terperanjat. "Lalu kamu menghabiskan bumbunya dan mengganti dengan garam saja?" Angela mengangguk. "Tentu saja rasanya tetap enak, bukan?" Leo terdiam, bagaimana bisa ia mengatakan rasanya enak. Marahkah Angela jika Leo mengatakan tak enak? Sungguh, Leo tak habis pikir tentang ketidak wajaran sikap Angela. Benar-benar di luar nalar. Makhluk seperti Angela memang benar-benar sulit dimengerti. Sebenarnya Angela makhluk apa? Leo berharap pagi ini adalah terakhir kalinya wanita itu memasak mi untuknya. Dengan sangat terpaksa, akhirnya Leo memakan mi aneh itu, membuat Angela tersenyum penuh kemenangan. Setelah selesai, Leo bersiap untuk berangkat ke kantor. "Tunggu," ucap Angela saat Leo sudah berdiri. "Ada apa?" "Biar aku benarkan letak dasimu." Angela kemudian menghampiri Leo. "Tidak usah, biar aku saja. Aku bisa sendiri." "Aku tak suka ditolak. Kamu ingat perjanjian kita, kan?" Leo mengangguk, akhirnya ia pasrah saat tangan Angela menyentuh dasinya. Ia juga menjadi salah tingah saat Angela merapatkan tubuhnya. Sungguh, Leo kini bergerak mundur. Selangkah, dua langkah, tiga langkah. Sampai pada akhirnya punggung Leo menabrak tembok. "Apa … apa yang akan kamu lakukan, Angela?" tanya Leo gugup. Wanita itu sedikit berjinjit untuk menyejajarkan wajahnya dengan Leo hingga kini wajah mereka berjarak sangat dekat. Keduanya bahkan bisa merasakan embusan napas masing-masing. "Aku ingin memerkosamu," ucap Angela dengan ekspresi nakalnya. "Ja-jangan." Leo semakin gugup. Lama-lama seperti ini nafsunya pasti akan kian bangkit. Terlebih penampilan Angela selalu seksi. Angela terkekeh. "Ternyata orang polos ada versi laki-lakinya juga. Tenanglah, aku tak akan memerkosamu." Angela terus fokus membenarkan letak dasi Leo. Sementara Leo masih dalam kondisi salah tingkahnya. "Sudahlah, aku bisa terlambat," ucap Leo sambil menghindar, sontak Angela mundur menjauhi pria itu. "Kamu boleh berangkat, cari uang yang banyak untuk kita berdua. Untuk hidup kita. Tapi ingat, nanti malam aku ingin pergi ke bioskop. Sudah lama aku tidak nonton." Peduli setan Angela sudah lama tak nonton atau tidak. Memangnya penting sekali?! "Kenapa diam saja? Jangan bilang kamu tak bisa." Angela sedikit mengancam. "Aku … aku akan usahakan semoga pekerjaanku cepat selesai." "Harus cepat selesai, Leo. Pastinya … selesai tidak selesai, secepatnya kamu pulang dan menjemputku!" teriak Angela. "Iya, iya … aku usahakan, Angela," jawab Leo, meski Angela membentak dan berteriak, Leo tak pernah menghilangkan sikap ramahnya. "Aku tidak mau mendengar kata usahakan, aku ingin kamu menjawab pasti bisa." "Ya, aku pasti bisa. Tapi kumohon mundurlah." Angela tersenyum puas penuh kemenangan. Kini ia mundur, memberikan jalan untuk Leo berangkat. Lagi-lagi wanita itu tersenyum puas. Sungguh, tak akan ada keinginan yang tak bisa terwujud baginya. "Hati-hati di jalan, Kekasihku," ucap Angela saat Leo sudah di ambang pintu, yang sontak membuat Leo kembali menoleh padanya. "Terima kasih," jawab Leo. Sepertinya ia tak mungkin bisa berkutik lagi. Leo kini merasa menjadi pria terbodoh yang mau saja diperalat. Bagaimana caranya terlepas dari belenggu Angela? *** Saat Leo sudah berangkat kerja, Angela hanya bisa bersantai manja. Merecokkan isi rumah, menjadikan rumah itu seperti kapal pecah. Angela menghabiskan banyak snack dan seperti biasa, semua bungkusnya berserakan di mana-mana. Tiba-tiba terdengar bunyi bell. Sontak Angela langsung mengernyit. Diliriknya jam dinding, ternyata menunjukkan pukul sebelas siang. Ia merasa heran, mungkinkah Leo pulang jam segini? Jika bukan, lalu siapa? Tak mungkin kurir online shop karena Angela merasa tak memesan apa pun. Atau mungkin Leo yang memesan sesuatu? Bagaimana jika bukan, apa itu tamu Leo. Angela terus menduga-duga. Haruskah ia membukannya lalu menyuruhnya masuk dalam keadaan yang berantakan? Dari pada menduga-duga, lebih baik Angela membukanya dan menanyakan maksud kedatangan siapa pun di sana. Bagi Angela, tak ada yang perlu dikhawatirkan karena prinsipnya itu semua akan baik-baik saja. Tak peduli bagaimanapun caranya yang jelas Angela adalah ratu di rumah ini. Akhirnya ia beranjak dari sofa, sesekali mengisap tangannya karena masih ada sisa-sisa keju dari makanan ringan yang ia makan. Kini, Angela melangkah ke dekat pintu. Siapa yang sebenarnya datang?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN