“Than. Aku ... aku boleh—“ Alea menatap nanar ke arah Nathan. Matanya sudah memberat, penuh dengan air mata. Nathan mengerutkan keningnya. Mata wanita yang sedang dia kejar cintanya itu terlihat berkaca-kaca dan wajah ketus itu mendadak menghilang, berganti dengan wajah sedih. “Aku keluar dulu,” ucap Nathan, ingin memberi Alea ruang sendirian. Nathan segera keluar dari mobil. Dia memilih berdiri di samping mobilnya, menunggu Alea menangis. Alea pasti malu kalau menangis di depan pria yang baru saja dia kenal. Alea menutup wajahnya dengan tangannya. Tangisnya pecah, mengeluarkan semua sesak di dalam hatinya. Dia menangis sambil sesekali meraung, melepas kepenatan yang menderanya. Dia ingin bernapas lebih lega setelah semua emosinya dia keluarkan. Cukup lama Alea menangis. Dia mengamb