Secret Admire

1147 Kata
"Ngapain lu nangis di situ?" ada suara yang membuyarkan lamunan kenangan Alea. Dia menoleh ke arah sumber suara. Pemuda angkuh dan sok kuasa itu ada di depannya saat ini. Nathan yang tadi merundungnya di kantin ada di depannya. Berdiri dengan angkuhnya dan kedua tangannya dimasukkan dalam saku celananya, Nathaniel. Nathaniel pemuda pimpinan super boys dan mungkin juga pimpinan cwo tampan di sekolah ini. "Ga papa kok. Maaf kalo mengganggu," Alea segera pergi dari tempat itu. Dia ingin segera pergi ke ruang belajar menemui Kamila. "Cwe aneh!" ucap Nathan melihat kepergian Alea. Nathan membuka pintu ruang super boy's, ada Keanu di dalam sana sedang memainkan sebuah piano yang tadi didengarkan oleh Alea. Dia menoleh lagi ke arah pintu seolah menebak apa yang membuat Alea tadi menangis. Ruangan super boy's memang berbeda, segala fasilitas mewah ada di dalamnya. Mulai dari piano, alat golf mini, ruang fotografi dan berbagai alat permainan yang mahal serta furniture yang mahal semua tersedia di sana. "Lu ga belajar?" tanya Nathan ke Keanu. "Lagi males, lu sendiri?" tanya Keanu yang menghentikan permainannya. Nathan tidak menjawab, dia hanya berdiri di depan jendela ruangan megah itu. Ada sebuah teropong di depan jendela itu. Di depannya ada sebuah bukit kecil dengan pohon rindang tumbuh diatasnya. "Kenapa lu tadi bantuin Alea? Lu ada hubungan apa ama dia?" tanya Nathan. "Ga ada hubungan apa-apa. Kami berteman, cuma itu doank kok," jawab Keanu sambil menghentikan permainannya. "Kalo cuma berteman, lu ga mungkin ampe beliin dia seragam baru." Keanu mendatangi Nathan, kini mereka memandangi tempat yang sama. Dia memakai teropong untuk melihat bukit yang ada di depan mereka. "Lu pernah bilangkan kalo kita ga main ama cwe. Lu orang yang gw kenal ga pernah langgar komitment lu. Gw ga suka ama tingkah lu tadi siang," jawab Keanu. Nathan melihat Keanu, "Dia terlalu sombong jadi orang. Dia ngatain gw ga punya otak." "Kalo lu emang ga mau dikatain begitu, ya lu tunjukin donk. Jangan asal rundung orang. Jangan bikin simpatik gw ke lu ilang, Than. Gw cabut dulu," kata Keanu yang segera pergi dari ruangan itu. Nathan tidak bisa menjawab apa pun. Dia hanya mampu melihat Keanu yang melangkah makin menjauh dari dirinya. *** Alea masuk ke ruang belajar. Alea menuju ke kursinya, dia menyapa sebentar Kamila yang sudah duduk di sana. "Hai, udah beres urusanmu ama anak sains?" bisik Kamila. "Udah," jawab Alea singkat. Alea membuka bukunya, dia menemukan sebuah kartu pos bergambar kero keropi di sana. Dia mengambilnya dan membalikkan kartu pos itu, siapa tau ada pengirimnya. Tapi ternyata kosong. "Mila, tadi ada yang ke kursiku ga?" tanya Alea sambil berbisik. "Ga ada kok, emang kenapa?" tanya Kamila sambil menoleh ke benda yang di pegang sahabatnya itu. Alea menunjukkan kartu pos yang ada di dalam bukunya tadi. Dia mengangkat bahunya tanda dia tidak tahu apa yang terjadi. "Lagi?!" tanya Kamila kaget. Alea hanya mengangguk. Dia mulai belajar tidak ingin ditegur oleh guru penjaga karena berisik. Bel panjang berbunyi, ini menandakan bahwa jam belajar mandiri telah selesai. Alea dan Kamila segera membereskan bukunya. Mereka hatus segera kembali ke kelas. "Udah selesai tugasmu?" tanya Kamila. "Tinggal 4 nomer lagi. Bisa dikerjakan nanti lah. Kamu sendiri?" "Udah selesai, tapi ga tau bener apa ga." Ponsel Alea bergetar, ada pesan masuk di ponselnya. Pesan dari Bu Thita orang yang membelikan dia sepatu semalam. Bu Thita : Itu uang buat kamu, kamu pakai aja. Anggap saja itu ucapan terima kasih saya ke kamu. Alea : Tapi ibu udah kasih saya sepatu. Bu Thita : Ga papa. Makasih ya, maaf saya harus meeting lagi. "Dari siapa?" tanya Kamila kepo. "Dari orang yang kasih gw sepatu, aku mau balikin uangnya, eh malah ga boleh," jawab Alea. "Ya udah terima aja sih. Orang baik emang banyak rejekinya. Ke kelas yuk, pelajaran terakhir mau dimulai neeh." "Ayok," Alea dan Kamila bergegas kembali ke kelas sebelum wali kelas mereka masuk ke dalam kelas. Di koridor lantai dua, Alea melihat Clarissa dan teman segenknya sedang berdiri di depan kelas Clarissa. Alea sedikit malas bertemu dengan mereka saat ini. Dia memilih untuk mempercepat langkahnya. "Eh, Alea. Enak tadi dapet perlindungan Keanu?" kata Wilona saat Alea melewati mereka. "Sudah Wil, kenapa di lanjutin sih," sanggah Shiren salah satu dari mereka. "Lu ga usah ikut campur, Ren." Alea tak berminat untuk menanggapi dia berjalan lurus bersama Kamila. Di depan mata Alea kini melihat Nathan dan genk nya sedang berjalan ke arahnya. Para gadis dengan semangat berdiri di pinggir menyambut para bintang terang itu. "Eeehhh aduuuhh," kata Alea mengaduh. Ada kaki yang menghadang langkah Alea. Tubuh Alea terjungkal ke depan dan mendarat sempurna di depan Nathan, upzz lebih tepatnya jatuh tepat di d**a bidang Nathan. Kepala Alea terantuk d**a Nathan. Tangan Nathan secara reflek menahan badan Alea agar tidak jatuh. Alea tetap bertahan pada posisi itu. Posisi yang di idamkan oleh semua makhluk penggagum Nathan. Dia mendongakkan kepalanya menatap wajah orang yang menolongnya. Mata Alea dan Nathan beradu. Tatapan mata Nathan berbeda dari tatapan waktu di kantin tadi. Posisi Alea tidak nyaman, tapi tangan Nathan menjaga posisinya agar Alea tidak bisa bergerak juga dari pelukannya. "Aduuhh," Alea jatuh ke bawah tepat di kaki Nathan saat pemuda itu tersadar dan segera melepaskan tangannya. Alea mengambil bukunya yang berserakan, dia juga mengambil ponselnya yang jatuh. "Yaah... retak," kata Alea pelan sambil sedikit menyesali tak menjaga ponselnya dengan baik. Nathan melihat sebentar ke arah Alea yang masih terduduk di lantai sambil melihat ponselnya yang retak. Dia tidak berani menatap Alea, kondisi jantingnya juga sedang tidak baik saat ini. "Kalo jalan pake mata, jangan meleng," kata Nathan. Alea bangun dan membersihkan tubuhnya dengan mengebas-ngebaskan tangannya. Dia memberanikan diri menatap mata pemuda itu. "Mana bisa jalan pake mata. Yang ada jalan pake kaki," jawab Alea sambil melanjutkan langkahnya menuju kelas. Nathan yang mendengar jawaban Alea menjadi sedikit kesal. Dia menatap Alea yang berjalan tanpa dosa. Kalau tidak diingatkan Keanu tentang komitmentnya, pasti saat ini dia sudah akan menghajar Alea. *** "Ponselmu retak?" tanya Radit. "Iya, jatoh tadi. Tapi ya udahlah, masih bisa di pake kok," jawab Kamila sambil membreskan barangnya. Wali kelas sudah masuk. Semua murid duduk di tempatnya masing-masing dan memperhatikan apa yang akan disampaikan wali kelas. "Besok ada olah raga bersama untuk siswa kelas 2. Kalian akan ke kolam renang besok. Persiapkan ya peralatan kalian. Banyak sorakan senang dari siswa di kelas, tapi tidak dengan Alea. "Waah kok berenang sih. Mana aku lagi dateng bulan lagi. Besok boleh ga ya ijin ga ikut?" kata Alea pelan. Saat semua sedang bersorak gembira tiba-tiba terdengar bel yang berbunyi. Alea membereskan buku dan lokernya. Saat dia membuka lokernya, ada foto tertempel di dinding lokernya. Foto dirinya saat sedang tersenyum. "Lu cantik kalo senyum begini" tulisan yang ada di bawah foto itu. "Ini siapa sih? Kok jadi ngeri aku ya. Kemaren cuma keropi, kenapa sekarang jadi ada fotoku segala. Sakit kali ya tu orang." Alea menggambil bukunya dan dia mengganti password lokernya. Dia berharap sudah tidak akan menerima lagi barang-barang seperti itu lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN