Pelayan

1197 Kata
"Lea, bisa anterin minuman dingin ke lapangan basket ga? Ada yang pesen neeh," kata Bang Ical ke Alea. "Boleh bang, emang berapa banyak?" tanya Alea balik. "10 botol. Kamu bawa sekalian pembuka botol ama pipetnya ya. Sorry ya, lagi ada barangdateng soalnya." "Ga papa Bang, santai aja. Abang jaga meja kasir bentar ya?" Alea segera menghitung pesanan konsumen yang akan diantarnya. Dia sudah membawa struk belanjaannya. Alea sudah sedikit hafal dengan struktur bangunan kampus ini. Dia memang beberapa kali mengantarkan pesanan ke dalam kampus. Alea membelokkan motornya ke arah lapangan basket yang ada di tengah kampus. Dia memarkir motornya dan membawa keranjangnya menuju lapangan. "Minuman dingin," kata Alea setengah berteriak mencari pemesannya. Mata Alea kaget saat yang dilihatnya adalah teman-teman sekolahnya. Ada genk Super boy's yang sedang beristirahat setelah main basket dan genk super seksi yang menemani mereka dengan pakaian chearsnya. "Alea?! Eh seragam apaan itu?" kata Marcho "Lu pelayan mini market?" kata Raka kaget. "Gila hampir aja pipi gw ternoda dengan pelayan mini market bisa kena infeksi gw entar," lanjut Raka yang memandang hina pada Alea. "Gaya lu selangit, ga taunya lu cuma pelayan. Aduuuhh pusing deh pala barbie," kata Clarissa yang segera di sambut dengan tawa seluruh anggota chears. "Gw yang pesan, bawa sini," kata Nathan sambil mengangkat tangannya. Alea tidak menanggapi omongan teman-temannya. Dia tidak pernah malu dengan pekerjaannya. Kalo boleh ditanya, sebenernya dia juga pengen punya waktu bermain seperti yang lain, tapi semua berkata lain. Keadaan memaksanya harus seperti ini. Alea melangkah menuju Nathan sang pelanggan yang memesan minuman. "Semuanya 56 ribu," kata Alea sambil menyerahkan struk pembeliannya. "Bisa bayar pake debit?" tanya Nathan. "Bisa." Alea sudah menyiapkan mesin pembayarannya juga. "Mau dibuka sekalian?" tanya Alea lagi. "Ya bukain semuanya." "Eh Alea, lu tadi udah cuci tangan belum sebelum pegang botol minuman gw? Kalo gw sakit perut habis minum itu awas ya lu," Kata Stevan yang disambut tawa semua orang. "Eh, gw ada uang cash. Nih ambil, sisanya buat lu," kata Nathan sambil sedikit melemparkan uang pecahan ratusan ribu. "Maaf, aku bawa kembalian. Kami dilarang menerima tips dari pembeli," ucap Alea sambil memberikan kembalian untuk Nathan. "Belagu amat lu jadi orang. Biasanya pelayan bakal seneng kalo tips-nya gede," ledek Marko. "Alea beda dari pelayan yang kaya gitu. Benerkan Lea?" ucap Keanu berusaha membela Alea. Alea hanya menjawabnya dengan senyuman. Keanu sedikit mengobati rasa sakit hatinya atas perlakuan temannya yang lain. Setelah selesai urusan disana, Alea segera mengemasi barangnya dan pergi meninggalkan lapangan. Sebuah kaki lagi-lagi sengaja menendang kaki Alea yang membuat Alea jatuh. Sikunya terbentur pinggiran kursi lapangan yang terbuat dari beton. "Aduuh," kata Alea pelan. Tawa kembali terdengar. Tapi Alea mencoba cuek dan segera pergi. *** "Siku mu kenapa Lea," tanya Bang Ical yang melihat Alea mengobati lukanya dengan kotak obat yang di sediakan mini marketnya. "Kepeleset tadi Bang. Kena pinggiran bangku basket," jawab Alea sambil berusaha memberi obat di sikunya. "Sini ku bantu. Pasti kamu kepeleset karena kamu liat cwo-cwo kece kan di sana?" kata Bang Ical yang membantu Alea mengobati lukanya. "Ih ga ya. Ngapain juga liatin orang kaya begitu. Kurang kerjaan banget. Bang, Alea boleh ijin bentar ga? Mau ngerjain PR. Ada yang belum kelar tadi," kata Alea. "Boleh, mumpung lagi sepi. Ntar kalo kedengeran rame kamu keluar ya?" "Ok bang. Makasih ya." Alea segera menuju ke ruang belakang mini market. Ruangan yang biasanya digunakan sebagai gudang penyimpanan dan tempat istirahat pegawai. "Loh kok kamu di sini?" tanya Mas Rudi orang yang akan menggantikan Alea bekerja malam ini. "Lagi ngerjain PR mas, mumpung lagi sepi. Mas kok udah dateng?" tanya Alea. "Lagi males di kosan, mending kesini aja," "Lagi mode rajin ya, mas." "Udah kerjain sana, jangan banyak komentar. Ga beres-beres ntar." Alea kembali mengerjakan tugasnya. Saat pekerjaannya sudah hampir selesai, dia mendengar suara ramai di mini market. "Selamat malam, selamat berbelanja," suara khas sapaan itu terdengar dari mulut Bang Ical dan Mas Rudi. "Wah kayanya rame nih. Balik ah," kata Alea. Dia segera merapikan bukunya lagi dan segera keluar dari gudang. Alea kaget yang datang ternyata rombongan Clarissa dengan 10 orang timnya. Alea sudah bisa menebak kalau mereka sengaja datang ke sini untuk mengerjai Alea. Alea menarik nafas panjang sebelum muncul di mini market. "Eeh tu pelayannya. Eh pelayan, bikinin kopi panas donk," kata Clarissa. "Gw mau ramyon ya," kata Martha. Banyak suara yang bersahut-sahutan memesan keinginan mereka. Alea mendatangi mereka dengan membawa sebuah kertas. Clarisa dan genk nya duduk di depan kaca besar yang memang disedikan untuk pengunjung yang ingin makan di tempat. "Mau pesan apa?" tanya Alea. "Eh, pelayan! Ga usah berdiri deket gw ya. Gw alergi ama pelayan. Bisa gatel-gatel gw kena keringet lu," ucap Clarissa melecehkan Alea. "Maaf." Satu persatu genk Clarisa menyebutkan pesanannya. Alea mencatat semua pesanan mereka. Pesanan secara detail yang mereka inginkan. Alea mulai membuatkan pesanan mereka satu persatu. Tapi mereka terus memanggil Alea dengan meminta apapun yang mereka inginkan. "Lea, kamu kenal mereka?" tanya Bang Ical. "Teman sekolah Alea, Bang," jawab Alea sambil mengerjakan pesanan mereka. "Haah temen sekolah? Kamu ga papa besok jadi omongan mereka? Kayanya mereka sengaja ngerjain kamu." "Udah biasa Bang. Udah kebal Alea." Alea membawa nampan berisi pesanan Clarissa dan teman-temannya. Dia memberikan satu persatu pesanan itu. "Aaahhh, lu gila ya!! Kopinya panas banget. Lu mau hancurin mulut gw!!" kata Clarissa protes. "Tadi kan pesennya kopi panas, kalo mau dingin ya ice coffee bilangnya," jawab Alea tak mau kalah. "Alea!!" Clarissa menjambak rambut Alea "Berhenti!! Mini market ini dilengkapi CCTV. Kalo Anda bertingkah kasar dan tidak sopan pada pegawai kami, kami bisa menuntut anda ke polisi," kata Bang Ical tegas. Clarissa dengan terpaksa melepaskan cengkeraman tangannya di rambut Alea. Alea segera pergi meninggalkan rombongan itu. "Lea, kamu di kasir aja. Biar Abang ama Mas Budi yang layani," kata Bang Ical. "Makasih bang." Alea pergi ke meja kasir. Dia mengingat-ingat apa saja yang sudah dipesan rombongan Clarissa yang belum dia catat. Bunyi pintu mini market terbuka. "Selamat malam, selamat berbelanja," sapa Alea. Kali ini dia kembali dikagetkan dengan masuknya rombongan super boy. Raka, Stevan dan Marcho masuk pertama kali. Mereka langsung tertawa saat melihat Alea di belakang meja kasir. "Jadi beneran dia kerja disini. Ya tuhan, apa kata nyokap gw kalo tau gw sekolah bareng ama pelayan," kata Marcho. "Bukan cuma nyokap lu, tapi seluruh sekolah akan gempar kalo tau ada pelayan yang sekolah di tempat kita," tambah Raka. "Emangnya apa yang salah dengan pelayan? Ini pekerjaan halal. Aku ga mencuri ato berbuat kejahatan kok," kata Alea membela dirinya. "Tapi kami ga mau sekolah bareng ama pelayan kaya lu!!" ucap Stevan tajam. "Kalian udah tau kalo aku dari kalangan bawah selama ini. Ga usah sok heran. Kalo mau belanja, silahkan belanja. Tapi kalo kalian terus merundungku di sini, aku punya bukti untuk melaporkan kalian." Alea menunjukkan kamera CCTV yang ada di langit-langit. "Sayank, dia tadi kasar ama aku," kata Clarissa yang bergelayut manja di lengan Nathan. "Lepasin ah, ga tau gerah apa ya," kata Nathan ketus sambil melepaskan tangannya dari Clarissa. "Alea, bisa bantu aku cari minuman dingin?" kata Nathan. "Boleh," jawab Alea yang segera menunjukkan jalan ke Nathan untuk barang yang dicarinya. "Silahkan pilih, semua ada disini." "Beri gw rekomendasi minuman yang paling enak apa?" "Haah minuman yang enak?" "Iya, kalo sulit, minuman kesukaan lu apa?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN