"Wake up, Sayang.." Andrean mengecup cuping telinga Anisa. Mereka harus segera bangun dan bersiap agar Papa Anisa tidak lagi uring-uringan. Akan sangat gawat jika pria itu kembali mengetuk pintu kamar dan mereka muncul terlalu lama setelahnya. Ceramahan pagi pasti akan menjadi sarapan mereka. Anisa menggeliat. Rasa nyaman membuatnya enggan untuk membuka matanya. Wanita itu semakin merapatkan dirinya pada tubuh Andrean. "Lima menit lagi." Ucapnya merengek. "Nanti Papa kamu uring-uringan lagi, Babe!" Mata Anisa terbuka. Ia tidak menyukai panggilan itu. Panggilan yang Andrean pernah sematkan untuk Selina itu membuatnya kesal. "I'm not your babe, ya!" Sentaknya sembari mendorong Andrean agar menyingkir. Anisa sendiri tak mengerti mengapa reaksinya begitu kekanakan. Tapi ia benar-bena