Bagaikan Mimpi Buruk

1103 Kata

Masih kesal? Tentu saja! Bayangan sempurna tentang seorang Chief Executive di dalam diri suaminya mengudara bersama saraf-sarafnya yang menegang. Andrean memang terlahir sangat jago merubah suasana. Benar-benar menyebalkan. Rasanya Anisa ingin melayangkan bogem mentah agar Andrean kembali pada setelan normalnya. “Sayang. Come on! Tadi aku beneran lupa saking cepet-cepetnya.” Andrean merengek. Mereka saat ini terjebak ditengah padatnya pengguna jalan. Benar seperti dugaan Anisa, berakhirnya jam makan siang membuat jalanan penuh karena para karyawan yang pulang ke tempat kerja masing-masing. “Kamu sadarnya kan pas di rumah, jadi nggak sempet bikin malu.” Ini bukan perkara malu, tapi lebih pada angan-angannya yang mendadak lenyap. Kesal yang bercokol di dadanya bahkan membuat tangannya tak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN