“Sayang, tenang.” Sudah gila rupanya Andrean. Bagaimana bisa Anisa tenang jika Selina tampak begitu nyata di depan matanya. Wanita yang mereka hindari bersama itu menghunuskan penglihatannya tepat pada satu-satunya kaca mobil yang dapat mempertemukan pandangan mereka. Satu yang bisa Anisa tangkap– Selina sengaja. Mantan tunangan Andrean tersebut mengetahui dengan benar siapa saja manusia-manusia yang berada di dalam mobil yang dia hentikan secara paksa. “Kamu turun. Temenin Pak Amir sana!” Andrean memutar kepalanya, cepat. Telinganya sepertinya bermasalah. Baru saja ia mendengar titah sang istri yang secara tidak langsung memintanya untuk menemui Selina. “Sayang.. Coba ulang. Takut salah denger.” Pintanya, berharap Anisa memang tak sungguhan menyuruhnya untuk turun dari mobil. “Hadep