“Sayang.. Anak Papa nggak kenapa-napa kan? Wanita itu nggak sakitin kamu kan, Nis?” Zanuar meneliti penampilan putrinya. Ia berjalan memutari tubuh Anisa, memastikan jika putri semata wayangnya memang datang dalam keadaan baik-baik saja setelah bertemu dengan mantan tunangan suami anak itu. “Bilang sama Papa kalau dia apa-apain kamu, Nis! Biar Papa tuntut orang itu!” “I'm fine, Pah. Kita nggak sempet face to face tadi.” Zanuar menghembuskan nafas leganya. Ia tidak akan membiarkan orang yang menyakiti putrinya lepas jika memang benar telah terjadi kekerasan. Sampai ke liang lahat sekalipun, Zanuar akan mengejarnya. Jika perlu, ia akan mengusik wanita itu ke neraka. Anisa adalah satu-satunya putri yang Zanuar miliki. Menyakiti Anisa tentu saja seperti mengibarkan bendera perang pada kelua