“Jangan Pah!” Anisa bersuara keras. Ia tidak rela suami tampannya bergelung dengan alat bersih-bersih. Menyapu lantai saja mungkin Andrean tidak bisa. Pasti auto pecat kalau Andrean menekuri job tersebut. “Andrean jadi PA Papa aja.” “Nggak usah mikir yang aneh-aneh. Papa nggak sekejam itu!” Decak Zanuar. Anisa tersenyum lebar. Papanya memang yang terbaik. Sekarang ia bisa merasa tenang membiarkan Andrean keluar dari kampus. Suaminya mendapatkan ganti yang lebih baik setelah mengorbankan pendidikannya. “Makasih Papah.” Ujar Anisa sepenuh hati. “Kalau gitu, biarin Andrean kerja dulu. Kebetulan Papa udah nggak ada jadwal penting, kita bisa pergi jalan-jalan sama Mama. Bentar lagi Mama sampai.” Anisa terlihat enggan. Sebenarnya wanita itu ingin mendampingi Andrean di hari pertama suami