Andrean membantu Anisa menggunakan kamisolnya. Setelah melakukan aktivitas pagi yang cukup menguras tenaga, keduanya saling membantu sama lain dalam mengenakan pakaian. Tepat setelah membuka mata, Andrean sang pangeran beraksi mengganggu tidur telap sang istri. Aksinya terhitung sedikit kebablasan dari niat awal yang hanya ingin membangunkan Anisa dengan cara paling romantis. “Sayang.. Nggak bisa tambah satu ronde lagi?” tanya Andrean polos. “Aku-loh nggak ngerasa mual pagi ini abis ena-ena.” Memang tidak seperti pagi-pagi sebelumnya. Biasanya jam segini Andrean akan menjadi penghuni tetap kamar mandi. Tubuhnya tegapnya berubah ringkuh di depan kaca wastafel, lengkap bersama alunan nada-nada muntahan yang memeriahkan pembuka harinya. “Ngaco!” Anisa menyentak tangan Andrean dari buah dada