Andrean membasuh wajahnya dengan air mengalir. Ia menarik selembar tisu, mengeringkan wajah yang basah sebelum melangkah keluar dari kamar mandi. Coffee! Ya, ia membutuhkannya saat ini. Di dekat exit door perusahaan, Andrean ingat benar terdapat sebuah gerai kopi kenamaan. Sepertinya ia harus kesana sekarang juga, membeli satu cup americano dingin agar menyegarkan kepalanya. Teringat akan istrinya yang sedang dalam perjalanan menuju kantor, Andrean mengeluarkan ponsel sembari tetap memacu kaki-kakinya. Pria itu mengetikkan pesan supaya Anisa mau menunggunya di lantai dasar— lobi lebih tepatnya. “Bu Azizah.. Kalau Bapak ke ruangan, saya membeli kopi di Starbucks.” Ujarnya menitipkan pesan. Mungkin saja secara tiba-tiba atasannya membutuhkan informasi yang tidak Irul pahami. “Diterima Mas.
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari