Ciuman di Kamar Villa

1007 Kata
“Tuan. Kita sudah di gerbang masuk villa…” ucap Liam karena melihat Delon masih menyandar manja dengan tangan memegang iPad dan wajah serius. Terdengar suara helaan nafas om Delon terdengar berat, tapi dia tetap mengangkat kepalanya dengan malas dan duduk tegak di sampingku. ”Hmm.” Jawabnya sambil menyodorkan iPad ke tangan sang asisten pribadi ayahnya. Aku hanya melirik om Delon menggunakan sudut mataku, meskipun sebenarnya aku jga pengen menikmati wajahnya sebelum akhirnya aku bahkan tidak bisa lagi menatap wajahnya dan bahkan duduk berdekatan seperti ini. Karena aku bertekad, setelah hari ini, aku harus menjaga jarak dari om Delon, agar semuanya baik-baik saja. Ditambah, keluarga kakek Helmi ternyata tidak sebaik yang aku bayangkan. Aku gak mau nantinya om Delon justru hancur karenaku. ”Tuan. Di depan sepertinya nyonya sudah berdiri menyambut kedatangan anda, banyak yang hadir dan ada media yang meliput, harap anda menjaga sikap, meskipun semuanya melalui proses editing.” Sahut Liam yang memang memiliki mata tajam. ”Hmm.” Jawab om Delon lagi, membuatku merasa tidak enak pada tuan Liam ini. Karena om Delon justru menggenggam jemari tanganku dan menatapku lekat. “Enjoy di tempat ini, ya, Sayang. Kalau ada waktu yang tepat, om pasti akan nemuinkamu. Jangan kawatir, semua akan baik-baik saja. Percaya sama om…” bisikan suara Delon tepat di telinga Zahwa dengan kecupan pipi yang sempat mendarat. ”Iya, Om.” Aku menoleh ke arah jendela. Di sana aku melihat tante Helga yang sudah berdiri menunggu kehadiran kami. Tenta Helga memang terlihat romantis ketika di hadapan keluarga besar. Kalau sehari-hari di rumah, hmm…cukup mengelus d**a melihatnya. “Gak usah panik. Tenang aja, om bakalan jagain kamu…” bisiknya melihatku ragu untuk menuruni mobil. Dia mempererat genggaman tangannya padaku, seolah dia ingin meyakinkan aku, bahwa dia serius dengan semua kalimat yang dia lontarkan. ”Iya, Om…” balasku lagi sembari menarik nafas panjang. Dan aku akhirnya menuruni mobil, menyalami tante Helga, yang langsung menyambut om Delon. Dia memeluk om Delon mesra, membuatku membuang muka. Aku juga melihat om Delon risih dengan pelukannya. “Papa, kamu kok telat banget? Pengisi acara aja udah sampai…” sapa tante pada suaminya. Membuatku terlihat kaku. Dan om Delon langsung melambaikan tangan ke arah pelayan untuk membantuku ke kamar yang sudah dia pesan. Lalu menjawab pertanyaan istrinya. ”Bukankah kamu sudah tahu, mobilku mogok?” Tegasnya lalu dia menghadap ke arah pelayan yang baru datang. “Kok kamu bawa Wawa? Bedua dong semalaman?” Tatap tante Helga, lalu menoleh ke arahku tajam. Tapi om Delon justru mengabaikan, dia malah berbicara dengan pelayan yang baru saja datang karena panggilannya. ”Mba. Tolong bawa nona Wawa ke kamar. Persiapkan semua keperluannya, jangan sampai ada yang kurang, ngerti, ya?!” Tegas om Delon kepada asisten rumah tangga yang baru mendekat, membuatku merasa tidak enak. “Wa. Kamu kalau mau mandi, istirahat ke kamar dulu aja…” ucap om Delon langsung memerintah pelayan keluarga Winata. “Mba. Antar nona Wawa ke kamar.” Perintah om Delon lagi. “Baik, Om.” Jawabku cepat. Lalu aku menoleh ke arah tante Helga. “Tante, Wawa mandi dulu, ya? Nanti Wawa gabung kesini.” Tegasku sambil berpamitan. “Kamu pake mandi segala, Wa? Mandi gak mandi juga tetep aja aroma miskin kecium…” kekeh tante Helga, dan langsung mendapat sorot mata tajam dari om Delon. ”Bisa jaga sikap, kamu?!” Tandas om Delon, dan membuat tante Helga memasang wajah terpaksa. Tapi om Delon langsung menghadap ke arah pria tampan yang juga berdiri di sana menyambutnya. “Haii…Bro, baru nyampe? Mogok, ya?” Sapa pria tampan penuh wibawa dengan senyum mahal. Pria itu memiliki daya tarik yang tak kalah kuatnya dari om Delon. Dia tampan dan cool dengan mata elangnya. “Heii, Bro. Sorry harus nunggu. Beneran dapat nikmat di jalanan…” kekeh om Delon menyalami pria tampan itu dan mereka berpelukan. Belakangan aku ketahui pria itu bernama Raksa. Pria yang digadang-gadang akan menjadi rekan bisnis om Delon dan akan membantu membuat om Delon dan keluarganya terlepas dari jeratan keluarga tante Helga. ”Wa! Ngapain kamu bengong gitu? Mau cosplay jadi nyonya Delon kamu?” Bisik tante Helga menyenggol bahuku dengan keras. Tante Helga ini memang kasar orangnya, tapi ya menurutku juga ada sisi baiknya. ”Ehm! Enggak, Tante.” Jawabku gagap. ”Yaudah. Buruan kamu enyah! Jangan lama. Mandi lama juga bakalan tetep bulukan kamu, mah.” ucap tanteku menatap ke arahku dengan memberi kode agar aku tidak berlama di kamar. “Oke, Tante.” Jawabku lagi. ”Mba. Buruan bawa si Wawa ini.” Tunjuk tante Helga dengan sedikit sepele padaku. Aku kesini itu juga atas perintah tante Helga. Tapi dia tetap bersikap begitu padaku. Ahh! Sudahlah. Aku juga harus tetap bersyukur mendapat sedikit belas kasih meraka. Aku mengikuti langkah pelayan keluarga kaya raya itu, menuju kamar. “Non Wawa, ini kamar non Wawa, ya? Nanti kalau sudah selesai mandi dan bersiap, bisa langsung bergabung untuk makan siang bersama…” ucap pelayan rumah tangga itu dengan sopan. ”Baik, Mba. Makasih, ya?” Balasku lagi dengan senyum mengembang. ”Ohh, ya, Non. Karena di sebelah ini adalah kamar tuan Owen. Jadi, nona gak boleh berisik kalau di dalam kamar. Tuan Owen gak suka kalau ada kebisingan biasanya…” imbuh sang pelayan dan aku terdiam. Lalu mengangguk cepat. ”Siap, Mba. Makasih, ya?” Jawabku perlahan. Karena aku juga belum kenal yang namanya Owen. Entah kenapa, om Delon ini juga jarang banget mau di ajakin pertemuan keluarga mereka. Dan ini adalah pertemuan keluarga om Deon pertama kali, sejak aku tinggal di rumahnya. Padahal, menurut info yang aku dengar, keluarga om Delon ini setiap minggu mengadakan makan malam bersama dan itu hukumnya wajib. Tapi, entah mengapa om Delon memilih berdiam diri di rumah atau pura-pura sibuk di kantor. Aku menutup pintu kamar, setelah memastikan si mba tadi keluar dari kamarku. Baru juga aku mau mengunci, tiba-tiba pintu terbuka. ”Om!” Seruku tak menyangka om Delon ada di hadapanku dan langsung memelukku dengan erat. ”Sayang…om ga kuat, pisah dari kamu. Om pengen deket kamu terus, Sayang…” bisik om Delon langsung menciumi pipiku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN