Kehangatan Cinta

896 Kata
Sedetik kemudian aku tersadar, dan segera aku terbatuk keras. Uhuk! Uhuk! Uhuk! “Astagaa…ancaman kamu bikin aku batuk, Momo…” kejarku menuju bathroom dan langsung menggenggam jemari tangannya. ”Kenapa kamu menahanku masuk ke dalam? Ada apa?” Tanyanya dengan sorot mata penuh selidik. ”Ya, kamu ini aneh. Aku ini lagi mandi, dan kamu nyari om Delon, om Delon gak ada. Masa iya, nyarinya sampe ke kamar mandi segala? Udah gila kamu!” Geramku menarik tangan Momo dengan cepat. ”Aku mencari segala kemungkinan. Kamu adalah orang yang paling mencurigakan sejak awal.” Tandasnya membuatku tertawa terkekeh. Meskipun tawa ini aku yakin terdengar aneh. ”Se-mencurigakannya aku, gak mungkin aku sembunyiin om Delon di kamar mandi, Mo. Kamu ini aneh deh. Kalau emang kamu yang mau mandi bareng aku, yaudah, ayo gabung. Kok ribet amat, aku lama-lama bisa masuk angin ini kalau ketunda lama banget mandinya…” ucapku dengan sedikit grogi, cuma tiba-tiba aku pede karena dibalik tirai yang menghalangi bath up sepertinya tidak ada kegiatan sama sekali. Apakah om Delon sudah sembunyi? Pikirku. Lalu aku memperhatikan bayangan dibalik tirai. Dan seketika mataku membesar. Itu tangan om Delon megang gelas! Seruku dalam hati. ”Kamu kan uler! Siapa yang bakalan percaya coba. Jangan-jangan di bath up!” Gumamnya tiba-tiba dan aku langsung membesarkan mata dan berlari. ”Astagaaa Momoo! Udahlah terserah kamu mau nyari om Delon di kamar ini sampai kapan. Aku mandi dulu keburu masuk angin. Apalagi bentar lagi jadwal makan malam bareng!” Ucapku sambil setengah berlari mengejar Momo yang berputar menuju bath up. Dan aku dengan sigap menindih om Delon, sampai om Delon masuk ke dalam bath up yang tertutup busa sabun dan di taburi mawar aroma teraphy. ”Kamu gila emang?!” Momo kaget melihatku melompat ke dalam bath up. Sedangkan dia mencoba menatap ke sekeliling jendela kamar mandi. Tidak ada jejak di buka. Dia mendekat ke arah bath up membuatku semakin tegang. Sedangkan om Delon terus berusaha untuk keluar karena kesulitan nafas. Sedangkana ku terus menindih tubuhnya dan memaksanya terus berada di dalam bath up. ”Kamu mandi sambil ngewine?” Tatapnya dengan sorot tajam. ”Iya, kan ada. Gratis lagi, ya di cobain lah? Gimana? Kamu mau ikut gabung mandi sini. Aku mau cepat bilas nih. Kalau kamu mau, masuk sini. Kita mau makan malam lagi soalnya…” Bersyukurnya kalimatku ini membuat Momo justru berbalik badan. ”Dasa gila! Siapa juga yang sudi mandi bareng mahluk udik macam kamu. Miskin lagi! Mending aku nyari tuan Delon ke kamarnya aja deh. Siapa tahu sudah balik kesana…” gumamnya, membuatku menghela nafas lega setelah melihat kepergian Momo meninggalkan bathroom. Dan aku mendengar pintu utama tertutup. Dengan secepat kilat aku bangkit dari bath up dan menarik tangan om Delon yang tak lagi bergerak. “Om! Om! Bangun, Om…” bisikku membangunkan om Delon, setelah om Delon keluar ke permukaan bath up. Mataku kian membesar, setelah melihat om Delon tak merespon. Aku mendekatkan tanganku ke hidungnya, dan memeriksa denyut denyut nadinya. “Om! Bangun, Om! Kita sudah aman…” bisikku dengan posisi setengah menungging di atas om Delon. Tapi, om Delon masih tak merespon, membuatku memberikan nafas bantuan, walau posisinya juga harusnya tidur dengan rata bukan setengah duduk seperti ini. ”Om! Bangun om! Jangan macem-macem, Om! Ayoo…om di cari papa om…” bisikku sedikit menyesal telah menenggelamkan om Delon ke dalam bath up. Berkali-kali aku memberi nafas bantuan, tapi tak juga berhasil membuat om Delon bangun, akhirnya aku nyaris putus asa. “Om! Please….bangun! Wawa gak mau kehilangan om begini, Om! Ayoo…bangun, Om…” bisikku lagi dengan air mata penyesalan. Dan aku kembali memberikan nafas bantuan padanya. Kekawatiranku melihat om Delon tak merespon membuatku benar-benar kehilangan akal. ”Om…please…bangun…” bisikku dengan bulir air mata menetes membasahi pipi. Di luar dugaan, dia justru melumat bibirku, membuatku terkejut dan berusaha mendorongnya dengan kuat. Sayangnya tenaganya lebih kuat daripada aku. ”Kamu pengen di atas tadi, Sayang? Aku rasa itu tidak buruk untuk kita coba…” bisiknya menggodaku dan aku langsung mengibaskan tangan dengan kuat dan mengusap air mataku yang jatuh sia-sia. ”Dasar! Ngapain pakai pura-pura segala?! Bikin kawatir aja!” Gerutuku kesal menatap om Delon. ”Kam takut kehilangan aku, Sayang?” Bisiknya memelukku erat dan membuatku duduk di atasnya di dalam bathup. “Om, ayo. Semua orang nyariin om, itu. Hampir aja kita ketahuan tadi…” ucapku sambil menatap tajam dengan wajah kesal. ”Kita akan keluar, setelah yang satu ini. Oke, Sayang?” Bisiknya mulai menyerangku dengan ciuman dan nafas memburu. “Oughh…Om…jangan, Om. Pintu belum Wawa kunci…” bisikku lagi. ”Pintu itu otomatis, Sayang. Kalau dalam satu menit tidak dibuka. Jadi, tenang saja…” bisiknya sambil terus menciumi wajahku dan meremas kedua pegunungan kembar milikku. “Tapi, Om…” cegahku membuat om Delon menggeleng perlahan, lalu dia kembali menikmati tvbuhku. ”Ahhh…Sayang…om pengen setiap saat nyentuh kamu gini. Om candu banget, Sayang…..” desahnya saat tangannya terus berselancar. Dia menarik pinggulku untuk maju dan menuntun es lolipop miliknya untuk menyerang goaku. ”Ahhh…Sayang….ayo, Sayang…buka dikit pahanya…” bisiknya membuatku menelan ludah. Nafasku ikut memburu merasakan sentuhan demi sentuhan dari jemari tangan om Delon. ”Ough…Om…jangan, Om…nanti kita jadi kebiasaan…” elakku berusaha menahan antara keinginan untuk kembali menikmati kehangatan tadi malam, atau nuraniku yang juga berontak atas kegilaan kami. ”Shhh….aahhh…sayaaang…tekan lebih dalam, Sayang…” bisiknya dengan suara serak. Aku menahan nafas menikmati senasi nikmat yang tak terucapkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN