“Aku hari ini ke tempat Renata.” Bagaskara menoleh ke sumber suara waktu ia baru bangun dari tidurnya. Tinggal bersama dengan Jihan memang ada hawa berbeda dan lebih membahagiakan baginya. Walaupun tidak terjadi apa-apa seperti biasanya. Tapi dengan kehadiran wanita ini di dalam hidupnya lagi. Bagaskara merasa dua kali lebih hidup. “Renata sakit?” “Tidak. Kita diundang ke sana. Katanya mau kasih nama anaknya. Mas nggak mau ikut?” “Aku masih malas bangun.” Jihan memutar bola matanya usai berdandan melihat Bagaskara masih bersikap manja seperti itu padanya. “Kalau kamu nggak ikut, biar aku pergi sendirian. Kamu nggak usah ikutan.” Pria itu pelan beranjak dari tempat tidur. “Mana mungkin aku nggak ikut. Aku mau mandi dulu. Kamu mau sarapan apa? Biar aku minta pembantuku siapin sara