Bagian 5

1982 Kata
Sinar matahari di kamar pas mengenai wajah Dara membuat ia membuka mata mengguap dan menggeliat di ranjang. Dara bangkit dari kasurnya dengan mata sayu-nya. Ia keluar kamar menuju dapur dengan rambut terikat cepol berjalan sedikit terombang-ambing seraya mengucek matanya dan beberapa kali menguap "Pagi" sapa Dara melihat adanya Danish, Asher dan Arka yang tengah sarapan di meja makan Dara dengan santai melewati ketiga temannya dan mengambil segelas air kemudian ia duduk bergabung bersama mereka "Loe sehat ?" Tanya Danish dianggukan Dara yang hanya sedikit membuka mata dan bibir berkerucut "Mandi dulu sana !! Masih banyak pekerjaan yang menunggumu" ucap Arka "5 menit lagi" jawab Dara menunjukkan kelima jarinya dan meletakkan kepala di meja Dara mengedipkan mata dengan pelan bertatapan langsung dengan mata Arka tiba-tiba saja ia membuka matanya lebar mengangkat kepala dan langsung berlari meninggalkan meja makan "Ada apa denganmu ?" Tanya Asher yang kebingungan dengan tingkah Dara "Ada singa.. bukan.. bukan.. maksudku.. aku harus mandi sebelum pekerjaan ku menumpuk" sahut Dara yang berjalan mundur "Kalian tidak perlu menunggu ku untuk sarapan" teriaknya kembali sebelum memasuki kamar "Ada apa dengannya ?" Tanya Asher pada Arka yang hanya terdiam datar dan Danish yang tertawa terbahak-bahak "Singa ? Apa yang dia maksudkan dengan singa ?" Tanya kembali Asher yang dijawab Danish dengan melirik Arka. Asher pun membulatkan bibir dengan sempurna karena telah mengerti keadaannya "Apa semalam kau menerkamnya" Ejek Asher menahan tawa "Diamlah" bentak Arka membanting sendok dan garpu nya di meja  kemudian beranjak dari kursi Asher dan Danish tertawa terbahak-bahak setelah melihat tingkat Arka yang pergi meninggalkan meja makan. Kini sudah beberapa hari sejak kejadian itu Dara menghindar untuk  bertemu atau satu ruangan berdua dengan Arka. Ketika ia berjalan satu jalur dengan Arka pun ia akan putar balik untuk menghindarinya. Namun dengan menghindari Arka, ia juga merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas nya. Arka yang biasa membantunya justru tengah dihindarinya Dara pun harus berusaha keras mengerjakan tugasnya tanpa meminta bantuan Arka hingga membuatnya terus saja begadang selama beberapa hari. Tok tok tok Ceklek "Mbak.." Erna sekertaris Dara memasuki ruangan Dara Melihat Dara yang tertidur di meja kerjanya Erna meninggalkan ruangan Dara dan menutup kembali pintunya "Dara ada ?" Seketika Erna terjingkat mendengar suara bariton Arka di belakangnya "Ada mas.. t-tapi.." jawab Erna dengan ragunya "Tidur ?" Dianggukan pelan oleh Erna Arka masuk ke ruangan Dara setelah Erna pergi atas perintahnya. Ia menghampiri Dara yang tengah tidir dengan meletakkan kepala diatas mejanya "kalau masih ngantuk balik ke kamar saja" kata Arka mengoyak tubuh Dara membuat Dara terkejut hingga terbangun "E-enggak kok" bantahnya seraya menguap "Tidur jam berapa semalam ?" "Jam 1" jawab Dara dengan senyum lebar dan mata sayu "Hem.. iya.. jam 6 pagi" ralatnya setelah mendapat tatapan mematikan dari Arka "Balik kamar sana" ucap Arka dengan menghela nafas kasar "Gendong" celetuk Dara Sedetik kemudian ia membulatkan mata mengerutu seraya memukul kepalanya sendiri dengan keras dan segera berdiri dari kursinya "Maaf keceplosan.. ehh bukan maksudku kebiasaan.. gak liat kalau mas Arka" terangnya sembari membuka pintu dan kemudian ia pergi. Arka mengikuti Dara yang telah berlari meninggalkan ruangannya Dara yang berjongkok terengah-engah setelah berlari menaiki anak tangga sampai di lantai 3 berteriak terkejut seketika Arka menggendongnya "Mas Arka ngapain ?" "Katanya minta digendong" jawab Arka dengan santainya menggendong Dara memasuki kamarnya "Bercanda tadi.. beneran.. turunin deh" pinta Dara tidak dihiraukan Arka hingga membawanya ke kamar dan menutup pintu kamarnya Brak "Auw.." keluh Dara saat Arka menjatuhkan tubuh Dara dengan kasarnya di atas kasur "Bilang dong kalau mau nurunin gak harus dibanting juga !! Ini badan orang bukan barang !!" Geram Dara "Untung aja buatan tuhan coba buatan manusia.. udah rontok ini badan" gerutu Dara menarik pantatnya untuk ke bibir ranjang "Mas Arka kenapa masih di sini ?" Tanya Dara mendongak menatap Arka yang masih berdiri di samping ranjang Arka duduk disampingnya reflek Dara  menghindar dengan bergeser namun Arka semakin mendekatinya menyisir rambut Dara menahan tengkuk Dara agar tidak menjauhi dirinya yang semakin mendekat. Dara menutup mata seketika jarak wajah mereka hampir tidak ada. "Berharap" ucap Arka yang berhenti bergerak. Dara membuka matanya mendorong Arka menjauh. "Apaan sih" dengan gugup ia berdiri dari kasur dan pergi dari hadapan Arka Arka menyusulnya dengan cepat menahan pintunya hingga menyebabkan gebrakan keras sebelum Dara sempat membukanya. Dara yang tersentak bergeming menelan ludah Arka mengelurkan tatapan tajamnya. Dara yang ketakutan berjalan mundur namun Arka terus mendekat padanya hingga terjatuh di atas kasur Arka yang menyeringai tiba-tiba menggelitiki Dara membuatnya yang kegelian terus tertawa meminta ampun begitu juga Arka ikut tertawa terbahak-bahak "aduh gak kuat" ucap Dara seketika Arka menghentikan gelitikannya Arka yang tengkurap di samping Dara terus memperhatikan Dara yang masih tertawa. "Ada apa ?" Tanya Dara setelah menyadari Arka memperhatikan dirinya Tangan Arka terulur di pipi Dara perlahan menempelkan bibir mereka. Dara menutup matanya dengan rileks merasakan lumatan bibir Arka. Arka semakin memperintim ciumannya memasukkan lidahnya kedalam mulut Dara dan menjelajahi rongga mulutnya Arka mengubah posisinya sehingga berada di atas Dara dan menopangnya dengan lutut juga tangannya yang tak tinggal tinggal diam melepaskan kancing kemeja milik Dara satu persatu Dara meremas kedua sisi rusuk Arka membalas lumatan Arka mengimbangi permainan Arka. "Ehmm" desahan lepas dari mulut Dara seketika Arka meremas kedua buah dadanya secara bergantian dengan kasarnya "Can I" bisik Arka yang tidak bisa dijawabnya sekalipun dengan anggukan maupun gelengan. Dara bahkan mengigit bibir bawahnya menatap kedua mata Arka dibalas Arka dengan senyuman tipis dan kembali mencium Dara seraya melepaskan kancing kemeja yang ia kenakan "Mas Arka" panggil Danish dari luar kamar yang terdengar sedikit jauh "Mas ada meeting.. dilanjutkan nanti aja ciumannya" teriak Danish kembali Dara menyadari teriakan itu langsung mendorong Arka menjauh darinya dan bangun dari kasur merapikan kembali pakaiannya. Tidak dengan Arka yang masih terlentang dengan kemeja terbuka dengan menutup mata dan merentangkan tangan di kasur "Ada apa denganmu ? Ayo" ajak Dara dienggankan Arka Dara menarik tangan Arka agar terbangun namun bukannya Arka yang bangkit justru dirinya yang terjatuh di tubuh Arka. Arka memeluk Dara menahannya agar tidak bangkit dari posisinya dengan saling menatap mata satu sama lain "Please" dengan mata berbinar memohon pada Dara dan hanya mendapatkan tatapan malas darinya "Oke.. kita pergi" pasrah Arka melepaskan rangkulannya Mereka keluar dari kamar setelah Arka merapikan kembali pakaiannya dan menghampiri Danish yang berada di sofa ruang tengah lantai tersebut dengan menghisap sebatang rokok di capit jarinya "Sudah aku katakan.. jangan merokok di dalam ruangan Danish" peringatan nya membuat Danish mematikan rokoknya berjalan membuntuti Arka dan Dara "Hei apa yang kalian lakukan di siang bolong seperti ini" Danish berdiri di samping Dara di dalam lift sedangkan Arka di depan mereka "Apa yang kamu katakan" tanya Balik Dara "Apa aku perlu juga menanyakan pada wanita-wanita mu apa yang kamu lakukan pada mereka" sahut Arka membuat Danish terdiam "Gue lupa.. tempat ini kan ada lift nya terus kenapa gue tadi lari naik tangga yah.. pantas saja mas Arka bisa mengikutiku bahkan mendahului ku tadi" batin Dara terdiam di depan lift "Ada apa denganmu" Danish menyadarkan Dara yang bergeming "T-tidak" singkatnya menyusuli Arka dan Danish Dara yang hanya satu mobil dengan Danish terus saja mendapatkan pertanyaan mengenai dirinya dan Arka. "Kita dimana ?" Tanya Dara setelah Danish berhenti di depan lobby gedung tinggi "Kantor" "Kantor siapa ini ?" Tanya Dara yang kebingungan "Kantornya mas Arka" Dara menganga bingung dengan perkataan Danish "Lah kantor yang dirumah dia ?" "Yah mas Arka sangat malas kalau diminta ke kantor ini.. dia bilang menyusahkan dirinya.. makanya dia menugaskan karyawan yang berurusan langsung dengannya ke rumah" terang Danish semakin membuatnya tidak mengerti dengan isi kepala dari ketiga temannya tersebut "Kalian sudah datang" sapa Asher yang terlebih dahulu berada di ruang meeting kantor "Mas Arka mana ?" Tanya Asher "Bentar lagi juga sampai" jawab Danish Tidak lama kemudian Arka memasuki ruang meeting dengan jas rapi dan dasi yang membuatnya terlihat berkharisma layaknya CEO di cerita Novel Dara yang terkagum memfokuskan matanya untuk mengikuti pergerakan Arka "Lelaki sekeren itu loe masih tolak.. rugi sist" celetuk bisik Danish dengan senyum mengejeknya reflek Dara memukul lengannya dengan keras "Berapa lama lagi meetingnya" ucap Arka membuat Dara semakin tegang "Satu jam lagi" jawab Asher "Baguslah.. Kita perlu mempersiapkan Dara terlebih dahulu" perubahan Arka layaknya boss perusahaan tersebut semakin menegangkan Dara karena setiap ucapan yang Arka keluarkan sepertinya sangat formal untuk ia dengarkan ---- "bagaimana dengan pekerjaanmu ?" Arka membangunkan lamunan Dara  yang tidak menyadari keberadaan Arka. "Sejak kapan mas Arka disitu" herannya melihat Arka telah berada di balkon dengan rokok di capit jarinya seraya bersandar di pagar "Barusan" singkatnya menghisap rokok "Ouh" "Bagaimana pekerjaan mu" tanya nya kembali "Semakin ribet.. aku rasanya ingin menyerah" dengan lesunya Dara bersandar di ayunan yang sejak tadi ia duduki "Yahh inilah dunia bisnis.. segalanya menjadi ribet ketika loe menjadikannya sebuah beban" kata Arka mendekat pada Dara dan duduk disampingnya "Apa kamu sangat takut padaku ?" Tanya Arka dijawabnya dengan anggukan "Apa yang membuatmu takut ?" Tanya nya kembali "Semuanya.. caramu berbicara di kantor terkadang membuatku gemetar.. caramu bertingkah di lantai tiga ini membuatku terus berlari.. caramu berbicara di lantai satu rumah ini membuatku terkadang menjadi teman yang harus patuh padamu" terang Dara Arka menyeringa menyapu wajah Dara dengan lembut membuatnya menoleh pada Arka saling bertatap mata. Arka yang semakin mendekat menempelkan kedua bibir mereka. Ia mulai melumat bibir atas bawahnya bergantian. Mendorong tengkuk Dara semakin memperintim ciuman mereka. Arka menghentikan ciumannya seketika menyadari Dara mulai kehabisan nafas. Arka mengangkat Dara dari ayunan. Arka mencium Dara yang berada di gendongnya dan membawanya masuk ke dalam kamar Dara. Arka mengunci pintu yang menghubungkan kamar Dara. Ia meletakkan tubuh Dara di kasur dengan dirinya diatas Dara. Arka melepaskan kaos yang ia kenakan membuka satu persatu kancing piyama yang dikenakan Dara Dara meremas rusuk Arka, ia mendesah keenakan dengan ciuman ganas Arka yang terus menjalar dari bibir ke telinganya memberikan kuluman disana yang lalu turun ke lehernya. Arka melepaskan kain penutup tubuh Dara, ia menjelajahi tubuh Dara dengan ciuman dan sentuhan mematikan darinya. Dara mengerang meremas rambut Arka kenikmatan merasakan tangan Arka yang telah memasuki celananya dan bermain di area sensitifnya "Ahh.. hhh.." desahnya yang semakin tidak kuat ia tahan saat Arka benar-benar membawanya kenikmatan yang luar biasa Arka melepaskan celana yang dikenakan Dara dengan cepat, ia menikmati tubuh Dara dengan ganas "Ahh.. sshhh.." rancu Dara menahannya dengan mengigit tangan "Keluarkan sayang" Arka memporak-porandakan pikiran Dara dengan kenikmatan yang tiada henti ia berikan "Please.. please.." rancu Dara yang mulai tak tahan. Dengan seringai Arka melepaskan miliknya dibawah sana yang telah meronta minta dibebaskan. Ia menggesekkan miliknya dan Dara perlahan mengarahkan pada kenikmatan Dara "Ahhh" desah Dara yang kesakitan masuknya milik Arka Arka langsung saja membungkamnya dengan ciuman ganas membiasakan setengah miliknya berada di dalam Dara. Arka melumat bibir Dara menjelajahi rongga mulutnya hingga milik Arka telah masuk sepenuhnya ke dalam Dara perlahan ia menggerakan pinggulnya naik turun mengacaukan pikiran Dara menahan nikmatnya "Do you love me ?" Bisik Arka disela pergerakannya "Can I" jawab Dara dengan setengah sadarnya "Why not" kata Arka "Ahhh.. hhh.. ssshhh.." rancunya yang terus menerus keluar "Mau diatas" tawar Arka dianggukannya Arka melepaskan miliknya memindah posisi mereka dengan Dara diatasnya. Dara memasukan milik Arka kedalamnya dengan sekali hentakan Dara menaik turunkan tubuhnya mendongakkan kepala menahan dirinya dengan tangan di paha Arka Pergerakan semakin cepat ketika dibantu Arka menaik turunkan pinggang Dara. "Come" rancu Arka menarik tubuh Dara terngkurap diatas tubuhnya merangkul erat Dara menggerakan pinggulnya dengan cepat "Ahh.. hhh.." desahan Dara tepat di telinganya semakin memanaskan tubuhnya yang akan mencapai puncak "Ohh god" rancunya di pencapaian puncak mereka secara bersama Arka membiarkan miliknya masih berada di dalam sana sejenak hingga beberapa menit kemudian ia melepaskannya mengangkat tubuh Dara untuk berbaring disampingnya menyelimuti tubuh telanjang keduanya dengan Arka merangkulnya "Morning" sapa Arka melihat Dara mengerjapkan matanya Menemukan Arka berbaring disampingnya dengan memeluk dirinya Dara terkejut membelalakkan matanya memutar kembali memorinya semalam "Sudah sadar ?" Tanya Arka "s**t !! Bego banget gue semalam di cekokin Danish minuman mau aja" batin Dara menutupi wajahnya dengan selimut "It's oke" kata Arka yang sebenarnya ia tau semalam Dara terpengaruh alkohol dan itu membuatnya menyeringai karena inilah yang ia nantikan selama ini "A-aku harus pergi" Dara bergeser untuk bangun namun membuka selimutnya menemukan dirinya yang telanjang ia mengurungkan niat dan merangkul rapat selimut yang ia kenakan "Bisa mas Arka yang bangun dulu" tanya Dara setelah ia melirik ke arah bajunya yang ternyata sangat jauh dari jangkauannya. "Aku sama denganmu" seraya tersenyum lebar "A-aku bisa menutup mata kamu bisa mengambil pakaianmu" pinta Dara dienggankan Arka Arka menarik Dara kedalam pelukannya membuatnya sudah seperti udang rebus yang merah menyala "Tidak perlu bekerja hari ini. Aku sudah mengatakan pada Danish untuk menghandel pekerjaanku" kata Arka mengusap rambut Dara dengan lembut "Lebih enak denganku kan dibandingkan om Ega" ucapan Arka langsung dijawab oleh Dara dengan pukulan di dadanya dengan keras justru membuat Arka menyeringai dan menciumnya dengan hangat
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN