Dara menunduk serta menutup matanya erat dibawah pancuran air shower. Ia meneteskan air matanya yang telah bercampur dengan guyuran air.
Dara menahan suara tangisan agar tak keluar kencang dari mulutnya. Meski suara berisik dari guyuran air menutupi namun ia lebih waspada kalau saja Arka yang tidur di ranjangnya mendengar suara tangisan Dara.
Setelah puas meluapkan rasa sakitnya dengan menangis Dara segera membersihkan diri.
Ia menatap dirinya selama beberapa menit dari pantulan kaca yang ada di kamar mandi. Dara menaikkan satu sudut bibirnya, dalam hati ia menertawakan dirinya yang lemah.
Rasa sakit yang diberikan Arka ia biarkan begitu saja. Ia hanya bisa berharap suatu saat dirinya benar-benar kebal dengan rasa sakit itu.
Dara mengambil sebuah botol yang ia simpan di rak samping wastafel.
"sayang" panggilan Arka yang memasuki kamar mandi
"Apa yang kau minum itu ?" Tanya nya begitu mengetahui Dara mengambil sebuah pil dari botol yang dipegangnya
"Ouh ini vitamin" jawabnya dengan santai. Arka yang merasa curiga mendekat pada Dara mengambil botol itu dan memperhatikan tulisan yang ada.
"Sejak kapan kamu mengonsumsi ini ?" Tanya nya dengan curiga
"Sejak direkomendasikan temanku. Sebenarnya ini barang dagangan nya, karena aku tertarik yahh aku beli" ujarnya
Arka hanya mengangguk dan kemudian ia menyandarkan dagunya di pundak Dara "kau sudah mandi ya ?" Tanyanya dengan lesu
"Iya. Mas Arka juga buruan mandi sana sudah jam 8 loh" ucap Dara namun tak membuat Arka menyegerakannya
"Aku belum mendapatkan ciuman selamat pagi ku" ujar Arka yang langsung saja Dara menoleh padanya dan mencium pipi Arka
Arka mengangkat dagunya dan Dara pun pergi meninggalkannya di kamar mandi.
----
"Pagi mbak Dara" sapa Erna begitu memasuki ruangan Dara
"Pagi Er.. jadwal hari ini apa saja ?" Tanya Dara tanpa menoleh pada Erna dan ia masih sibuk dengan berkas di mejanya
"Pagi ini kita ada meeting sama mas Arka, mas Danish juga mas Asher di kantor pusat mbak." Ujarnya
"Ehm.. jam berapa meetingnya ?" Tanya Dara kembali
"Jam sembilan"
Dara sontak mengangkat wajahnya menatap datar pada Erna tak lama ia melihat jam tangannya "yasudah ayo kita berangkat sekarang" ajak Dara yang langsung merapikan berkas di mejanya dan langsung berdiri dari kursinya menyahut tasnya
Dara tengah sibuk dengan kemudinya
"gimana sih biar bisa sekeren mbak Dara ?" Tanya Erna yang duduk di samping Dara
"Saya gak sekeren yang kamu lihat Er" ujar Dara yang sibuk dengan kemudinya
"Mbak Dara itu keren, masih muda sudah punya bisnis sebesar ini. Mbak Dara juga termasuk tangguh dalam menghadapi mas Arka yang.." ucapnya menggantung
"Yang apa? Yang aneh, tempramen tinggi, suka main cewek" sahut Dara membuat Erna menyeringai
"Sudah bukan rahasia lagi soal mas Arka yang seperti itu. Kita sebagai bawahan mas Arka cuman bisa geleng kepala saat melihat tingkah mas Arka yang seperti itu" lanjut Dara
"Kok bawahan sih mbak. mbak Dara kan istrinya" sergah Erna hanya disenyumkan oleh Dara
"Maaf ya mbak. Tadinya saya ngebahas kerjaan jadi merambat ke urusan pribadi" sesalnya dianggukan Dara
Dara yang terus fokus dengan kemudinya berhenti di kantor pusat. Dara memasuki lobby kantor di ikuti dengan Erna dibelakangnya.
Pagi ini Asher, Danish, Arka dan Dara melakukan meeting besar untuk pembahasan perencanaan project baru mereka.
Ceklek
"Pagi, maaf saya terlambat" sapa Dara begitu memasuki ruang meeting
Arka mendehum dan meminta Dara untuk segera duduk di kursinya
"Saya akan mulai meeting pagi ini" ujar Arka membuka meeting
"Kita akan membahas perencanaan project pembangunan villa di Bali yang telah kita sepakati sebelumnya" lanjutnya
Meeting yang dipimpin oleh Arka ini berjalan kurang lebih 4 jam lamanya. Seusai meeting Dara meminta Erna untuk kembali ke kantor terlebih dahulu sedangkan dirinya dengan kedua temannya yang lain masih tinggal di kantor Arka.
"Wahh gila p****t gue rasanya udah gak mau buat duduk lagi." Keluh Dara begitu memasuki ruangan Arka
Danish yang mendengar pernyataan Dara tertawa terbahak-bahak "loe kayak gak pernah ikut meeting aja Dar"
"Gak pernah kalau selama ini. Bayangin aja boy kita meeting dari jam 9 pagi sampai selesai jam 1 siang. Padahal topik pembicaraan cuman satu yaitu pembangunan hotel. Buset kayaknya gue lebih cocok nge-gosip walau sehari full mulut sama badan gak secapek ini" gumam Dara
"Ya kamu memang lebih cocok nge-gosip daripada meeting bisnis sama kayak Danish yang suka ngeluh saat meeting" sahut Arka
"Loe juga gitu mas ?" Heran Dara menatap Danish
"Ya.. gimana gue gak ngeluh ya hampir sehari penuh mereka meeting" jelas Danish
"Gimana ceritanya meeting seharian ?" Kejutnya terheran
"Pagi jam 8 baru sampai kantor ini udah ke ruangan meeting sampai jam makan siang kayak ini tadi baru berhenti cuman makan dan itupun kita makan di ruang meeting sampai sore jam pulang kerja. Pas sampai basecamp mereka bahas soal project itu lagi nah sialnya gue juga ada disana. Yaudah meeting lagi sampai mata mereka nutup baru deh berhenti. Besoknya gue cabut pulang ke rumah bokap karena otak, emosi, sama fisik gue udah gak singkron buat bekerja" terang Danish begitu membuat Dara terkejut menganga membulatkan mata
"Makanya gue males kalau ada project yang tergabung cuman satu grup ini doang. Apes banget rasanya kerja mulu" ujar Danish kembali sontak Dara menatap Arka
"Awas aja sampek kayak gitu. Gue balik kampung udah gak punya duit gak apa penting masih punya otak sehat" ujar Dara menatap tajam pada Arka
"Tenang aja. Aku tau kemampuan mu dangkal. Gak mungkin kita bahas kerjaan sampai rumah lagi. Daripada bahas kerjaan mending di rumah bahas ranjang" jawab
"Yah mulai ngelantur ini pasangan suami-istri" gerutu Danish
"Udahlah Dan, kita pergi aja" ajak Asher menarik Danish keluar ruangan Arka
"Loe berdua mau kemana ?" Tanya Dara
"Balik. Udah lanjutin aja mas" jawab Asher
"Jan, kalau ada yang cari mas Arka bilang aja sibuk gak bisa diganggu" ujar Danish begitu bertemu sekertaris Arka di koridor lantai teratas gedung tersebut
"Baik pak" jawabnya yang kemudian ditinggalkan Danish dan Asher memasuki lift
"Waduh bikin dosa telinga gue aja ini ntar kalau di depan ruangan pak Arka. Emang bener-bener boss gue tuh. Gak sama cewek panggilannya gak sama istri sendiri mau gituan gak liat tempat" gumam Janet yang memilih duduk di sofa ruang tunggu daripada dikurai kerjanya
Dara yang terheran hanya menatap innocent pada Arka yang berdiri dihadapannya
"Mereka ngomong apa sih ? Apa yang dilanjutin ?" Tanya Dara yang kebingungan
Arka bukannya menjawab ia semakin mendekat pada Dara menyapu rambut Dara, ia menaikkan dagu Dara, ia menekan punggungnya, mencium bibir Dara begitu agresif.
Arka membawa Dara berbaring di sofa. Arka membuka baju Dara dengan tergesa-gesa dan langsung melepas kain pembungkus dadanya.
"Ahh.. mas ini kantor" bisik Dara
"Biar.. tidak ada yang akan menggangu kita" jawab Arka
Arka menurunkan rok Dara menelusupkan tangannya ke celana dalamnya. Ia memainkan jarinya ke area sensitif Dara. Dara menahan desahan yang ingin keluar dari mulutnya.
Dara hanya bisa menutup mata serta mengigit bibir bawahnya begitu rasa nikmat dari sentuhan Arka ia rasakan dan membunuh akal sehatnya.
Arka berganti posisi menuruni sofa menarik paha Dara ke tepi sofa. Arka melepaskan jas dan kemejanya membuangnya begitu saja.
Arka mendekatkan wajahnya tepat dihadapan area sensitif Dara yang sudah tak tertutupi kain sehelai pun.
Arka menjilati milik Dara dengan ganas. Paha Dara yang akan menjepit Arka dibawah sana dicegah Arka dengan membukanya semakin lebar. Dara merasa frustasi tak karuan begitu Arka mengulumnya kuat
"Damn.. I love u" rancu Dara begitu kenikmatan
Tak berhenti disitu Arka memasukkan satu jarinya kedalam Dara memaju-mundurkan cepat membuat Dara semakin menggeliat tak karuan.
"Ahh.. hhh.. shh" Desahan Dara keluar begitu saja tanpa bisa lagi dia tahan. Tubuhnya begitu lemas untuk bisa bergerak lagi.
Ia dengan tergesa-gesa membuka celana yang menutupi miliknya yang sudah sangat sesak.
Tangan Arka terulur membawa wajah Dara mendekati miliknya. Dara perlahan memasukkan milik Arka kedalam mulutnya. Ia menghisapnya seperti permen lollipop.
"Ahh.. s**t" rancu Arka begitu kenikmatan
Arka menggerakkan pinggulnya maju-mundur begitu cepat. Dara yang mulutnya terasa kepenuhan seperti ingin muntah namun dirinya tak bisa melepaskan dirinya karena ditahan oleh Arka.
Arka kembali mengubah posisinya ia meminta Dara membelakanginya berpegang pada sandaran sofa. Arka dengan sekali hentakan memasukkan miliknya kedalam Dara. Ia yang tergesa-gesa memaju-mundurkan pinggulnya dengan cepat membuat Dara yang tak tahan merosot begitu lemah.
"Ahh.. stt.. hhh.. ahh.." Desahan Dara yang terdengar sampai keluar ruangan Arka membuat Janet yang di sofa ruang tunggu kesusahan menelan ludah.
Janet yang terkejut melihat seorang manager keluar lift lantai tersebut pun langsung berlari menghampirinya.
"Mbak Nina mau kemana ?" Tanya Janet mencegatnya
"Ke ruangan pak Arka" santainya
"M-maaf pak Arka sibuk. Bisa tinggalkan pesan saja pada saya" ujar Janet dengan terbata-bata
"Yasudah tolong berikan laporan ini pada pak Arka kalau ada apa-apa tolong hubungi saya ya" pintanya diiyakan Janet dengan cepat dan memintanya segera turun
"Sialan susahnya minta ampun kalau punya boss m***m. Tapi ahh.. gue jadi pengen kan denger rancuan nyonya Dara. Andai saja dulu waktu saya sama pak Arka gitu bisa langsung menghasilkan anak mungkin saya sekarang seberuntung nyonya Xiang lue, nyonya Xania, nyonya Franda dan nyonya Sheila. Tapi bagaimana pun lebih beruntung lagi nyonya Dara karena gak cuman jatah harian dia juga mendapatkan sebagian harta pak Arka meski nantinya mereka bercerai" gumam Janet termenung didepan lift
----
Danish dan Asher tengah sibuk dengan stik PS-nya. Melirik pada Arka yang terus mengeluh kesakitan membuat kedua lelaki ini kebingungan.
"Ada apa denganmu? Aku lihat sejak tadi kau menopang punggungterus?" Tanya Danish
"Salah tidur" jawab singkatnya
"Emang habis tidur dimana?" Tanya Danish kembali
"Sofa kantor"
"Tumben banget mas?" Heran Danish
"Salah dia sendiri itu" sahut Dara yang baru memasuki basecamp
"Darimana Dar?" Tanya Danish
"Beli ini" menunjukkan sekantong keresek
"Woo apa aja itu?"
"Sialan loe" kesal Asher begitu permainan di pause oleh Danish
Danish langsung meletakkan stik PS-nya dan menghampiri Dara. Danish menyahut kantong kresek ditangan Dara ia mengeluarkan satu persatu barang yang telah dibeli Dara.
"Apaan nih kok loe belinya koyo sama apa ini.. ini minuman baru yah" herannya mengangkat satu botol kaca
"Itu kiran** jamu buat nyeri.. loe mau? Kalau mau minum aja gak apa?" Jelas Dara
"Gila gue gak nyeri ngapain minum jamu ginian segala. Apalagi judulnya jamu pasti pahit" sergah Danish
"Ya ya lah mana ada jamu manis" sahut Dara
"Emang ini jamu manjur?" Tanya Danish
"Gue pernah sih minum sekali dan hasilnya gak lama juga mereda. Kebetulan gue lagi nyeri banget makanya beli itu lagi" terang Dara
Arka langsung beranjak dari kasur menyahut botol ditangan Danish dan ia membuka botol tersebut lalu meminum nya
Asher yang melihat tingkah Arka hanya begreming kebingungan begutu juga Dara.
"Gue gak tanggung jawab kalau ada apa-apa" ujar Dara yang akan pergi dari basecamp
"Loe mau kemana?" Tanya Danish
"Beli kiran** lagi. Gue dilep sakit gak tahan. Yang barusan diminum mas Arka sebenernya buat gue" ujar Dara yang kemudian ia menutup pintu kamar dari luar
Arka yang menyadari maksud Dara langsung membelalakan mata menatap tajam pada Danish
"Apa" Danish menyahuti tatapan Arka
"Loe yang salah ya karena main ambil aja" ujar Danish yang langsung mendapatkan pukulan dari Arka
Asher yang telah sadar dari diamnya pun sontak tertawa terbahak-bahak.
"Loe pada gak tau ya itu jamu buat cewek" ucap Asher
"Ya mana gue tau soal gituan. Gue gak pernah minum jamu juga" sergah Danish
"Bangke loe Dan" Kesal Arka
"Salah loe juga sih emang gak pernah liat Dara minum ini?" Tanya Danish digelengkan Arka
"Kenapa loe gak bilang Ash" kesal Danish
"Loe pada gak nanya ke gue" jawab Asher
"Jawaban Dara juga bikin orang berfikir ini buat mas Arka" geram Danish
Jam menunjukkan pukul 1 dini hari, Arka yang tidak bisa tidur pun pergi ke balkon. Ia menyalakan rokok di capit bibirnya. Arka menghisap rokok seraya bersandar di pagar balkon.
Dara yang baru selesai mengerjakan pekerjaan-nya merebahkan tubuhnya. Mendengar suara ketukan di pagar balkon ia langsung beranjak dan menghampirinya.
"Kok belum tidur mas?"
"Gak bisa tidur" jelas Arka
"Mau pakai koyo gak?" Tanya Dara
"Emang ada?" Tanya Arka
"Ada, yang tadi aku beli kan ada koyo nya." Jelas Dara
"Ouh koyo tadi buat aku?" Dianggukan langsung oleh Dara
"Boleh. Bantu aku pakai" ujar Arka diiyakan Dara
Arka mengikuti Dara memasuki kamarnya dan ia membuka bajunya kemudian langsung berbaring di ranjang Dara.
"Panas juga ternyata" ujar Arka begitu Dara selesai memasang koyo di punggung Arka
"Mau dingin pakai bye bye fever aja" celetuk Dara
"Kalau itu aku tau buat penurun panas anak" sahut Arka
"Nah itu tau kok minuman tadi gak tau?" Heran Dara
"Kalau ngurus anak sering. Kalau ngurus cewek gak pernah sama sekali" terangnya
Dara mengerucutkan bibir dan menyempitkan matanya "suka senang-senangnya doang yah kalau diajakin susah cewek ogah" celetuk Dara yang kesal
"Ya kalau sama cewek lain gitu. Tapi kalau sama istri sendiri.." ucapnya menggantung
Arka tiba-tiba memeluk Dara membuat tubuh Dara tak seimbang hingga mereka terjatuh dan berbaring di kasur.
Arka mencium bibir Dara dan semakin ganas. Ia menelusupkan tangannya di piyama Dara namun sontak Dara menahan tangan Arka
"Lagi libur bulanan." Ujar Dara membuat Arka mendengus kesal
Arka membenahi tidurnya dan Dara menarik selimutnya. Dara tidur dengan membelakanginya, namun Aeka memeluk Dara dari belakang. Mereka berbincang panjang lebar sampai akhirnya tertidur pulas.